24. Khawatir

113 15 8
                                    

"Bisa-bisanya lo mikirin orang? Terus lo?"
- Arga Razka

"Bang! Bang! Stop!" ujarku panik menepuk-nepuk bahu Fawwaz kasar. Ia lalu memberhentikkan motornya sembarangan. Di tengah-tengah jalan aspal yang mengganggu lalu lalang para siswa yang akan masuk ke dalam sekolah.

"Kepinggir dong jangan disini!"

Ia memberhentikkan motornya dipinggir. Lelaki yang ku sebut abang itu kini memasuki area SMA ANGKASA. SMA yang dulu ia tolak untuk masuki saat tiga tahun lalu.

Aku menuruni motornya. Motor tinggi KLX miliknya itu telah memberikan tumpangan gratis untukku hari ini. Aku menatapnya heran pasalnya kedua bola mata lelaki itu berkeliling liar melihat segala sesuatu yang bisa dijangkaunya.

"Anak sekolah lain sana gih. Bad boy sekolah lain kok masuk sini. Nanti diamuk pawang sini baru tau rasa lu" pekik ku dan mendapat cengiran darinya.

Fawwaz. Lelaki jangkung berseragam SMA itu adalah kembaranku.

"Mau kepo doang masa gak boleh" balas nya acuh.

"Lagian gak ada bentrok sama pawang Angkasa mah. Bae-bae anaknya" ujar lelaki itu.

Sejak tadi sudah banyak anak perempuan yang memperhatikannya. Pasalnya memang Fawwaz adalah anak yang tampan. Walaupun dia anak yang terkenal nakal disekolahnya tapi ia setia dengan satu perempuan pilihannya.

"Buru ke sekolah lu sana! Jangan telat mulu kebiasaan! Bilangin bunda baru tau rasa" pekikku mengancamnya dengan candaan.

Lelaki itu kembali menyalakan mesin motornya. Lalu menatap ku genit dan memberi sebuah kedipan. Fakboi. Satu kata untuknya.

"Dah ah diusir gue" pamitnya lalu menjalankan motornya keluar. Memang cara berpamitan yang berbeda sebagai seorang abang.

Aku menggelengkan kepala lalu melanjutkan jalan ku menuju lobby sekolah. Mara mengejarku dari arah belakang. Ia memberi senyum.

"Pagi" sapanya saat sampai disampingku.

"Pagi" balasku hangat.

"Tadi diantar siapa? Ganteng keliatannya padahal pake helm full face" tanya Mara kepo.

Aku menyengir "kenapa Mar? Suka? Udah sold out dia"

Mara mencebik bibirnya "yah padahal kan mau di gebet. Bercanda. Emang itu siapa?"

"Kembaran gue. Fawwaz"

"Kembaran? Baru tau gue lu ada kembaran. Pasti cakep, lu nya aja cakep begini" ujar Mara memuji.

"Dia mah emang udah ganteng dari orok. Di idam-idamin temen kantor emak gue noh. Padahal bandel nya nauzubillah" jelasku bergidik geli ditempat.

"Wah?"

"Beneran. Tiap temen emak gue ke rumah, nanyain tuh bocah mulu. Bilangnya mau jodohin sama anaknya" curhatku terkekeh.

"Mantep banget. Asik ya orangnya?"

"Asik bagi orang lain. Nyebelin bagi gue. Tuh jok motor dia cuman pacarnya only" aku ku kesal.

Mara tertawa renyah "mantep. Gaya bad boy hatinya unyu boy"

Aku menyenggol Mara pelan "udah ah kasian nanti kuping dia panas terus gue diamukin"

-LDR-

Aku menaruh tas di bangku lalu keluar kelas. Berdiri ditengah pintu dengan tangan memegang kedua sisi pintu. Mata ku biarkan melirik kesana kemari untuk menemukan sesuatu yang ku cari. Pagi ini aku datang lebih awal. Jadi suasana kelas masih sepi. Bahkan Arga belum terlihat sejak tadi. Tidak biasanya.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang