7. Kecurigaan

159 21 2
                                    

Seperti biasa, matahari terbit di pagi hari dan aku menjalankan aktivitas harian ku sebagai seorang pelajar. Aku memakai sepatu ku dengan cepat lalu segera keluar dari rumah. Baru saja, ku lihat seorang remaja perempuan berlari lewat depan rumah ku dan ku rasa aku mengenalnya.

"Letta!!" teriakku seraya berlari menuju pagar rumah. Aku berhenti dan melihat Letta yang masih berlari tanpa berhenti setelah ku panggil. Aku menutup gerbang dan segera jalan menuju halte.

"tadi kok Letta lari-lari sih? kenapa ya?" batinku penasaran.

Aku sampai disekolah dan segera menuju kelas. Ah tapi, lebih baik mampir sebentar ke kelas XII Ips 2.

"Liora!!" teriakku saat melihat Liora jalan dari belakang.

"eh lo!" balas Liora.

"ikut ke kelas lo ya sebentar"

Liora mengangguk "boleh"

Saat sampai didalam kelas, aku mencari keberadaan Letta.

"Letta belum datang?" tanya ku bingung.

Liora mengendikkan bahu nya "kursi nya masih kosong. Ya berarti belum datang dong"

"terus Letta kemana? tadi dia buru-buru banget kelihatannya. Tapi ternyata belum sampai di sekolah" batinku heran.

Liora menyenggol ku "eh jangan ngelamun. Emang kenapa cari Letta pagi-pagi?"

"gak apa-apa" elakku "yaudah ya, Leya ke kelas" pamit ku.

"iyaa!! hati-hati"

Aku melangkahkan kaki keluar dari kelas. Pikiran ku melayang memikirkan keadaan Letta. Dan saat di koridor, tak sengaja aku bertemu Letta.

"Letta!" antusias ku lega. Aku melihat ke sampingnya dan terdapat Arga. "Arga? Letta? gak mungkin, pasti cuman kebetulan" gumam ku.

Sudah ketiga kalinya aku melihat Letta berangkat di jam yang sama dengan Arga. Ah, tapi mungkin hanya kebetulan.

"belom ke kelas?" tanya Letta.

Aku membuyarkan lamunan ku dan menggeleng "ini baru mau"

"gue duluan" pamit nya.

Aku berjalan dibelakang Arga. Lalu berpikir betapa menyenangkannya jika Arga mengantarku ke sekolah seperti waktu itu.

"baik bu, akan saya sampaikan" jawab Arga pada bu Pia.

"baik Arga, terimakasih" balas bu Pia lalu pergi meninggalkan Arga.

Dbukk

"aww!" aku meringis saat kepala ku baru saja terbentur punggung Arga. Aku menggaruk rambut ku seakan tak tahu apa yang harus ku lakukan dan ku katakan. "maaf gak sengaja"

Dan seperti biasanya, lawan bicaraku ini tidak menjawab dan seenaknya meninggalkan ku.

Aku menghentakkan kakiku ke lantai "ihh nyebelin, gak peka banget sih!"

"siapa yang gak peka Le?" celetuk Mara.

Aku tertawa malu "enggak kok! itu.. tugas gak peka"

Mara menggeleng "aneh, bisa-bisanya nyuruh tugas peka. Gak akan Le"

"Air panas-air panas" ujar Gilang seraya melewati aku dan Mara begitu saja.

"Woii, lu berdua ngapain di depan pintu. Masuk sana!" timbrung Mars.

"apaan sih lo! ini mau" ketus ku.

Mara tertawa melihat ekspresi ku "tau tuh gak jelas Mars"

Aku dan Mara akhirnya masuk duluan ke kelas meninggalkan Mars yang diam sembari kesal sendiri.

Lelah Dilatih Rasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang