Angin berhembus cukup kencang, menyusuri jalanan yang begitu luas, pendestrian, toko 24 jam, serta taman kota yang kini terlihat tanpa daun disana, membuat angin itu begitu bersemangat tanpa adanya penghalang, menerpa ayunan kecil, menyapu pasir pada penyangga taman, dan juga menyelimuti sosok pemuda yang tengah duduk di bangku dengan pandangan menunduk.
Mungkin, posisi itu telah dilakukannya sejak pagi hingga malam di tengah salju yang turun begitu lebat dan perlahan mulai berhenti. Ini malam natal, dan tak ada yang bisa ia lakukan, tak tahu apa yang harus ia lakukan, dan tak tahu apa yang bisa ia lakukan. Pikirannya seolah berhenti dengan air mata yang sesekali menetes.
Sesekali jantungnya berdetak cukup kencang dengan jemari yang mengepal, merasa khawatir mengenai kehidupannya setelah ini. Tak ada yang membuatnya ingin terus hidup, dan tak alasan untuknya terus hidup. Entahlah, ia tak bisa memikirkan apapun dengan segala bayangan Nyonya Jeon yang kini memasuki benaknya.
Wanita itu tidak merasakan kebahagiaan selama hidupnya. Iris hitam itu perlahan tersembunyi di balik kelopak monolid yang kini tampak sedikit bengkak, untuk sekedar memikirkan kehidupan Nyonya Jeon yang terlahir dari keluarga tidak mampu sejak kecil, lalu tumbuh tanpa pendidikan yang layak dan menikah dengan seorang pria yang gemar membual.
Tuan Jeon tidak pernah membahagiakan Nyonya Jeon, pria itu hanya menyiksa Nyonya Jeon dengan segala tempramental dan keinginannya yang harus terpenuhi. Hal itu membuat Jungkook kembali meneteskan air matanya ketika mata itu terbuka, menatap ke arah kakinya yang kini sedikit basah, mungkin bekas salju yang turun tadi.
"Jika saja pria itu tidak berhutang—" gumam Jungkook dengan jemari yang kini mengepal dan mata yang terpejam untuk menahan amarah, dengan raut wajah mengeluh yang kini terlihat dan isakan tangis yang kembali muncul. Entah, segala penyesalan kini memasuki benaknya dan itu membuat Jungkook mencari kesalahan orang lain tanpa berkaca.
"Aku bisa mengobati telinga Ibu dan aku bisa membahagiakannya—"
Kalimat itu kembali terucap dengan penuh keputusasaan membuat Jungkook hanya mampu terisak dengan pandangan yang terus menunduk dan jemari yang kini tampak pucat, bahkan wajahnya pun tampak pucat dengan rasa abai nya terhadap dingin dan salju yang mungkin akan berhenti untuk turun kali ini.
Helaan nafas itu terdengar dengan iris nya yang kini menatap ke arah lain hingga matanya menangkap punggung seorang pria yang tengah bersandar di balik sebuah dinding dengan pakaian yang mewah. Hal itu membuat Jungkook menghela nafas dengan tubuhnya yang perlahan bangkit takut jika ia mengganggu.
Namun, Jungkook terdiam ketika pria itu melangkahkan kakinya pergi begitu saja membuat Jungkook mengedipkan matanya berkali- kali dan kembali duduk pada bangku dengan pandangan yang kembali menunduk. Sangat melelahkan ketika ia hanya memikirkan kesalahan orang lain tanpa berkaca jika dirinya pun tak mampu melakukan apapun.
"Apa—orang miskin memiliki perasaan buruk ini?" gumam Jungkook sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan sebelum jemari nya mencengkam ujung bangku dan kembali menatap kosong ke arah lain. Entah, pikirannya terlalu penuh hingga dirinya tak mampu memikirkan apapun.
"Menyalahkan orang lain, terus menyalahkan orang lain—padahal kehidupan buruk ini karena dirinya sendiri—" gumam Jungkook yang kembali terdiam. Bergumam seorang diri adalah pilihan gila yang selalu ia lakukan jika tak ada yang mampu ia lakukan lagi dalam hidupnya.
"Aku melakukan seks untuk menyelemat kan diriku sendiri—" gumam Jungkook lagi dengan tawa kecil yang masih terlihat. Ia membayangkan setiap malam melakukan seks agar ketakutannya tidak muncul dan mengganggu ataupun melukai tubuhnya membuatnya tertawa remeh dan menghina dirinya sendiri.
Namun ponselnya berdering membuat lamunannya terpecah begitu saja dengan helaan nafas yang kini terdengar cukup berat membuat Jungkook meraih ponsel itu dari dalam saku jaketnya dan menemukan id caller 'Tuan Jung' membuat keningnya berkerut dan berpikir cukup lama sebelum ia menyambungkan panggilannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomanceDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...