03. Bersepeda Di Hari Sial

794 216 41
                                    

Ketika Jang Yuri mewariskan apartemennya pada adiknya, Yeeun girang bukan kepalang.

Apartemen itu adalah hadiah paling mewah yang pernah ia terima sepanjang hidupnya meski menurut Xiao Jun, tempat itu "nggak bagus-bagus amat". Hanya ada 2 kamar tidur berukuran sedang yang salah satunya berisi kamar mandi di dalam. Ruang duduknya menyatu dengan ruang tamu. Dapurnya kecil, tapi muat dimasuki meja makan sederhana beserta lemari es yang lebih tinggi dari Yeeun. Satu-satunya jendela berada di dapur itu, namun membukanya butuh banyak tenaga hingga Yeeun mandi keringat sewaktu mencobanya.

Tapi Yeeun tidak peduli. Itu rumahnya dan dia menyukai setiap sudut rumah itu.

Xiao Jun, yang sekarang tengah melihat-lihat, adalah salah satu tamu pertama Yeeun. Dia juga di sana beberapa hari yang lalu, tidak keberatan bekerja dengan bayaran makanan membantu mengecat kamarnya. Hanya saja, saat itu, tidak banyak perabotan dan kursi yang diduduki Xiao Jun sebelumnya adalah lokasi kaleng-kaleng cat bertengger.

"Bagus nggak?" Yeeun berputar seperti ballerina di dapurnya. "Mama kemaren ke sini buat nganter makanan."

Xiao Jun nyengir, membuka lemari es dan mengeluarkan sekaleng cola dingin. "Udah nggak nangis?"

Yeeun tersipu. Statusnya yang adalah anak bungsu membuatnya kebagian kasih sayang yang melimpah dari orang tuanya, terutama ibunya yang sampai menangis karena menganggap ia terlalu kecil untuk hidup mandiri. "Masih!"

Padahal, Yeeun tidak bisa dibilang kecil一baik dari segi usia atau fisik. Tingginya 166 senti, beratnya 49 kg. Kalau sedang kuliah, biasanya ia membawa buku-buku berat yang jika dipukulkan pada orang lain bisa membuat mereka pingsan. Ia cukup percaya diri melindungi dirinya sendiri一kecuali mungkin dari serangan serangga.

"Tuh, dia bawa kue kering banyak banget." Yeeun menunjuk lemari es. "Kalau mau ambil aja."

Untuk saat ini, sepertinya Xiao Jun tidak terlalu tertarik dengan kue. Dia berjalan ke ruangan lain, menuju pintu bercat biru yang di permukaannya tertulis, "KANDANG SINGA一DILARANG MASUK!" yang terbuat dari ukiran-ukiran kayu, hadiah dari Yuri.

Zodiaknya memang menjadi semacam lelucon di antara teman-teman dan keluarganya.

Xiao Jun membuka pintu itu, berdecak mengagumi hasil karyanya yang telah Yeeun hias dengan stiker glow in the dark bertema galaksi. "Nah, ini baru bagus!"

"Eits!" Yeeun menjewer telinga cowok itu saat akan masuk lebih jauh. "Nggak sopan masuk kamar cewek, tahu!"

"Kan kemaren udah?" Xiao Jun memberi pembelaan, menelusuri tempat tidur bermotif bentangan langit biru, meja besar yang di atasnya terdapat laptop, dan lemarinya yang bisa dijadikan tempat bersembunyi bila bermain petak umpet. "Kayak kamar bocah 12 tahun."

"Hey!" Tidak terima, Yeeun memukulnya dengan bantal. "Jangan sembarangan ngomong, ya!"

Rak buku yang juga berbahan kayu bersandar di dinding, menyangga koleksi komik dan novel Yeeun. Barisan foto dalam pigura berderet rapi di sebelah rak itu, berisi kenangan-kenangannya yang berharga.

Di antaranya, adalah foto keluarganya dan foto keluarga versi lebih komplit bersama kakak iparnya yang berprofesi sebagai guru. Ada fotonya saat masih memelihara rambut panjang di zaman SMA, foto wisudanya, foto dengan sahabat satu jurusannya, Seunghee, foto dengan Lucas, dan foto terbarunya saat Xiao Jun berniat membantunya memasak namun tanpa sengaja malah mengiris jari telunjuknya.

"Ngapain itu dipajang?" Xiao Jun tergelak, mengangguk pada pigura bergambar pasir dan kerang itu sambil merebahkan tubuh di tempat tidur Yeeun. "Mau ngingetin sama kegagalan?"

"Itu lucu!" Bantah Yeeun, meraih tangan Xiao Jun dan memeriksanya. "Jari kamu udah nggak apa-apa kan?"

Sudah tidak ada plester luka di jari itu, tapi sebagai gantinya, kini ada bekas luka dari kuku hingga ke bagian tengahnya. Yeeun ingat, saat kejadian, dia sangat panik dan menghadiahi Xiao Jun sekotak es krim supaya ia tidak menangis.

AURA : Past Sins ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang