Xiao De Jun adalah tipe extrovert yang tidak banyak bicara. Dia seperti penyimpangan, seperti bunga yang condong pada bulan alih-alih matahari.
Orang-orang bilang matanya tajam, tapi itu bukan karena dia punya bentuk mata yang bagus dengan alis tebal yang berefek mempertegas tatapannya, melainkan karena dia pandai menangkap hal-hal kecil yang bagi orang lain hanyalah detail tak berarti.
Datang ke Korea usai lulus SMA untuk mencari pengalaman baru, Xiao Jun bersyukur menemukan rumah kecil 1 kamar dengan biaya sewa yang tidak terlalu menguras tabungannya. Ada banyak kompleks apartemen dan rumah-rumah semacam itu di sekitar kampus, tersedia bagi mereka yang ingin memperpendek jarak tempuh menuju universitas tercinta atau berniat hidup mandiri.
Maka dari itu, dia tidak terkejut saat tahu salah satu tetangganya adalah mahasiswa Dongguk juga, bahkan mereka satu jurusan. Tetangga itu memperkenalkan diri sebagai Lucas Wong. Sepupunya, yang kebetulan datang berkunjung, ikut berkenalan.
Namanya Park Mirae.
Lucas teman yang asyik. Dia jenis orang yang bisa memeriahkan suasana一di luar fakta volume suara serta kebiasannya berteriak kadang membuat Xiao Jun kasihan pada telinganya.
Lalu Mirae meninggal dan peristiwa itu mengguncang Lucas.
Tidak jelas apa penyebabnya. Kata Lucas, Mirae tampak tertekan akhir-akhir ini, tapi anak itu menolak bercerita. Di rumah, semudah seseorang menanggalkan sepatu, Mirae selalu tertawa dan ceria. Dia seharusnya tidak melompat dari atap sekolahnya pada suatu hari musim gugur yang cerah, namun itulah yang terjadi. Seharusnya saja tidak cukup. Kita bisa berkata ini dan itu, namun takkan mampu mengubah takdir yang telah terjadi.
Meski begitu, Lucas tidak bisa menerimanya. Oh, tidak. Tidak pernah. Mereka sangat dekat. Sudah sering ia mengoceh tentang betapa menyenangkannya nanti saat Mirae kuliah bersamanya. Mirae berbakat. Mirae pintar menggambar. Mirae calon desainer hebat! Kemudian adiknya meninggal, dan rencananya pun buyar.
Xiao Jun ingat dia tidak menangis. Lucas adalah satu-satunya anggota keluarga yang pipinya kering di pemakaman itu. Tidak bisa mengeluarkan air mata, dia terlampau marah. Pihak sekolah yang menutup-nutupi kejadian itu menyebabkan dia semakin murka. Dalam diri Lucas, kecurigaan mengembang. Lucas percaya kematian Mirae memyimpan misteri yang harus ia gali.
Petunjuk pertama Xiao Jun mengenai adanya sesuatu yang tidak beres hadir di lapangan basket, ketika Yeeun bertanya tentang peringatan kematian Mirae. Yeeun tidak tahu, sebab menyangkut masalah ini, Lucas bersikap tertutup.
Yang tidak diberitahukan Lucas padanya adalah, urusan keluarga itu tak sekedar "ribet" dan jauh lebih besar dari "masalah dikit".
Lucas mendesak ibu Mirae dengan berbagai pertanyaan; apakah itu murni bunuh diri? Apa pemicunya? Siapa yang bertanggung jawab? Xiao Jun tahu karena dia menemani Lucas, datang ke makam Mirae membawa bunganya sendiri yang ia tumpuk di atas buket mawar kuning yang entah diletakkan oleh siapa.
Bibinya yang masih terpukul menjawab dengan memberinya sebuah buku bergambar mawar.
Buku yang, di kemudian hari, ia ketahui merupakan buku diary Mirae saat Lucas datang ke rumahnya dan membanting buku tersebut ke atas meja.
Lucas menekankan telapak tangannya ke dahi, mengerang frustrasi. Matanya merah, karena alasan yang Xiao Jun yakini bukan kurang tidur. "Coba baca. Dia di-bully, Jun. Mirae. Hampir sejak awal dia masuk sekolah. Hampir setahun lamanya."
"Di ... Bully?"
"Semuanya ada di sana. Itu dokumentasinya. Bisa kamu bayangin dia disiram pakek air toilet? Atau dikunci di gudang padahal dia takut gelap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...