10. Aku suka hujan, aku juga suka kamu

158 20 4
                                    

Aku menyusuri jalanan sempit dengan penerangan yang kurang, membuat perasaanku semakin takut. Ku percepat langkahku dan berharap kembali menemukan jalan besar seperti tadi. Aku memberhentikan langkah ku yang bahkan aku tak tahu harus menunjukkan arah yang tepat kemana.

Tangan ku menutup wajah ku kesal. Kesal pada diriku sendiri yang tak pernah benar dalam memilih keputusan. "kenapa lewat jalan kecil ini sih Aleyaa!!" keluh ku sambil menahan isak tangis.

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu ku dari belakang membuat spontan jantung ku berdegup dua kali lebih cepat. Ku berani kan menoleh, mataku memperhatikannya dari bawah hingga atas dan benar ini manusia.

Lelaki itu tersenyum, terlihat dari raut wajah nya kira-kira dia berumur 25 tahunan.

"Cari siapa dek?" tanya nya membuat ku kontak mata dengannya.

"hmm?"

"Cari jodoh ya?" ucap nya sembari terus memperlihatkan lekuk senyumnya.

Aku tersenyum dan menggeleng "bukan" bantah ku "Kalo jalan menuju jalan utama lewat mana ya?"

Pria itu terus menatap ku dan membulatkan mulutnya "ohh ituu"

aku mengangguk sebagai jawaban.

"Sini saya antar" tawar nya lalu mendahului jalan.

"akhirnyaa" legaku.

Aku berjalan bersama bapak ini selama sekitar setengah jam namun tidak sampai-sampai di tujuan. Pikiran ku ini terasa tidak enak, apa jalan yang di tunjukkan nya benar?

"Dek, cantik banget! udah punya pacar?" ujar  bapak itu membuyarkan lamunan ku.

"belumm" jawabku ragu.

Bapak itu tertawa "bagus donk, pacaran sama saya mau gak? ganteng gini"

"hah apa?" tanya ku memastikan apa yang ku dengar tidak salah.

"Jadi pacar aku ya?" ucap nya sembari memegang tanganku dan menatapku senyum-senyum.

Aku terus menggeleng dan menepis genggamannya.

"kenapa?"

Aku melepas genggaman tangannya lalu tanpa berfikir panjang segera berlari dan ternyata dia mengejarku.

"pacarr ku!!" teriaknya sembari terus mengikutiku.

Aku terus berlari hingga di ujung jalan dan menemukan jalan besar kembali. Aku menoleh ke dalam gang tadi, dan bapa itu ternyata sudah berjalan dengan arah berbeda denganku bersama seorang wanita.

Aku mengatur nafasku yang tak beraturan dan mengusap dada ku lega. "kayaknya tadi Leya jalan sama orang gilaa!!" kesalku. Aku menepuk nepuk dahi ku menyesal "Kenapa lo gak bisa bedain orang waras sama yang enggak! bodoh!"

Aku melanjutkan jalan dan berfikir lebih baik melewati jalan raya dibanding mencoba lewat jalan kecil seperti gang tadi.

"Kenapa pencopet tadi segala lewat jalan yang aneh-aneh. Leya kan gak tau, terus ini gimana pulangnya?" keluh ku sembari menghentakkan kaki karena kesal.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang