7. Umbrella When It First Snow

5K 734 44
                                    

Kakinya melangkah pelan menyusuri anak tangga dengan iris biru yang sesekali melirik takut jika ada orang yang mencurigainya. Namun, perlahan kakinya berlari cepat ketika ia mendapati sebuah ruangan yang kini tampak kosong dengan beberapa berkas yang dibiarkan terbuka begitu saja di atas meja serta monitor yang menyala.

Jemari dengan kulit tan itu perlahan terulur membuka salah satu berkas di dalam monitor yang menjelaskan mengenai korban dan juga pelaku kejahatan untuk hari ini. Keningnya sedikit berkerut dengan tubuhnya yang kini bersandar dengan nyaman pada sandaran sembari menunggu file yang akan ia buka.

Ia tidak bermaksud, dan tak ada niat untuk melakukan hal ini. Hanya saja, Kim Taehyung merasa sedikit penasaran dengan apa yang terjadi dengan pemuda berambut pink yang di marahi oleh manager minimarket karena kesalahannya tadi siang. Mungkin, Kim Taehyung mampu menebusnya dengan menolongnya seperti ini.

Namun, iris nya berhenti bergerak, jemarinya pun terdiam di atas paha dengan mata yang menatap lurus ke arah monitor yang memperlihatkan identitas korban sebuah foto kecil yang terpasang di sisi kanan itu membuat Kim Taehyung terdiam sebelum seringai muncul dari bibir tebal nya.

"Kurasa—Dia wanita itu—" gumam Taehyung yang mengingat sosok wanita yang berada di dalam sebuah restoran bersama dengan Jang Woolim di dekat persimpangan tadi membuat dirinya tertawa kecil dengan tempat kecelakaan yang juga sama dengan restoran itu hingga Taehyung pun menggelengkan kepalanya pelan.

"Kau sangat gila, Tuan Jang—" ucap Taehyung yang kini kembali menghela nafas seolah ia mengetahui segala hal buruk yang dimiliki oleh pria tua itu. Namun, Taehyung merasa penasaran apa yang membuat Jang Woolim membunuh wanita itu walaupun akhirnya Taehyung memilih untuk mengangkat bahu dan kembali membuka berkas pelaku yang kini bebas.

"Ternyata aku tidak bisa membantu mu" gumam Taehyung yang kini kembali menghela nafas. Entahlah, Taehyung benar- benar enggan untuk berurusan dengan Jang Woolim dalam bentuk apapun.

Pria tua itu serakah dan tak cocok untuk bekerja sama dengannya yang juga serakah walaupun sedikit lebih ramah. Kim Taehyung memang pandai memuji dirinya sendiri dalam keadaan apapun.

"Ah—Anak buahnya sendiri—" gumam Taehyung lagi ketika ia menemukan data pelaku yang menyebabkan kecelakaan di dekat lampu merah membuat Taehyung menggelengkan kepalanya pelan sebelum ia mendengar suara langkah kaki membuat iris berwarna biru nya mengedar dan menemukan seorang detektif yang tampaknya menatap tajam dengan wajah basah.

"Brengsek—Siapa kau berani duduk disana—"

Teriakan itu terdengar cukup tidak ramah membuat Kim Taehyung perlahan bangkit dan membungkukkan tubuhnya dengan sopan sambil tersenyum pelan. Ia pun melangkahkan kakinya, menepuk pelan pundak detektif berbadan gempal itu dan melewatinya begitu saja dengan seringai kecil.

"Selamat atas pemindahan tugas mu—Ayo kita rayakan nanti"

Itu ungkapan sarkas yang Taehyung berikan dengan kakinya yang kini melangkah keluar diiringi suara teriakan dari detektif yang tampak baru bekerja di Gangnam dan tidak mengenalnya. Tidak—Tidak semua detektif mengenalnya, tetapi tidak ada detektif yang tidak mengenalnya di Gangnam.

Langkahnya terhenti di depan kantor polisi dengan irisnya yang kini menangkap mobil hitam metalic miliknya yang kini berhenti tepat di hadapannya membuat Taehyung memilih untuk memutar ke arah kemudia dan meminta anak buahnya untuk turun.

"Aku terlalu banyak ikut campur—"

***

Angin berseru begitu kencang ketika malam semakin larut dengan beberapa orang yang kini merengut dan merapatkan jaket ataupun longcoat panjangnya. Ini seperti badai, tanda jika salju akan segera datang entah malam ini atau besok. Berita mulai menyiarkan peringatan mengenai suhu yang akan semakin turun selama beberapa hari kedepan.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang