Nafas nya terengah- engah, jantungnya berdetak begitu cepat dengan keringat yang membasahi pelipisnya. Namun, kaki kecil itu tetap melangkah mengikuti seorang perawat dan salah satu anggota kepolisian ke arah ruangan di ujung lorong yang kini terasa begitu menyeramkan untuknya.
Segalanya terdengar samar, bahkan segalanya juga kini terlihat begitu samar dengan jemari yang sesekali menekan matanya untuk menahan tangis yang, bahkan sesekali jemari nya juga menarik rambut dengan segala ketakutan yang kini memasuki benaknya. Ini tidak masuk akal membuatnya ingin berteriak dan berharap jika wanita yang ada di ruangan itu bukanlah Ibunya.
Jantungnya berdetak semakin cepat seiring dengan pintu yang terbuka, hawa dingin menyapa dengan seorang perawat yang menarik ranjang dari salah satu pintu yang cukup besar di sana. Gigi nya menggertak karena ini baru tiga puluh menit setelah kecelakaan dan Nyonya Jeon sudah berada di dalam ruangan yang begitu dingin membuat matanya hanya mampu menatap kosong.
Tubuhnya tak mampu bergerak ketika seorang perawat membantunya untuk membuka kain putih yang menutupi tubuh itu hingga jemari nya kini bahkan tak mampu lagi untuk mengepal, air matanya menetes begitu saja dengan perawat serta detektif yang kini melangkahkan kakinya pergi.
"Jangan bercanda—"
Suara itu terdengar begitu gemetar dengan pandangan yang kini menunduk, mencoba untuk mengepalkan jemari nya diikuti suara isak tangis yang kini tertahan. Kakinya melangkah lebih dekat dengan jemari yang terulur untuk merengkuh tubuh yang kini terasa begitu dingin dengan beberapa luka yang tersisa
"Jangan tinggalkan aku sendiri seperti ini—"
Suara isakan tangis itu semakin kencang seiring dengan rengkuhan yang Jungkook berikan pada Nyonya Jeon yang terpejam dengan wajah yang telah membiru di sana. Ia merasa jantungnya akan berhenti karena sesak membuat Jungkook menyembunyikan pandangannya pada tekuk leher yang tak lagi memiliki kehangatan.
"Ku mohon—Jangan seperti ini—"
Jungkook terus meracau dengan jemari terus mengeratkan pelukannya, seolah jika pelukan itu melonggar mata Nyonya Jeon akan benar- benar pergi meninggalkannya. Jemari nya mencengkam kuat dalam heningnya ruangan yang begitu dingin dan ia sendirian. Jeon Jungkook sendirian dan tidak tahu pada siapa ia harus meminta tolong.
Entah—Ini sangat sulit untuknya daripada ketika Tuan Jeon yang juga meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu. Kali ini, Jungkook sendiri dengan nafas yang tersenggal bahkan tanpa adanya usapan pada punggung untuk sekedar memberikan sedikit kekuatan membuat tangisannya semakin terdengar menyedihkan.
"Maafkan aku—"
Suara lembut itu masih terdengar, masih mencoba untuk bicara dengan iris hitam yang kini menatap Nyonya Jeon yang tertidur begitu damai. Jemari nya mencengkam kuat pundak Nyonya Jeon dengan harapan jika yang di alaminya malam ini hanya lah mimpi belaka membuat Jungkook mengusap helaian rambut hitam itu sebelum ia kembali merengkuh nya.
"Maaf karena aku tidak memenuhi janji ku untuk menyembuhkan telingamu—Maafkan aku" lirih Jungkook dengan penuh penyesalan karena Jungkook tidak mampu melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
Dadanya terasa begitu sesak, tubuhnya tak mampu lagi untuk berdiri hingga kakinya perlahan menekuk dan menggenggam jemari Nyonya Jeon begitu kuat. Pandangan itu menunduk dengan penuh keputusasaan seolah hari esok tidak akan ada untuknya, hari esok mentari tak akan lagi terbit untuknya.
"Aku harus bagaimana—Apa yang harus aku lakukan—"
Jungkook terus meracau sebelum telingan nya kini mendengar suara langkah kaki yang mendekat membuat pandangannya terangkat dan menemukan pria dengan pakaian jas yang begitu rapi berdiri di hadapannya dengan tatapan sendu membuat Jungkook terdiam dengan raut wajah tanpa emosinya

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower From The Storm
RomansaDia indah, dan dia berada di tengah badai musim dingin yang menyeramkan tanpa perasaan. Tatapannya kosong, mimpi senja nya hilang, bahkan harapan akan malam natal nya pun tak ada. Ku pikir dia akan mati, entah besok, lusa atau ketika kembang api ber...