Salju masih setia untuk turun rintik- rintik mengenai setiap benda yang ada di bawahnya, mengabaikan jika mentari juga ingin terbit dengan gumpalan awan yang terus menutupi dan memberikan tanda jika mentari tidak boleh bersinar untuk hari ini—Mungkin, esok adalah natal dan hari ini malam natal membuat salju sedikit lebih egois.
Namun, salju itu tampak indah seperti biasanya. Kristal itu turun satu persatu, menumpuk di beberapa titik dan kemudian mencari. Hanya itu lah kehidupan yang langit berikan pada bumi. Hal itu juga terpikirkan oleh sosok pria yang kini tengah terdiam dengan secangkir latte di balkon kamarnya dengan penyangga berwarna cream terbuat dari tembok.
Iris berwarna biru nya itu memandang lurus ke arah pegunungan yang diteruskan dari perkebunan anggurnya. Tak ada yang menghalangi pandangannya, sangat indah dan tampaknya pria berkulit tan itu menyukainya—ritual meminum latte sembari menatap pemandangan yang Tuhan berikan untuknya.
Entah—Kehidupannya telah melampaui kata baik dan dirinya hanya perlu menikmati membuatnya kembali mengingat pada sosok pemuda pekerja minimarket dengan rambut pink nya. Pemuda itu—memiliki tatapan putus asa bahkan ketika menaburkan abu di pinggiran Sungai Han dengan guci plastiknya.
Sangat putus asa ketika salju turun begitu indah, ketika salju turun membawa ribuan keajaiban untuk natal membuatnya tak mampu berhenti untuk memberikan satu keajaiban untuk pemuda itu. Ini gila memang—Hanya saja, pemuda berambut pink yang tampak ketakutan setiap kali berinteraksi dengan orang lain itu, membuatnya tak mampu melupakan pemuda itu begitu saja.
"Kim Taehyung—"
Pria itu sedikit berjengit dengan lamunannya yang hancur ketika seseorang memanggilnya begitu tiba- tiba membuat iris berwarna birunya melirik ke arah kamar dan menemukan Tuan Moreau yang melangkahkan kakinya masuk menggunakan pakaian begitu rapi membuat keningnya berkerut—Pria tua itu, selalu datang setiap pagi untuk meminta sarapan.
"Ayah? Jangan memanggil ku tiba- tiba seperti itu—" gerutu Taehyung yang kini menyesap latte nya dan mengabaikan Tuan Moreau yang hanya menatap penuh tanda tanya dengan sedikit raut wajah mengenjek pada putranya itu. Namun, Taehyung mengabaikannya—Tuan Moreau akan menggodanya jika ia mengatakan hal lain. Pria baik hati itu, sedikit menjengkelkan.
"Kau memikirkan seseorang? Kau ingin menidurinya? Tiduri lah mereka anak muda"
Taehyung melirik tajam mendengar apa yang diucapkan oleh Tuan Moreau dengan langkah yang terhenti di sampingnya, menatap ke arah pemandangan yang sama membuat Taehyung turut mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pegunungan yang kini terlihat walaupun salju turun cukup lebat, sangat aneh.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Tuan Moreau membuat Taehyung menundukkan pandangannya sambil menggelengkan kepalanya pelan. Namun, Tuan Moreau tertawa kecil melihat tingkah putranya yang ingin menyembunyikan sesuatu ketika pria dewasa itu bahkan tak mampu menyembunyikan apapun.
Taehyung yang menangkap hal itu pun hanya terdiam dan menundukkan pandangannya dengan jemari yang kini menyentuh tekuk lehernya sedikit gugup. Tuan Moreau akan memikirkan hal aneh jika ia menceritakannya, tetapi Tuan Moreau juga akan terus menggodanya jika ia tidak bicara membuat Taehyung menghela nafas dan membasahi bibirnya yang terasa kering.
"Aku melihat seseorang—" gumam Taehyung yang kini melirik sekilas ke arah Tuan Moreau sebelum pandangannya terarah pada pegunungan yang begitu megah di hadapannya. "Dia—sangat putus asa—" gumam Taehyung yang kini sedikit ragu untuk mengatakan apa yang dilihatnya, sedangkan Tuan Moreau hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku tidak tahu itu karena kematian Ibunya, atau karena memang kehidupannya yang sulit—Aku tidak bisa menebak," lanjut Taehyung yang kini menghela nafas sebelum ia menyesap latte yang kini hampir terasa dingin karena ia abaikan cukup lama karena pemikirkan anehnya tentang pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomanceDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...