18. Blooming

4.6K 656 28
                                    

Aroma antiseptik rasanya memenuhi ruangan yang kini tampak temaram, dengan ranjang beraksen kayu yang cukup besar dengan penyangga nya, lemari, nacas serta jendela yang kini mulai memperlihatkan langit berwarna biru tanda fajar akan segera memberikan sinar mentari untuk bumi kesekian kalinya.

Pemandangan musim dingin itu tampak begitu kental dengan ranting yang tersisa pada kebun anggur, tampak indah, tetap indah dengan angin yang sesekali menerpa ranting yang tampak cukup rapuh disana. Namun, hal itu tampaknya tidak mengganggu sosok pemuda yang tengah tertidur, dibalut oleh selimut yang begitu hangat.

Perlahan, kelopak matanya mengerjap pelan dengan tubuh yang juga turut bergerak kecil hingga iris berwarna hitam itu kembali terlihat, tampak begitu sayu sebelum matanya membulat sempurna dengan tubuh yang kini bangkit dan mengedarkan pandangannya. Nafasnya terlihat memburu ketika ia mengingat hal yang dilakukannya semalam.

Ia mengangkat lengannya mencoba untuk memeriksa luka yang mungkin akan membekas hingga irisnya pun terpaku tampak sedikit kosong pada kasa yang kini melilit pada lengannya, perlahan lengan itu ia turunkan ke atas paha dengan bayangan Kim Taehyung yang merengkuh tubuhnya semalam dengan suara yang begitu lembut.

Jeon Jungkook merasa jika jantungnya berdetak cukup cepat pagi ini dengan jemari yang kini mengepal dan pandangan menunduk dengan kaki yang perlahan ia tekuk. Ia berusaha untuk memeluk tubuhnya sendiri hingga terdengar hembusan nafas yang begitu gemetar.

"Ah—Bagaimana ini—" keluhan itu terdengar begitu membingungkan dengan Jungkook yang kini merasa kepalanya begitu penuh karena pria itu melihatnya, pria yang akan menjadi Tuan nya membuat Jungkook tak tahu apa yang harus ia lakukan, bagaimana ia harus bersikap dan bagaimana ia harus menghadapi pria mewah itu untuk hari ini.

"Ah—Aku harus bagaimana—"

Jungkook kembali berucap dengan jemari yang perlahan menyentuh rambutnya, tidak menyentuh, tetapi Jungkook menariknya cukup kuat karena ia tertangkap basah melakukan hal gila itu dan mungkin pria itu akan menganggapnya gila mulai hari ini. Ia sangat malu dan—Jungkook tidak tahu harus melakukan apa.

"Kau bodoh—kau bodoh!"

Suara pukulan pada kepala itu terdengar cukup kencang dengan hinaan yang masih berlanjut sebelum akhirnya suara isakan tangis pun terdengar dengan rasa perih yang sedikit terasa pada bekas luka dan memarnya. Ia malu—Hanya itu yang bisa Jungkook ucapkan untuk kali ini dengan mata yang terpejam perlahan.

"Ah! Bodoh! Seharusnya kau tidak melakukan itu! Kau bodoh!" lirih Jungkook dengan segala ketakutan yang kini muncul dalam benaknya. Ia akan di usir, di pecat dan—keajaiban ini hanya tinggal kenangan untuknya? Hal itu membuat Jungkook semakin merunduk dengan jemari yang berusaha untuk menyentuh rambut dan menenangkan dirinya sendiri.

"Ini memalukan—"

Jungkook terus menggerutu sebelum suara teriakan petani dari ladang anggur itu membangunkan lamunannya dan melirik ke arah langit yang kini tampak lebih cerah, memasuki ruangannya yang begitu temaram.

Jemarinya saling menggenggam tampak begitu khawatir sebelum akhirnya Jungkook memilih untuk memilih untuk bangkit, melangkahkan kakinya tanpa kembali berpikir. Kepala Koki mengatakan jika Kim Taehyung memiliki jadwal yang tetap dan tidak pernah berubah untuk pagi—Pria itu akan melakukan sarapan pada pukul delapan pagi ketika musim dingin.

Jeon Jungkook melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi, membersihkan diri hingga aroma madu itu kembali menyeruak dan memenuhi ruangan yang tampak sedikit temaram. Ia membuka kain kasa nya dan membiarkan luka itu terlihat begitu saja sebelum akhirnya Jungkook menutupi lukanya menggunakan cardigan berwarna hitam dan kini berkaca.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang