"Ada dua hal yang perlu disiapkan untuk jatuh cinta. Pertama ruang untuk kenangan bahagia dan juga siap untuk bagian kecewa"
- LDRArga membuka helm nya lalu menaruhnya di spion motornya yang kini terparkirkan. Aku tahu dan sadar bahwa kini banyak pasang mata yang tengah menatap dan mengumpat tentang aku yang berani menyamperi Arga. Aku semakin mendekatinya, ia masih tidak sadar karena dia membelakangiku. Arga berbalik badan seraya menyisir rambutnya. Dengan cepat Arga mengerjapkan matanya. Ia menghela nafas.
"Kaget ya?" sambutku antusias melihat ekspresi kaget yang kini ditimbulkan Arga.
"Ngapain lo disitu?" tanya Arga ketus.
"Berdiri" jawabku main-main.
Arga memutar bola matanya. Menjauhkan pandangannya dari arah ku. Dia nampak risih. Wajahnya yang segar dan tampan itu kini nampak jelas di hadapanku.
"Iya iya. Aku nungguin kamu lah"
"Ngapain?" tanya Arga sembari melipat tangannya di dada.
"Emangnya kenapa?" jawabanku berbalik tanya.
Arga menurunkan tangannya lalu memasukkan nya ke kantung celananya. Berjalan menjauhi ku. Benar-benar patung berjalan. Aku menarik tas Arga kencang hingga dia hampir kehilangan ke seimbangannya. Arga memberhentikkan jalannya lalu menoleh ke belakang. Kedua earphone di telinganya masih terlihat jelas.
"Arga!!" pekikku kesal.
Arga menaikkan satu alisnya, nampak dari raut cowo itu menunggu ku mengeluarkan kata selanjutnya. Yang ku suka dari lelaki ini adalah, dia mau mendengarkan ku berbicara itu berarti dia menghargai ku. Sudah cukup membuatku terkesan. Bahkan sangat.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku"
"Penting?" ujar Arga jutek.
"Penting lah buat aku. Gini deh, aku maafin kamu kalau kita makan bareng? Jalan bareng? Atau kemana aja deh asal bareng" balas ku sumringah.
"Emang lo siapa gue?"
Aku mengulurkan tangan ku pada Arga membuat Arga melihat ke arah tangan ku dan menebak apa yang ku lakukan dengan keheranan.
"Kenalin. Aleya Nadhifa Husna. Calon pacar dari Arga Razka Zavier" ucapku lalu diakhiri senyum yang membuat mataku membentuk bulan. Ya begitulah caraku tersenyum.
Arga mengerutkan dahinya. Tidak menerima jabatan tangan ku. Entah apa yang di fikiran dia. Aku memang sudah kelewat batas. Tapi aku akan terus berjuang dan membuktikan padanya jika aku memang serius padanya. Arga menggunakan earphone nya kembali, namun kali ini hanya satu.
"Arga denger gak sih?" tanya ku dengan nada tinggi membuat Arga terganggu dan memasang earphone sebelahnya lagi.
"Argaa, aku serius!"
"Serius? Lo itu gak pernah serius. Belajar sana yang benar!" ketus Arga "Jangan cuman mimpi"
Aku mengerutkan alis mendengar perkataannya. Memang selalu tepat sasaran. "Katanya kalau punya mimpi itu harus setinggi langit" teriakku.
"Lo gak usah urusin gue. Urus diri lo aja lo gak bener" ucap Arga terakhir lalu meninggalkan aku yang masih memandang nya kagum sekaligus kesal.
Aku masuk ke dalam kelas lalu duduk. Di seberang samping tempat duduk ku kini cowok itu tengah mendengarkan musik seraya bermain handpone. Itu lah dunianya. Mendengarkan musik dan belajar. Membosankan. Tapi bagaimana bisa orang itu sama sekali tidak terlihat membosankan untuk dipandang.
"Aleya. Liat pr dong!" tanya murid lain. Membuyarkan lamunanku.
Aku membuka tas lalu mengambil buku dan menaruh nya di atas meja "tuh"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lelah Dilatih Rasa [END]
Teen FictionJika kamu jatuh hati, jatuh lah pada hati yang akan memberimu ruang. Memendam rasa sendiri sudah menjadi hal yang biasa bagi Aleya. Terlebih dirinya tau bahwa seseorang yang ia titipi hatinya tak akan pernah mengizinkan gadis itu menitipkan hatinya...