14. The Ordinary Me

4.4K 672 42
                                    

Salju tampaknya kembali turun di pedesaan yang kini begitu tenang, di akhir tahun dengan suara aliran sungai, suara ranting yang bergesekan satu sama lain begitu berisik, perlahan menyusuri jalanan beraspal dengan sedikit tanjakan maupun turunan, sebuah minimarket dan juga sebuah rumah yang begitu besar dengan perkebunan anggur di belakangnya.

Tak ada suara kendaraan yang begitu bising layaknya di kota, hanya terdengar suara gemercik air yang begitu menenangkan menyusuri sebuah rumah sederhana di samping rumah utama yang kini tampak sedikit temaram hingga terlihat satu cahaya di bagian pantry dengan sosok pemuda yang tengah menyusun sesuatu di dalam kotak.

Makanan berbentuk bulat berwarna putih tampak tengah dihias, terlihat sangat cantik dengan sebuah titik hitam yang menawan diatasnya. Pembuat makanan itu pun terdiam, melipat lengan di perut sambil menganggukkan kepala pelan dan mencuri satu makanan kecil bernama tteok yang cukup manis, hingga matanya pun membulat.

"Wah—Ini sangat enak—" gumamnya dengan tteok yang masih ia coba cerna di dalam mulut, tubuhnya sedikit merunduk dengan mata yang terpejam singkat dan jemari yang menutup bilah bibirnya, menandakan jika tteok itu benar- benar sangat enak.

"Ah—menggunakan bahan yang komplit memang sangat enak, Ibu" gumam nya dengan jemari yang mengambil satu tteok dan memasukkannya ke dalam mulut hingga rasa manis itu meleleh di dalam mulutnya membuat mata monolid itu kembali terpejam dan menyembunyikan iris hitam itu.

Iris hitam itu kembali terlihat dengan jemari nya yang memasukkan beberapa tteok lagi ke dalam sebuah kotak kecil yang sempat ia beli kemarin. Bibir tipis itu tampak tengah menghitung hingga 15 tteok itu berada di dalam kotak dan 15 tteok lainnya ia simpan diatas piring.

Sesekali matanya mengedip pelan dengan detak jantung yang kini meningkat serta jemari sedikit berkeringat. Kakinya mengetuk lantai perlahan dengan jemari yang kini menyentuh rambut bagian depan dengan pandangan yang menunduk ketika bayangan sosok pria bermata biru itu memasuki benaknya.

Pria itu—Pria bernama Kim Taehyung, pria dari pemilik kamar yang ia sewa dengan kulit tan serta senyuman yang tampak hangat. Senyuman yang pertama kali ia lihat begitu menawan, seperti langit di musim panas dan ia menemukannya ketika malam di musim dingin. Semalam—Pria itu begitu hangat dan Jeon Jungkook tidak akan bosan mengatakannya.

Perlahan tubuhnya bersandar pada dinding di dalam pantry kecil berbentuk lorong itu. Ini akhir tahun dan pria itu tengah berulang tahun membuat jemari nya perlahan menyelusup pada rambut dan menariknya perlahan dengan raut wajah yang sedikit meringis sambil menatap ke arah tteok dihadapannya.

"Haruskah?"

Jeon Jungkook ragu, sangat ragu untuk memberikan makanan sederhana ini dengan berbagai alasan yang memasuki benaknya. Walaupun ia telah membuat makanan manis itu semalaman, tetapi pagi ini ia tidak yakin untuk memberikannya dengan bibir bagian dalam yang ia gigit pelan.

Helaan nafas itu terdengar sambil menutup kotak berwarna maroon yang cukup cantik menurutnya, menatap kotak itu dengan iris hitam yang tampak sedikit melamu sebelum tubuhnya merunduk, menyembunyikan pandangannya pada lengan yang di tumpu dan perlahan suara keluhan pun terdengar dari bilah bibirnya.

"Ah—aku tidak bisa melakukannya—Tidak bisa"

Jungkook menggerutu dan bertarung dengan kecemasannya sendiri sebelum tubuhnya berdiri tegap dengan cepat dan mengambil kotak maroon berserta piring yang berisi tteok lalu melangkahkan kaki ke arah kamar.

Ia mengunci pintu itu begitu rapat, menyimpan tteok itu di atas meja bulat di samping jendela besar sambil menghela nafasnya. Ia pun terdiam mengedipkan matanya beberapa kali dan melangkah mundur dengan senyum yang kini perlahan mengembang. Jungkook akan membuat rencana terlebih dahulu—Itu harus.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang