19. Segitiga cinta

131 17 2
                                    

"Manusia memang gak akan paham apa artinya menghargai sebelum ia mengenal apa itu kehilangan"
- LDR

"Apa yang lo suka dari gue?" ketus Arga.

Aku diam. Mencoba mencerna kalimat yang baru saja di katakan oleh Arga.

"Apa?" tanya Arga sekali lagi.

"Lo suka gue pinter? Gue ganteng? Gue famous? Gue kaya? Gue juara umum? Apa?" ketus Arga membuat emosi ku perlahan naik.

"Aku suka kamu udah lama. Bahkan sebelum kita berbicara. Aku suka kamu pertama kali aku denger nama kamu!" jelas ku halus berusaha menahan emosi namun tetap saja lelaki ini sekarang sedang berusaha memancing emosi.

Arga menggeleng pelan. Sesuatu yang sulit ditebak yaitu fikirannya. "lo itu sama kayak cewek-cewek yang suka sama gua. Gak ada bedanya"

Arga memperhatikanku dari atas sampai bawah. Membuatku menebak-nebak dan berfikir apa yang salah dari penampilan ku.

"Perbaiki penampilan lo. Cara bicara lo. Perbaiki juga nilai lo. Baru lo boleh maksa jadi pacar gue" ucap Arga menusuk.

Aku memandangnya berapi-api "gue tau lo punya segalanya. Tapi gak seharusnya lo hina gue kayak gitu? Gue lebih baik dari itu!" balas ku ketus.

"Dan satu lagi. Lo itu harusnya bersyukur banyak orang yang suka dan sayang sama lo. Bukannya terusik! Lo itu cuman manusia biasa! Sama-sama makan, minum dan berbicara. Gue tau lo pinter, jadi saring omongan lo setiap lo ngomong! Jangan bisanya ngomong yang nyakitin hati orang aja!" jelas ku ketus dan kesal lalu beranjak pergi meninggalkannya.

Arga memegang tanganku. Melakukan hal yang tak pernah ku duga. Ia menatap lalu mencegah ku pergi. Tidak. Tidak. Aku hanya akan hanyut dalam ego yang ku buat. Tidak seharusnya aku terlalu berlebihan dalam mengagumi nya.

"Aleya" panggil Arga pelan.

"Maaf. Jangan marah" ucapnya lagi namun aku tak sama sekali mau menatapnya. Aku cukup diam mendengarkannya berbicara.

Arga berpindah posisi di depanku. Cowok itu lalu membenarkan rambut ku. Poni lebih tepatnya. Membuat jantungku berlari-lari. Lelaki itu lalu menyelipkan anak rambut ku ke daun telinga. Ia diam tak mengatakan apapun setelah permintaan maafnya. Bagaimana pun aku tidak bisa marah padanya. Meski bibirku berkata demikian, hati ku selalu saja berkata jujur.

"Maaf kelewatan" ucapnya lagi. Lembut dan halus, tidak lagi seperti sebelumnya. Suara itu terdengar sopan ditelinga ku.

Aku memilih diam. Dan tak sadar. Lelaki itu memelukku. Pelukan yang erat seolah tak mau kehilangan. Pelukan yang membuat ku berfikir-fikir apakah ini dunia mimpi atau nyata. Hal yang selama ini tak pernah ku duga namun selalu ku nantikan. Aku tak membalas pelukannya. Masih terselip kesal dan kecewa padanya.

"Kenapa kamu gini?" tanya ku pelan seperti menahan sebuah tangisan.

"Gini kenapa?" tanya Arga balik. Ia masih memelukku sepihak.

"Kamu bikin aku terbang dan berharap padahal jelas kamu gak suka" ucap ku membuat lelaki itu sontak melepas pelukan itu.

Rasanya aneh. Pelukan itu membuat ku bahagia. Ya jelas. Tapi rasanya ini seperti tak nyata. Aku memang mau ini terjadi. Tapi di sisi lain aku takut akan sakit hati lagi jika terus terlalu berharap.

"Kamu gak salah" ucap ku mengambang membuat mata manusia dihadapanku ikut menatap mata ku.

"Aku yang salah"

-LDR-

"Lo apain temen gua?" tanya Mars duduk disebelah Arga.

Arga meneguk airnya. Wajahnya penuh dengan peluh sehabis pelajaran olahraga tadi. Ia menghadap keatas membuat jakun dileher nya terpampang jelas, ia lalu meminum airnya.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang