32. Before Rainbow

4.4K 563 21
                                    

Rumah besar itu begitu sunyi dengan lampu yang menyapa cukup terang di area ruang makan dengan minuman hangat yang kini menguap memberikan sedikit kehangatan di tengah salju yang turun cukup lebat diluar, serta angin yang memberikan arahan kemana salju itu untuk mengakhiri perjalanan panjangnya dari langit.

Dinginnya salju tak mampu mengusik sosok pemuda yang kini tengah meneguk beberapa obat yang ia dapatkan dari seorang dokter berkaca mata yang cukup berumur, sangat ramah membuatnya cukup nyaman untuk bercerita mengenai kehidupannya, tanpa Kim Taehyung yang melihat—

Jeon Jungkook pun terdiam selama beberapa detik setelah menelan obat yang cukup pahit dengan pandangan yang menunduk—Jika ia pikirkan, tanpa ia menceritakan kehidupannya pun, Kim Taehyung seolah mengetahui masalah hidupnya, seolah pria itu mampu mengetahuinya tanpa perlu ia bercerita.

Jantungnya kini berdetak cukup cepat membuatnya bersandar pada sandaran sofa dengan helaan nafas yang begitu pelan, mengepalkan jemari setelah menyimpan mug di atas meja dengan iris yang kini menatap ke arah sosok pria yang ada di hadapannya—Kim Taehyung tengah menggunakan kaca mata dan bekerja disana, sesekali melirik ke arahnya dengan senyuman yang begitu hangat.

Namun, pandangannya kembali menunduk dengan helaan nafas yang kembali terdengar dan jemari yang mengepal kuat saat ini—Dadanya seperti bergemuruh membuat nafasnya terasa sedikit sesak dengan iris yang kini mengedar pelan seolah memastikan keadaan sekitarnya sebelum pandangan itu menunduk dengan mata yang terpejam singkat.

Suara helaan nafas itu membuat sosok pria yang tengah memeriksa berkas tampaknya sedikit khawatir dengan pandangan yang terangkat hingga laptop pun kembali ia abaikan. Jemarinya membuka kaca mata yang membingkai wajahnya itu, menyimpannya di atas meja dengan tubuh yang perlahan bangkit hingga Jungkook pun mengangkat pandangannya bingung.

Pria itu memutar meja, melangkah mendekat ke arahnya lalu duduk pada kursi makan berwarna putih di hadapannya dengan senyuman tipis dan jemari yang kini terulur, menggenggam jemarinya begitu hangat membuat Jungkook berhenti bersandar. Namun, kursi itu ditarik mendekat, membuat Jungkook tersentak dengan tubuh yang kini di kunci.

"Bersandarlah lagi—" ucap Taehyung membuat Jungkook meluruhkan tubuhnya dan kembali bersandar pada sandaran dengan senyuman tipis yang masih ia perlihatkan. Taehyung sedikit merunduk, menggenggam jemari yang begitu berkeringat menggunakan kedua tangan sebelum irisnya kembali menatap ke arah Jungkook yang kini tampak gelisah.

"Kau mulai merasa ketakutan?" tanya Taehyung yang kini kembali menunduk menatap jemari Jungkook yang kini mulai menggenggam jemarinya walaupun suara kecil itu terdengar membuat pandangan Taehyung kembali terangkat dan Jungkook tampaknya mengantuk disana. Obat yang dokter berikan cukup baik.

"Ini—sangat aneh, Taehyungie" gumam Jungkook yang kini tersenyum tipis dengan helaan nafas panjang dan menggenggam jemari Taehyung yang begitu hangat ketika jemarinya terasa begitu dingin.

Ia cemas, gelisah selalu datang tiba- tiba entah apa alasannya bahkan hanya untuk menghela nafas pun ia kesulitan hingga Jungkook kini sedikit mengeluh dan berhenti bersandar membuatnya tersentak ketika wajahnya begitu dekat dengan wajah yang di pahat begitu sempurna di hadapannya.

Obsidian itu kembali bertemu diantara tatapan gelisah milik Jeon Jungkook dan tatapan khawatir milik Kim Taehyung yang kini mengulurkan jemari, merapikan rambut berwarna pink yang kini sedikit basah karena keringat. Hal itu membuat Jungkook menundukkan pandangannya dengan helaan nafas yang kembali terdengar.

"Aku tidak gila, kan—Taehyungie?" tanya Jungkook dengan pandangannya yang terangkat membuat Taehyung mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya pelan. Jungkook tidak gila—pemuda itu hanya selalu merasa tertekan ketika malam dan Jungkook tidak memberikan diagnosis itu.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang