Tubuhnya tenggelam di dalam jaket yang cukup besar, rambut pink yang di tutup oleh beanie hat serta syal yang ia gunakan atas pria bermata biru yang kini pergi entah kemana. Pria itu memberikannya jaket berwarna biru gelap yang sangat hangat dan cukup cantik dengan satu ukiran pohon cemara di dada kirinya.
Iris hitamnya kini tampak berbinar, pandangannya mendongak untuk sekedar melihat ribuan awan yang berkumpul menutupi langitnya, perlahan pandangannya turun menatap tumpukan salju yang membentuk jalanan begitu luas dengan pohon cemara tinggi begitu indah serta beberapa orang yang kini meluncur menggunakan papan ski.
Kaki kecilnya kini melangkah menuruni anak tangga kayu dimana dirinya menunggu, menapaki kakinya pada salju yang cukup tebal membuat mata hitam itu membulat karena takjub diikuti senyuman yang begitu merekah dan pipi yang kini sedikit memerah karena dingin. Pemuda itu tampak menyukainya dengan raut wajah yang begitu bahagia.
Tawa kecil pun terdengar dengan kaki yang terus melangkah pelan dan sesekali melirik ke arah langit. Mungkin—Jika salju turun ini akan terlihat semakin indah membuatnya tersenyum tipis dan kembali menatap tumpukan salju di bawah kakinya.
Ia penasaran membuatnya menekuk lutut di tengah salju yang begitu luas dan membuka sarung tangannya untuk sekedar menyentuh tumpukan salju hingga matanya kembali membulat karena salju itu terasa begitu dingin dengan senyum yang kembali mengembang dan kembali mengangkat salju itu dan kembali menurunkannya.
"Sangat dingin—"
Bibir tipis berwarna merah muda itu bergumam dengan jemari yang kini mengingat sebuah kartun yang pernah ia lihat membentuk bola salju hingga pemuda beriris hitam itu ingin mencoba membuatnya.
Senyumannya tak menghilang dengan Jungkook yang kini mulai membentuk bola salju sebesar kepalan tangan, menepuk nya pelan hingga salju pun berubah menjadi padat. Salju itu terlihat begitu bersinar membuatnya tertawa kecil dan menambah besaran bola salju itu lalu kembali menepuknya.
Ia memiringkan kepala dengan tubuh yang perlahan duduk dengan kaki yang terlipat di bawah bokong seperti seorang maid yang akan berhadapan dengan Tuan nya. Iris hitam itu perlahan melirik ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat, menemukan seorang pria kecil membuat Jungkook mengedipkan matanya berkali- kali sebelum ia mengukir senyuma yang cukup merekah.
Pria kecil itu tersenyum ke arahnya begitu menggemaskan membuat Jungkook sedikit mendongak hingga sudut matanya berkerut sebelum akhirnya pria kecil itu turut menekuk lutut disampingnya membuat Jungkook kembali memiringkan kepala.
"Hai, hyung—" ucap pria kecil itu membuat iris hitam itu melebar ketika dirinya mendapatkan sapaan yang begitu ramah, membuat pandangannya mengedar dan menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan hingga pria kecil itu mengangguk dan menatap ke arah Jungkook dengan tatapan hangat disana.
"Siapa namamu hyung?" tanya pria kecil itu membuat Jungkook kini tertawa kecil karena ketidakpercayaan nya—Sosok malaikat kecil itu menyapa. Ini sangat aneh, biasanya anak kecil, remaja ataupun wanita paruh baya selalu takut melihatnya membuat Jungkook kembali memiringkan kepala dan pria kecil itu menunggu jawaban.
"Jeon Jungkook—Siapa namamu?" jawab Jungkook yang kembali bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari pria kecil yang kini turut melipat kaki disamping Jungkook dan merapikan beanie hat yang ia gunakan, membuat Jungkook turut membantu hingga pria kecil itu mempercayakan beanie hat padanya hingga Jungkook tersenyum tipis.
"Kang Samuel—" ucap pria kecil yang kini turut membuat bola salju disamping Jungkook, menepuknya pelan membuat Jungkook terdiam dan menyimpan bola salju miliknya itu, membuatnya lagi dengan senyuman yang kembali mengembang. Ini sangat menyenangkan dan Jungkook menyukainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomantizmDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...