Kakinya kini merasa kebas ketika jam makan malam dipenuhi oleh banyak orang yang memesan makanan ataupun membeli makanan ringan, membuat pemuda berambut pink itu sedikit kesulitan walaupun raut wajahnya begitu tenang seolah tidak ada rasa lelah yang menyelimutinya.
Jemari dan kakinya terus bergerak di daerah penjaga kasir, tanpa bicara dan hanya mendengar, serta melihat jikalau seseorang membutuhkan bantuannya untuk pembayaran. Sesekali helaan nafas itu terdengar dari bibir tipisnya, membungkukkan tubuh sebagai rasa terima kasih ataupun sebagai permintaan maaf dalam hal apapun.
Waktu kini menunjukkan pukul delapan malam dengan kursi bar di dekat jendela yang cukup penuh, tetapi mampu memberikan waktu untuknya sekedar duduk dan mengistirahatkan kakinya yang kini sedikit gemetar. Iris hitam itu melirik ke arah ponsel nya, dengan jemari yang terulur dan membuka pesan yang dikirimkan oleh Nyonya Jeon beberapa waktu lalu.
Ibu akan menemui Paman Jang untuk melunaskan utang. Paman Jang mengatakan memiliki penawaran menarik. Apa Jungkook akan pulang terlambat lagi?
Keningnya masih tetap berkerut karena Ibunya akan melunaskan utang dan mengenai penawaran menarik apa yang Paman Jang berikan—Pria itu sangat baik, tetapi tatapannya sangat kasar dan sedikit menyeramkan membuat Jungkook menumpu kepala menggunakan lengan dengan pandangan yang menunduk.
Jemarinya kini sibuk memainkan rambut dengan mata yang menatap kosong entah kemana dan apa yang ia pikirkan. Namun, pikirannya kembali bermuara pada Nyonya Jeon yang mengatakan akan melunasi utang dan Jungkook tidak tahu dari mana wanita itu mendapatkan uang membuat Jungkook terus menunggu balasan.
Seseorang kembali datang ke kasirnya membuat Jungkook segera berdiri dan melayani pembeli dengan iris hitam yang sesekali melirik ke arah ponsel karena Nyonya Jeon belum juga memberikan balasan membuat Jungkook menghubungi Nyonya Jeon setelah melayani pelanggan minimarket itu, tetapi tak ada jawaban.
"Ah—Kemana dia?" gumam Jungkook dengan iris nya yang kini menatap ke arah langit yang begitu gelap dan angin yang berseru begitu kencang, terlihat jelas dari pepohonan yang bergerak disana. Mungkin malam ini, salju akan turun lebih cepat dari tahun sebelumnya membuat Jungkook berharap jika akan ada keajaiban musim dingin untuknya tahun ini.
Namun, Jungkook tersentak ketika iris hitamnya melirik dan kembali bertemu dengan iris berwarna biru yang juga menatap ke arahnya, menggunakan piyama serta jubah tidur yang terlihat mewah serta slipper hitam.
Pria itu sangat percaya diri di tengah kota menggunakan slipper serta piyama mahal itu. Orang kaya mampu melakukan apapun membuat Jungkook menundukkan pandangannya, serta kembali duduk pada kursi—Jungkook tidak ingin berurusan lagi dengan pria bermata biru itu, sangat menyeramkan.
Pria pemilik mata biru itu kini melangkahkan kakinya, berputar di dalam minimarket tanpa tujuan, membuatnya merasa jika ia seperti seorang pencuri walaupun sebenarnya ia tidak melakukan itu. Namun, pikirannya terus berputar mengenai apa yang harus ia bawa ke kasir dan Kim Taehyung tidak mengenal makanan minimarket seperti ini.
Keningnya sedikit berkerut ketika ia menangkap sebuah susu yang tampaknya cukup terkenal, membuat Taehyung menganggukkan kepalanya pelan dan meraih dua susu dengan rasa yang berbeda, sebelum Taehyung melirik ke arah seorang wanita yang tengah memperhatikan membuat Taehyung membungkukkan tubuhnya sekilas.
Taehyung tidak peduli, piyama ini sangat nyaman dan cocok di gunakan untuk malam. Ia terlalu terbiasa untuk tidak mempedulikan orang lain dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya hingga iris nya pun kembali melirik ke arah topi biru yang menutupi rambut pink di sana.
Helaan nafas berat itu terdengar dengan jemari nya yang kini meraih dua susu pisang dengan rasa original dan stoberi disana, melakukan scanning hingga harga pun tertera pada layar membuat pria berkulit tan itu mengeluarkan selembar uang dari kantong bajunya dan Jungkook menerima pembayaran dalam diam sedikit membungkukkan tubuh dan menyodorkan susu itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomanceDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...