Pada telinga anak-anak belia yang akan menghadapi dunia一baik dunia sekolah atau dunia dalam artian yang lebih luas一para orang tua bijak sering kali mempersiapkan mereka dengan berbisik, "Hati-hati milih temen, Nak".
Teman yang baik akan menuntunmu ke jalan berbunga, membantumu bangkit ketika kamu jatuh, bahkan menunjukkan rasa sayangnya lewat kata-kata pedas penuh kritikan. Teman yang baik, adalah salah satu hadiah terlangka yang bisa diharapkan. Mereka akan membuatmu mengerti bahwa titel saudara tidak melulu diperoleh melalui hubungan darah. Kamu beruntung jika punya meski tidak banyak.
Sebaliknya, teman yang buruk akan menggandengmu ke jurang, atau lebih parah lagi, menjadi penyebab kamu jatuh ke sana. Pelukan mereka lebih berbahaya daripada serangan musuh, karena kamu takkan pernah tahu apa mereka akan menusukmu atau apakah mereka hanya datang sebab membutuhkan sesuatu.
Ingat ini ya, jangan mau jadi lilin bagi siapapun, yang dicari hanya ketika hidup seseorang sedang berada dalam kegelapan!
"Sebelumnya, aku harus ngasih tahu kalian kalau ayahnya Jeno itu kepala sekolah." Kim Sua mulai menuturkan kisahnya. "Mungkin kalian pikir itu enak dan nguntungin, tapi satu sekolah sama orang tua yang pasti bakal tahu dalam jangka waktu setengah jam apa kamu terlambat atau nggak ngerjain tugas malah bikin Jeno terbebani. Apalagi kepribadian ayahnya keras."
Kata keras saja tidak cukup menjelaskan, Hendery membutuhkan sesuatu yang lebih spesifik. "Ayahnya galak? Suka mukulin dia?"
Sua bergidik, jelas apapun yang dia ingat bukanlah ingatan yang membahagiakan. "Nggak mukul, tapi dia neken Jeno karena Jeno anak tunggal, cowok lagi. Pendeknya, dia susah noleransi kesalahan, makanya Jeno mati-matian buat jadi sempurna di mata ayahnya."
Yeeun duduk tenang di kursinya, sembari membayangkan seorang remaja tanggung, seperti bunga di masa puncaknya, yang mengkerut di bawah bayang-bayang sang ayah. Atau mungkin lebih tepat diibaratkan lalat dalam pengawasan mikroskop; terjebak dan terperangkap tanpa bisa berbuat banyak.
Itu bukanlah...
"Sekarang bayangin orang introvert yang hidupnya terkekang ketemu sama orang ekstrovert yang nggak kenal aturan."
... Jenis takdir yang ia dambakan.
"Jinhyuk, atau Hyuk." Sua menggeser layar ponselnya dengan sekali sentuhan, pamer foto lain yang diambil di lokasi yang penuh dengan bangku dan kursi sekolah yang rusak.
Di foto itu, Jeno duduk di salah satu meja yang masih cukup kokoh menahan berat tubuhnya, sementara Jinhyuk duduk di seberangnya, bermain-main dengan sebuah bola basket. Mereka tertawa, bergurau seperti yang sering dilakukan Lucas dan Xiao Jun bila sudah berkumpul.
"Hyuk ini kebalikannya Jeno. Jeno murid teladan, Hyuk langganan masuk ruang konseling. Jeno sopan, Hyuk nggak bisa ngomong tanpa ngumpat lebih dari 5 menit. Jeno santai, Hyuk hobi cari keributan. Mereka beda banget dalam segala hal."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...