25. Martabak keju

103 15 8
                                    

"Rasanya bahkan dunia mimpi jauh lebih menyenangkan dibandingkan dunia nyata"
-Aleya Nadhifa

"Arga!?" sapa ku heboh saat lelaki di seberang samping ku masih tenang dengan handponenya.

"Udah gak dibisuin kan chat aku?" tanya ku kepo sembari terus melirik.

"Ih gelap banget handpone nya. Kaya hati yang punya nya" goda ku cengengesan.

"Eh tapi kan didalem hati kamu udah aku titipin hati aku. Hati aku yang terang seterang bulan" lanjut ku terkekeh geli dengan omongan ku sendiri.

Aku melipat buku yang baru saja ku baca lalu menaruhnya sembarangan di laci meja. Aku bangkit menuju meja Mara yang kini direbungi oleh cowo-cowo populer Angkasa. Siapa lagi kalau bukan Gilang, Riko dan Mars.

"Ehey nyonya Mara kedatangan banyak tamu ey" goda ku lalu duduk diantara mereka.

"Eh nona Le" sambut Mara. Wanita itu sedang memberi penerangan soal pelajaran yang belum dipahami mereka.

Aku menghela nafas lalu bangkit "belajar ya? Gue ke kantin lah"

"Nitip roti bakar Le" ucap Riko.

"Gua teh kotak deh. Haus" ucap Gilang ikut-ikutan.

"Gua nabati coklat sama better" ujar satu lagi. Mars.

"Banyak amat yang nitip. Yaudah bentar atuh ya" jawabku menyetujui lalu segera berjalan ke kantin.

Bibir ku mengulum senyum melihat Vania, Letta, dan Liora berjalan bersama. Vania yang jalan menabrak bahu ku sedikit membuatku terganggu. Aku menundukkan kepalaku tanpa memberhentikkan langkah. Mata-mata sinis itu tak kuat untuk ku tatap.

"Eh tunggu" cegah Vania memegang kencang lenganku.

Aku melepas tangannya lalu melanjutkan jalan.

"Gak punya malu lo sama temen lo?"

Suara itu membuat ku menoleh ke belakang. Menatap mata tajam Letta yang seakan kesal tak terhingga. Sebegitu bencikah dia? Apa salah ku terlalu tidak bisa dimaafkan?

Aku melanjutkan jalan. Membiarkan mereka mengejekku dan memberi sorakan yang tampak meremehkan.

"Heh kabur dia" pekik Vania kesal.

"Biarin aja. Gak ada pawangnya jadi gitu" ucap Letta ketus.

"Lo berdua jangan main keroyokan dong. Bikin rusuh aja! Mau gue panggilin BK?" bela seseorang. Wanita itu Rena.

"Awas loh Ren nanti Arga lo di rebut tuh sama tukang rebut!" ketus Vania.

"Udah ah pergi. Males ngurusin" ujar Letta lalu pergi bersama Liora meninggalkan Vania.

Aku menatap Rena yang berjalan ke arah ku "makasih Ren. Makasih udah mau bela gue sam-"

Rena mengangkat tangannya setengah memberi kode untukku berhenti berbicara "gue bela lo bukan berarti gue suka sama lo. Jaga sikap kalau gak mau jadi bahan bullyan" ketus Rena lalu melewati ku begitu saja.

Perempuan itu mengubah cara pandang ku padanya setengah lebih berbeda.

-LDR-

"Nih" ucapku lalu menaruh seplastik putih jajanan diatas meja.

"Ajibb bener dibeliin?" tanya Mars

"Hmm" balasku.

"Ih Le, ngapain sih beliin mereka? Sayang-sayangin duit tau gak?" protes Mara.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang