Mata monolid itu mengerjap pelan dengan lengan yang bebas kini mengusap seluruh wajahnya sedikit kasar dan menyapu rambut turun mengenai mata walaupun rambut itu kembali menutupi keningnya.
Kelopak mata perlahan terbuka, memperlihatkan iris berwarna biru ketika ia merasakan adanya tumpuan pada lengan kanan hingga pria itu tersadar dengan mata yang memantulkan bayangan rambut berwarna pink yang kini ada di hadapannya. Senyuman tipis pun terukir dengan lengan yang menarik tubuh itu lebih dekat dan merengkuhnya.
Perlahan bibi tebal itu memberikan kecupan pada puncak kepala sosok pemuda yang tampaknya masih tidak terganggu dengan apa yang ia lakukan. Rasa bersalah sedikit mengganggu dalam hatinya ketika permainan mereka selesai pada pukul tifa dan itu benar- benar diluar rencana.
Kim Taehyung seharusnya berhenti menggoda pemuda itu ketika pemuda itu merasa tenang dengan tatapan yang terarah begitu lurus ketika waktu menunjukkan pukul setengah satu pagi. Pemuda itu menatapnya dengan air mata yang kembali menetes dan menyentuh pipinya perlahan—Tatapan itu seperti luka.
"Tidurmu sangat nyenyak—"
Suara barithone itu terdengar dengan Taehyung yang kini menyandarkan pipinya pada tempurung kepala Jungkook sebelum ia mengecup rambut yang kini memiliki aroma berbeda. Matanya perlahan terpejam seolah merengkuh Jeon Jungkook adalah yang terbaik untuk saat ini. Aroma tubuh pemuda itu sangat lembut dan Taehyung menyukainya.
"Kenapa ini sangat nyaman—" gumam Taehyung yang berencana untuk melanjutkan tidurnya, tetapi kelopak monolid itu kembali terbuka dengan siku yang kini menumpu pada bantal dengan iris yang kini menatap ke arah Jungkook yang masih memejamkan matanya begitu tenang seolah pemuda itu tidak bermimpi.
Untuk kedua kalinya, Kim Taehyung menyusuri wajah itu begitu dekat. Jungkook memiliki bulu mata yang cukup panjang, mata monolid, ujung hidung yang bulat, bibir tipis serta rahang kecil yang membuat Taehyung tak bisa berhenti untuk menyebutkan keindahan yang membingkai wajah itu.
Hal itu membuat Taehyung tersenyum tipis lalu memberikan kecupan pada pelipis itu cukup basah sebelum ia merapikan rambut pink yang hampir menutupi mata disana. Terlalu panjang, tetapi Taehyung berharap pemuda itu tidak memotong rambutnya. Perlahan, Taehyung mendekatkan wajahnya pada telinga Jungkook, mengigitnya pelan dan tersenyum tipis.
"Jungkookie"
Taehyung menyukainya, panggilan itu hingga Taehyung ingin terus memanggilnya entah karena apa. Namun, hal itu membuat Taehyung mengingat satu hal ketika tak pernah ada panggilan sayang yang diberikan oleh Tuan Moreau pada Nyonya Kim, begitu juga sebaliknya seolah mereka hanya menikah untuk keturunan.
Pipi pun kembali Taehyung sandarkan pada tempurung kepala itu dengan kening yang sedikit berkerut membayangkan mereka melakukan sex tanpa rasa, tanpa kasih sayang hingga pemikiran itu membuat Taehyung terdiam dan merengkuh tubuh Jungkook begitu erat dengan tatapan kosong yang kini mengarah pada dinding.
Mereka melakukannya cukup lama, saling memanggil satu sama lain, diatas kasur ini ketika salju turun cukup lebat semalam. Entah, Taehyung tak bisa berpikir. Mungkin benar apa yang Tuan Moreau katakan, cinta dan sex itu adalah dua hal yang berbeda. Sangat berbeda dan—Taehyung tidak tahu berada di dalam pilihan yang mana.
Namun, Taehyung tak pernah mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya dan Taehyung enggan untuk menyentuh seseorang yang bukan miliknya atau bahkan telah menjadi miliknya, tetapi kali ini dengan mudahnya Taehyung mencuri kecupan itu, mencuri kesempatan utnuk menyentuh lekukan tubuh kecil dan berakhir sosok itu memanggil namanya ratusan kali semalam.
Helaan nafas pun terdengar ketika Taehyung merasa jika merengkuh tubuh kecil itu adalah hal ternyaman yang ia rasakan, melebihi rasa nyaman ketika ia merengkuh Nyonya Kim ketika kecil. Bayangan pemuda yang mengatakan akan memberikan hatinya itu pun kembali terlintas membuat Taehyung menggelengkan kepalanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomanceDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...