Malam semakin larut dengan mobil yang kini melaju sedikit menjauh arah utara dan menuju ke arah selatan dari negeri ginseng itu dengan pemuda yang kini tampak bersandar pada pintu mobil dan sosok pria yang sesekali melirik, mengabaikan tab yang ia gunakan untuk bekerja dan memeriksa hal yang harus ia keluarkan untuk mengurus pabriknya.
"Jungkook-ssi? Kau yakin baik- baik saja?"
Suara barithone itu membangunkan lamunan pemuda yang tampaknya tengah melamun, hingga pemuda itu sedikit berjengit dan melirik ke arah pemilik iris berwarna biru yang kini masih menunggu jawabannya membuat Jungkook tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku baik- baik saja, Tuan Kim" ucap Jungkook yang kini menatap Taehyung yang kembali memainkan tab nya—Pria itu tampak sibuk dengan pekerjaannya sejak kembali dari Banyasa membuat Jungkook kembali bersandar pada jendela dan menatap jendela yang kini tampak berembun.
Pikirannya kini melayang pada waktu dimana pria itu menciumnya begitu lembut, pikirannya juga melayang pada waktu dimana pria itu mengatakan akan kembali mencuri menciumnya membuat Jungkook memejamkan mata dan menghela nafas begitu pelan. Jemarinya pun tampak mengepal cukup kuat.
Jungkook tidak tahu maksud dari pria itu—Jungkook tidak mengerti membuatnya hanya mampu memikirkannya seperti ini tanpa berani bertanya. Pria itu kasihan? Atau pria itu—Tidak, Jungkook tidak ingin melanjutkan kalimat memalukan itu. Kim Taehyung tidak menyukainya dan tidak akan pernah menyukai sosok seperti nya.
Mungkin—Pria itu ingin menolongnya? Seperti yang pria itu lakukan pada orang lain. Pria itu terlalu baik hati dan merasa kasihan ketika melihatnya seperti ini hingga pria itu ingin menolongnya. Jungkook ingin tertawa karena pemikirannya sendiri—Itu terlalu jauh untuk menolong orang lain.
Kepalanya kini terasa begitu pening membuat Jungkook tak mampu membuka matanya. Pikirannya kini terus memikirkan apa yang Kim Taehyung inginkan dengan membantunya seperti ini—Apa pria itu menginginkannya? Hal itu membuat Jungkook kembali membuka matanya dan menatap kosong ke arah jalanan.
Pemikiran itu membuat Jungkook terdiam cukup lama dan menatap bayangan Kim Taehyung yang kini masih disibukkan dengan tab nya di sana membuat pandangannya kembali menunduk dan memejamkan mata. Jungkook—ingin memberikannya bahkan jika pria itu hanya menginginkan tubuhnya.
Jungkook akan memberikannya hingga matanya kini terpejam membuat Kim Taehyung melirik dengan lengan yang terulur cepat dan mata membulat ketika pemuda itu hampir terbentur pada kaca membuat Taehyung menahannya dan mengarahkan kepala itu agar bersandar pada sandaran dan Taehyung mendorong jok itu kebelakang.
"Kau—terlihat pucat" ucap Taehyung yang kini tak mampu melihat rona pada wajah itu, membuat Taehyung kembali menyentuh kening itu sekali lagi dan tubuh itu tampaknya memiliki suhu di batas normal membuat Taehyung memilih untuk memeriksanya menggunakan kening untuk memastikan nya lebih baik—Dan, pemuda itu terkena demam.
"Kau mudah sakit?" gumam Taehyung yang kini memilih untuk mengambil sebuah selimut di bawah kakinya lalu menyelimuti pemuda itu sebatas dada dengan mobil yang kini berhenti di depan sebuah pabrik yang tampak masih ramai dengan beberapa pekerja. Mungkin pergantian shift membuat Taehyung mengusap pelan pipi Jungkook sebelum ia melangkahkan kakinya keluar.
"Jaga dia sampai aku kembali—"
Taehyung pun melangkahkan kakinya sedikit tergesa, ia akan menyelesaikan urusannya dengan cepat bertemu dengan direktur pabrik dan kemudian kembali dan memanggilkan dokter untuk pemuda itu.
Tampaknya, Jungkook memiliki banyak sesuatu yang di pikirkan, terlihat begitu jelas oleh Kim Taehyung jika Jungkook hanya melamun dan sesekali melirik ke arahnya melalui jendela. Taehyung selalu memperhatikan sekitarnya, hal terkecil sekalipun dan Taehyung ingin mengetahui apa yang pemuda itu pikirkan sepanjang perjalanan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomanceDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...