28. All Over Again

4.3K 591 20
                                    

Kakinya di tekuk begitu gemetar, jemarinya saling menggenggam begitu erat di dalam ruangan yang begitu gelap tanpa pencahayaan, hanya terdengar suara decitan kayu dan juga jendela yang kini mengikuti arah angin begitu bising, membentur pada tralis besi berwarna hitam disana.

Punggung sedikit merunduk dengan bibi gemetar serta mata yang kini menatap gelisah dan sesekali terpejam dengan suara pecahan kaca yang begitu membekas pada benaknya. Ini menyeramkan membuat jantungnya berpacu dengan jemari yang kini perlahan menyentuh helaian rambutnya.

Namun, jemari itu tampak kaku membuatnya menarik rambut itu beberapa kali dengan lengan yang kembali terjatuh. Helaan nafas itu terdengar begitu gemetar dengan mata yang kembali terpejam dan keringat membasahi pelipisnya walaupun dingin menyapa dari sela dinding kayu yang tampak begitu rapuh.

"Apa lampu gudang menyala?"

Seseorang berteriak dari luar, tetapi tak mampu membangunkan lamunan pemuda yang kini masih merunduk ketakutan dengan air mata yang menetes membasahi pipi untuk kesekian di tahun yang baru tanpa percikan kembang api untuk langitnya. Perlahan jemari itu kembali menutup telinga, menariknya pelan dan berharap ia tidak akan mendengar suara pecahan apapun lagi.

"Tenang, Jungkook—Tenang" gumam nya dengan pandangan yang terus merunduk dengan jemari yang terus menarik telinga itu cukup kencang, sesekali memukulnya dengan tatapan yang kini terlihat begitu kosong dan sesekali ia sembunyikan. Seketika, wajahnya berubah merah padam dengan jantung yang kini semakin berpacu seolah amarah itu memuncak.

"Aaah! Ku katakan aku tidak ingin mendengarnya!"

Jungkook berteriak dengan jemari yang kembali memukul telinganya sebelum akhirnya Jungkook tersentak dengan jemari yang perlahan menjauh untuk menutup bilah bibir yang begitu gemetar, karena tangis dan juga dingin yang terus menusuknya di dalam ruangan dengan jendela yang terbuka membawa angin musim dingin.

"Tidak—" gumam Jungkook dengan pandangannya yang kini menunduk—Ia tidak boleh berteriak, tidak boleh melakukan hal yang mungkin akan memalukan pria bermarga Kim yang telah berbaik hati untuk membawanya. Nafasnya sedikit tersenggal membuatnya terbatuk sebelum akhirnya suara pintu yang di kunci membuat tubuhnya sedikit berjengit.

Iris hitam itu membulat sempurna melirik ke arah pintu dengan tubuh yang perlahan bangkit mencoba membuka pintu dengan mendorong handle besi yang begitu dingin. Jungkook mencobanya, satu kali, dua kali hingga Jungkook terdiam ketika pintu itu benar- benar terkunci. Namun, jemarinya kini memukul pintu itu cukup cepat begitu gelisah.

"Ada orang di dalam! Tolong buka pintunya!"

Jungkook berteriak dengan lampu yang kini menyala membuat matanya terpejam karena terlalu terang. Perlahan jemarinya kembali menarik pintu dan memukul pintu itu dengan air mata yang menetes hingga irisnya perlahan melirik ke arah gudang yang kini begitu bercahaya dan cukup membuat jantungnya berdetak begitu cepat.

Irisnya membulat sempurna, tubuhnya perlahan terjatuh dengan jantung yang kini terus bepacu membuat nafasnya terasa begitu sesak, perlahan jemarinya menyentuh pintu, mendorongnya begitu kuat dengan tubuh yang begitu gemetar ketika melihat ratusan botol kaca dihadapannya.

"Tolong! Buka pintunya! Ku mohon!"

Jungkook berteriak dengan jemari yang kini terus mendorong pintu kayu itu dengan tangis yang kini terdengar begitu ketakutan perlahan kepalanya merunduk begitu cepat seolah ada seseorang yang bersiap melemparkan ratusan botol kaca itu ke arahnya. Tubuhnya gemetar dengan teriakan tertahan yang kini memenuhi ruangan.

"Ah! Buka pintunya! Kumohon! Buka pintunya!"

"Ah!"

Tubuhnya mengapit pada pintu dengan jemari yang kini terus menyentuh rambut dengan mata yang terpejam begitu kuat. Ia akan memejamkan matanya melupakan apa yang ia lihat walaupun sesekali tubuhnya berjengit dengan wajah yang coba ia sembunyikan pada pintu yang terkunci, begitu dingin.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang