39. Di sepertiga malam

151 9 6
                                    

"Dia dengan segala hal yang tidak pernah di duga"
- Aleya Nadhifa

Aku menuang sebuah cairan berwarna bening ke dalam cangkir. Cairan panas itu bercampur bubuk coklat yang kemudian menyatu menyampur warna coklat gelap. Coklat panas. Ku pilih sebagai teman menonton tv di malam ini.

Teman-teman ku masih diatas. Aku sengaja turun terlebih dahulu karena memang ingin membuat coklat panas. Kaos oversize dengan celana bahan selutut itu menjadi pakaian ku.

Baru saja layar lebar hitam didepan ku itu menampilkan gambar dan suara. Tangan ku otomatis mengaduk coklat dengan cangkir yang ku pegang. Sedangkan kedua kaki ku sila diatas sofa.

Seseorang berdeham. Membuat aku dengan cepat menoleh. Jujur aku kira orang tersebut adalah makhluk halus. Lelaki itu lalu duduk disebelah ku. Lelaki dengan kaus polo dan juga celana santai nya itu kini menatap lurus ke depan.

"Nonton apa?" tanya nya membuat aku kelabakan di tempat.

"Aww panas" pekikku kaget saat coklat panas yang ku pegang itu tumpah sebagian ke atas paha.

Arga segera bangkit namun Mara terlebih dahulu datang.

"Kenapa Le?" tanya Mara cepat saat melihat cairan panas itu menyatu dengan celana bahan berwarna hitam yang ku kenakan.

Arga mengambil alih cangkir itu. Menaruh cangkir yang masih terisi setengah penuh itu diatas sebuah meja kayu berlapis kaca.

"Lo antar dia ganti sana" ujar Arga acuh lalu menaiki anak tangga disisi ruangan.

Aku mengerutkan alis menatap dia yang lagi-lagi selalu tidak peduli.

"Ada ya cowo gitu?"

"Noh doi lo gitu, terima kenyataan Le"

-LDR-

Langit telah menghitam. Beberapa titik dengan sinar bagai lampu itu telah menghiasi si latar. Bintang menemani bulan yang kesepian.

Aku duduk seraya melipat kedua kaki ku di depan villa itu. Suasananya memang sepi dan itu sudah tak asing lagi ku rasakan. Aku memang selalu merasa sepi jika dirumah. Rumah yang mungkin bagi orang adalah tempat sejuta cerita bahagia ternyata hanya sebuah cerita kosong untuk diriku.

"Kangen deh sama bunda. Kangen juga sama papa"

"Udah lama gak liat mereka di rumah"

Seseorang duduk disebelah ku. Menyelonjorkan kaki nya yang panjang itu. Tangannya sibuk memainkan benda pipih yang ada di genggamannya. Mungkin sesekali menekan, menggeser atau memutar, dan melakukan banyak hal dengan ponsel itu.

Aku menarik pandanganku ke arah lelaki itu. Dia diam dengan duduk santai nya tanpa memperdulikan sebenarnya ada insan juga disamping nya.

"Belom tidur?" lelaki itu angkat bicara.

Tatapan ku turun padanya. Setelah menikmati indahnya taburan bintang. Namun tetap saja lelaki itu juga indah untuk dipandang.

Aku menggeleng singkat. Bodoh nya. Padahal dia sedang menatap lurus ke depan. Sudah pasti di tidak mengetahui gelengan ku itu sebagai jawaban.

"Gue juga sepi" ujar lelaki itu.

"Sepi kenapa?"

"Ada hal yang kadang cuman perlu diri lo seorang aja yang tau" lelaki itu menoleh ke arah ku dengan senyum "masalah pribadi"

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang