18. Tidak bisa

118 19 13
                                    

"Untukmu, lelaki yang ku kagumi lebih dari itu. Aku mulai memperjuangkan mu, tolong hargai. Aku mengumpulkan banyak energi untuk mengakui rasa yang ada pada hati ku, tolong terima. Semua yang kuberikan, tulus karena aku memang suka."
-Aleya Nadhifa Husna

"Eh eh tuh Aleya kan, anak sebelah yang katanya naksir berat sama Arga"

"Bener, jelek juga ya"

"Biarin aja lah. Lagian juga Arga gak mungkin mau sama remahan kaya dia"

Aku diam. Mendengarkan cemoohan beberapa murid-murid yang melewati ku. Aku masih menutup mulut rapat-rapat seraya berjalan menuju kelas sambil merunduk.

"Heh lo semua punya mulut di belakang apa gimana sih?" ujar Mars menegur mereka membuat aku ikut melihat ke arah Mars.

"Apaansih lo? Malah belain dia"

"Kita kan ngekritik wajar kali"

"Wajar kalau kritik yang membangun bukan menghancurkan hati orang. Udah sana" usir Mars lalu mereka pergi dengan tampang kesal.

Aku menghampiri Mars yang tampak sedang mengayun-ayunkan tangannya.

"Sana-sana lu para netizen berkedok fans"

"Udah Mars biarin aja" ucap ku lalu menarik Mars pergi dari tempat tadi.

"Biarin gimana? Mereka itu harus digituin supaya gak ngelunjak" balas Mars.

"Mereka baru gituin Leya sekali. Jadi gak penting" jelas ku halus.

"Le. Kita gak tahu aja mereka berapa kali ngomongin kamu, yang kita tahu cuman satu. Gue itu temen lo, gue gak suka orang lain ngejelekin lo tanpa tahu sifat asli lo" jelas Mars.

Aku tersenyum lalu memukul pelan lengan Mars "emang temen terbaik lo"

Mars membalas senyum "lain kali jangan gitu ya?"

-LDR-

"Argaa" panggil ku pelan.

"Nanti pulang nya bisa ke Perpustakaan lagi gak?" tanya ku hati-hati takut ada kalimat atau kata yang salah keluar dari bibirku.

"Gue ada janji sama Rena" jawab Arga dingin membuat ku mengangguk paham.

Tubuh ku menjadi dingin saat teringat kejadian kemarin. Betapa bahagia nya hati jika itu terulang kembali. Andai dia tahu. Rasa ini telah berlipat-lipat kali dari tiga tahun lalu.

"Kalau pulang nanti bisa pulang bareng?" tanya ku lagi setelah cukup lama diam.

"Enggak"

"Anterin Rena ya?"

Arga diam. Membiarkan aku menebak-nebak jawaban dari pertanyaan itu.

"Diam berarti iya" ucap ku lagi lalu menenggelamkan wajahku pada tangan yang kulipat diatas meja.

"Bisa gak usah bahas itu disini?" tanya Arga terdengar risih.

Aku mengangkat wajahku lalu menatap nya kembali "kenapa?"

"Gue gak suka lo ganggu belajar gue" ketus Arga.

Aku tersenyum kecut "aku cuman bisa bikin kamu susah aja ya?"

"Iya"

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang