33. Separate

4.2K 539 55
                                    

Kakinya kini melangkah kecil bahkan ketika mentari belum juga terbit dengan langit berwarna biru pekat sedikit sendu, awan tipis itu bergerak karena angin hingga angin itu mampu menerpa tubuh yang ditutupi oleh jaket tebal begitu mencubit hingga pandangan itu terangkat ketika langit kini tertutup oleh awan sepenuhnya tanda akan menurunkan kristal.

Ini musim dingin—Namun, kehidupannya terasa begitu hangat bahkan sangat hangat seperti berada di pertengahan musim semi ketika iris nya membuka mata dan menemukan tubuhnya masih direngkuh begitu hangat dan ia pun turut merengkuhnya. Sangat menenangkan setelah semalam pria itu mengusap helaian rambutnya, terus bicara hal manis—

Pria itu—Melakukan banyak hal untuknya.

Langkahnya terhenti di penghujung kebun anggur dengan tembok yang begitu tinggi, membuatnya menengadah dan kembali menatap langit dengan iris berwarna hitam jelaga dan angin yang kini menerpa rambut pink nya karena tudung yang terbuka.

Perlahan, kelopak mata itu terpejam dengan bibir kecil yang kini menghembuskan nafas hingga terlihat udara membeku di hadapannya, bergerak ke arah langit menandakan pemuda itu memiliki kehidupan—Masih tetap hidup setelah ribuan badai menerpa nya.

"Taehyungie—"

Bibir itu bergerak, memanggil sosok pria yang selalu memanjakannya, pria dengan rahang yang begitu tegas dengan tatapan lembut walaupun alisnya sesekali menukik tajam karena ucapannya. Pria yang selalu mengatakan 'kau sudah berusaha keras'—Mengatakan hal yang begitu berharga dan membuatnya menghangat.

Hal itu—membuatnya kembali terlena, membuatnya merasa jika Kim Taehyung menyayanginya hinga rasa dalam hati yang ia tekan untuk menghilang kini kembali tumbuh, semakin besar dan meluap membuat Jeon Jungkook tak mampu menahannya. Ia ingin mengatakan segalanya, melakukan segalanya.

"Bolehkah aku mencintaimu seperti ini?" gumam Jungkook sebelum ia menundukkan pandangannya dengan jemari yang kini terangkat untuk menekan kedua mata yang mulai terasa perih, menandakan jika diirnya akan kembali menangis dengan segala ketidakpantasannya untuk bersanding dengan Kim Taehyung yang begitu hebat.

Ini sangat menyakitkan.

"Sangat sakit—" lirih Jungkook dengan iris hitam yang kini terlihat, menunduk menatap pakaian mewah yang pria itu berikan untuknya—Jika pria itu tidak memberikannya, mungkin ia akan terlihat begitu lusuh membuat hatinya semakin merasa sakit. Jemarinya pun mengepal ketika ia mengingat ucapan Tuan Jang di resort beberapa waktu lalu.

Hal itu membuat pandangannya semakin menunduk dengan ujung jaket yang kini mulai menghapus jejak air mata di sudut mata monolid itu. Ini menyakitkan—ketika kasta yang begitu berbeda membuatnya menatap ke arah langit yang begitu jauh, sangat jauh dan Jungkook tak mampu menggapainya.

"Ah—Aku terbiasa untuk tidak memiliki sesuatu bukan—" lirih Jungkook dengan pandangannya yang tak mampu ia alihkan dari langit yang yang terus membawa awan untuk memenuhi langitnya dari dataran rendah di sana membuat Jungkook memejamkan mata dengan air mata yang kembali menetes dan jemari yang semakin mengepal.

"Tapi—" suara itu terdengar hampir menghilang, seolah terbawa angin musim dingin membuat Jungkook kembali menunduk, sangat malu untuk menatap langit dalam keadaan seperti ini. "Aku ingin memilikinya—" lirih Jungkook yang kini membayangkan bagaimana pria itu tersenyum ke arahnya, menatapnya begitu lembut dengan iris berwarna biru yang dulu ia anggap begitu menyeramkan.

Sentuhan nya, setiap kecupan yang pria itu berikan, perhatiannya seolah penuh dengan ketulusan dan Jungkook tak bisa menolak, merasakan sesuatu yang berbeda, menyentuh hatinya begitu lembut hingga Jungkook ingin mendapatkannya, hati pria itu ketika ia juga memberikan hatinya.

Flower From The StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang