34. Rewrite

4K 589 86
                                    

Mobil itu melaju keluar dari pedesaan, ditengah salju yang turun begitu lebat menyusuri jalanan yang cukup berliku dan tampak begitu sepi dengan pemiliknya yang kini hanya menatap tajam, rahangnya sesekali terlihat tengah menggertak dengan jemari yang mencengkam stir begitu kuat.

Pikirannya kini di penuhi oleh setiap kalimat yang keluar dari bibir tipis berwarna merah muda itu—Perkataan yang cukup menyakitkan untuknya hingga ia tak mampu mengendalikan amarahnya seperti ini hingga mobil itu berhenti, mendadak di tengah jalanan yang begitu sepi serta di kelilingi oleh ranting.

Tatapannya terlihat begitu kosong ke arah jalanan beraspal dengan tubuh yang ia hempaskan pada sandaran. Matanya terpejam dengan helaan nafas yang terdengar begitu berat serta jemari yang kini meninju stir begitu kuat dengan raut wajah yang kini tampak mengeluh. Namun, perlahan jemari itu menyelusup pada rambut dan menariknya cukup kuat.

Bayangan pemuda itu menangis kini memasuki benaknya begitu mengganggu membuat lengannya kini menumpu pada sisi jendela mobil dengan jemari yang menutup bilah bibir tebal itu. Pemuda itu—menatapnya penuh luka, seolah memohon sesuatu dan Taehyung sama sekali tidak mengerti.

Perlahan, air mata itu menetes begitu saja, membasahi sudut mata yang kemudian terjatuh pada rahang tegas membuat kelopak mata monolid itu kembali terpejam, menghembuskan nafasnya pelan dan tubuh yang kini meluruh. Jeon Jungkook—Entah apa yang pemuda itu pikirkan membuanya hilang akal seperti.

Namun, ponselnya berdering membuatnya kembali mengeluh dan melirik sekilas pada jok di sampingnya, menemukan id caller Moreau di sana hingga helaan nafas berat pun kembali terdengar dengan pandangan yang kini menunduk. Jemarinya mengepal kuat sebelum terulur meraih ponsel dan menyambungkan panggilan.

"Apa, Ayah? Mood ku sedang buruk, sangat buruk"

Peringatan Taehyung berikan pada Tuan Moreau, setidaknya Tuan Moreau tidak akan menggoda ataupun mengucapkan kalimat yang menjengkelkan. Pria berdarah Perancis itu biasanya mengerti hingga Taehyung kembali meluruhkan tubuhnya dengan tatapan kosong ke arah salju yang mulai menutupi kaca.

"Kekasihmu itu—Akan tetap kau biarkan di kebun anggur?"

Tubuhnya menegang dengan tatapan yang sedikit membulat ketika Tuan Moreau mengatakan hal itu. Pemuda itu tadi berani melawannya, mengucapkan kalimat itu seolah menantang, tetapi pemuda itu tetap berada di kebun anggur membuat Taehyung kembali menyelusupkan jemarinya pada rambut.

"Suruh dia masuk, Ayah—Dia baru saja sembuh—" ucap Taehyung dengan sedikit keluhan dengan ego yang tinggi memaksanya untuk tetap diam, tak perlu memutar balik dan kembali ke rumah. Namun, hatinya terus bergemuruh dengan rasa khawatir yang kini muncul mengenai Jeon Jungkook.

"Dia tidak mau—Setidaknya dia menurut untuk tidak membuka baju—"

Taehyung merasa jantung nya akan berhenti dengan jemari yang kini menyentuh stir dan memutar balik mobil itu begitu cepat. Jantungnya berpacu, Jungkook benar- benar menuruti ucapannya dan Taehyung tidak mengerti mengapa Jeon Jungkook melakukan hal itu—Sial, Taehyung ingin mengumpat karena kesalahannya hingga loudspeaker ia nyalakan.

"Apa dia—memang seorang pekerja susila khusus untukmu? Kau memberikan hukuman seperti ini?"

Ucapan itu membuat Taehyung terdiam, memilih untuk tidak menjawab dengan tatapan yang ia fokuskan pada jalanan, jantungnya sudah cukup berdetak cepat dan sekarang jemarinya berkeringat. Ia melupakan satu hal mengenai Jeon Jungkook—Pekerja susila, masih membekas dalam dirinya. Sial—Taehyung kembali mengumpat.

"Ku rasa dia akan berakhir di rumah sakit jika kau tidak segera datang—"

Mendengar hal itu membuat Kim Taehyung semakin menancapkan pedalnya dengan tatapan yang kini tampak begitu tajam hingga ia memasuki pedesaan yang benar- benar begitu sepi dengan helaan nafas yang begitu berat diikuti dengan mobil yang kini memasuki pekarangan rumah mewah itu.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang