27. The Difference Between Us

4.8K 563 18
                                    

Hening—Tak ada suara apapun di dalam ruangan yang begitu hangat walaupun salju turun begitu lebat di luar. Tak ada juga yang bergerak, hanya ada uap yang dihasilkan oleh teh dengan aroma jasmine yang menenangkan, pemiliknya tampak tengah terlengkup diatas kasur dengan punggung yang terlihat tanpa helaian pakaian.

Irisnya menatap ke arah onsen dengan tatapan kosong dan lengan yang kini menjadi bantalannya. Perlahan, wajahnya disembunyikan pada bantal hingga terdengar suara helaan nafas yang terdengar cukup berat. Pikirannya terus bermuara pada ucapan Kim Taehyung yang bertanya di dekat onsen itu—

"Apa itu—berbeda?" gumamnya dengan tubuh yang masih tak bergerak—Pria itu kembali menyentuhnya, memanjakannya dengan ribuan nikmat yang bahkan tak bisa ia lupakan, saat ini—membuatnya menginginkannya lagi dan memanggil nama itu lagi. Helaan nafas pun kembali terdengar membuat matanya terpejam.

"Itu berbeda—" lirih Jungkook yang kini memejamkan mata dan kembali menyembunyikan wajahnya pada tumpuan lengan dengan suara helaan nafas yang terdengar. Itu berbeda dan Jeon Jungkook mengetahuinya dengan jelas. Namun, Jungkook tidak mengerti kenapa pria itu mengatakan kedua hal itu berbeda.

Ia tidur dengan siapa pun, dengan orang yang di temuinya di jalanan sekalipun ketika waktu menunjukkan pukul 10 malam. Rasanya sedikit tidak masuk akal jika itu menjadi satu—Melakukan sex harus ada rasa? Benarkah seperti itu? Jungkook tak bisa memikirkannya dan Jungkook tak bisa menebak perasaan Kim Taehyung begitu saja.

"Tae-hyung—"

Jungkook bergumam, memanggil nama yang mampu membuat hatinya bergetar. Jungkook menyukainya, nama itu—Nama yang ia lihat pertama kalinya pada kartu identitas karena pria itu ingin membeli sebungkus rokok. Nama yang pernah ia harapkan untuk tidak pernah lagi memanggil atau bertemu dengan pemiliknya karena ia ketakutan.

"Apa—Tuhan merencanakannya?" gumam Jungkook dengan iris yang kembali menatap kosong ke arah onsen dengan uapnya disana. Jungkook tak percaya keajaiban natal, kado natal, dan juga Tuhan yang mungkin tertidur untuk kehidupannya, tak ingin melihat dan berpura- pura tidak mengetahui bagaimana sulitnya ia menjalani hidup dengan rasa malu karena segala hal.

"Jika kau melihatku, mendengar permintaan ku—Aku ingin Kim Taehyung, bersamaku, kapanpun" gumam Jungkook yang kini merasa jika dirinya semakin serakah, sangat serakah mengenai Kim Taehyung. Tak apa—Bahkan jika Jungkook hanya mendapatkan tubuh pria itu, tanpa hatinya. Jungkook akan merasa baik selama ia masih bisa memberikan hatinya—Karena hanya itu yang bisa Jungkook berikan.

Jungkook tersentak ketika ia merasa rangkulan pada bahunya begitu lembut membuat sikunya kini menumpu pada kasur dengan tubuh yang berbalik dan menemukan Kim Taehyung yang tersenyum begitu hangat walaupun matanya membulat karena pemuda yang disentuhnya itu terkejut karena nya.

"Kau melamun?"

Suara barithone itu terdengar menenangkan membuat Jungkook meluruhkan pundak dan kembali menjatuhkan kepalanya pada kasur dengan mata yang terpejam singkat sebelum ia menganggukkan kepala pelan. Hal itu membuat Kim Taehyung turut merebahkan tubuhnya, menyamping ke arah Jungkook yang kini kembali memperlihatkan iris hitam itu.

"Maaf—Ibu ku menghubungi ku terlalu lama" ucap Taehyung yang kini kembali merangkul pundak sempit itu hingga Jungkook kembali memejamkan matanya karena nyaman membuat Taehyung tersenyum tipis dan membiarkan lengannya kini menjadi bantalan. Pemuda di hadapannya—tampak memikirkan terlalu banyak hal dan Taehyung tak mampu menebak.

"Jungkook? Kau selalu mencemaskan segala sesuatu—" ucap Taehyung yang kini menarik tubuh yang terbalut oleh selimut itu lebih dekat, merangkul pinggang sempitnya tampak mempedulikan pemiliknya yang tampak terkejut membuat Taehyung tertawa kecil dan membiarkan pemuda itu untuk bersandar pada dadanya dengan helaan nafas ringan.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang