33. Let Out The Beast

324 91 16
                                    

Kamu kira kamu mengenal seseorang dengan baik, karena kalian sering bersama-sama, menghabiskan waktu dengan bermain kartu atau membicarakan cara kerja waktu, ditemani kue buatan ibu yang membuatmu ingin memakannya selalu.

Kamu pikir seseorang baik-baik saja karena dia sering tertawa, menari sebebas merpati yang terbang tinggi, tanpa pernah mengeluh mengenai terjalnya hidup ini atau kejamnya takdir.

Tapi kamu mungkin lupa, jenis senyum itu banyak dan tak semuanya melambangkan bahagia. Tak semua luka tampak oleh mata. Dan tak semua orang, bahkan yang paling menderita, yang bisa dengan mudah bersikap terbuka.

Sesungguhnya, luka yang tak terlihat dan tak berdarah, justru merupakan luka yang paling menyakitkan, tanpa obat pasti yang dapat menyembuhkan.

Sesungguhnya, luka yang tak terlihat dan tak berdarah, justru merupakan luka yang paling menyakitkan, tanpa obat pasti yang dapat menyembuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jang Yeeun pikir dirinya salah dengar.

Sesuatu pasti telah menabrak kepalanya dan berefek mengakibatkannya mendengar hal-hal yang sejatinya adalah halusinasi semata. Apakah tadi dia terjatuh, atau terbentur atap taksi saat buru-buru turun dari sana lantas memanjat gerbang dengan ketangkasan yang tidak tahu ia punya?

Dia tidak ingat. Sungguh tidak ingat. Tapi pasti itulah yang terjadi. Telinganya berdenging一ia bisa merasakannya. Pasti itu artinya iya, berkat memproses informasi yang salah. Lucas dan Mirae. Mirae dan Lucas. Yeeun tidak bisa menemukan hubungan di antara keduanya. Ini tidak benar. Ini sangat tidak benar.

"Lucas." Yeeun menangkap suaranya sendiri yang seakan berasal dari tempat yang jauh. "Kamu nggak punya adek cewek. Kamu 2 bersaudara. Adek kamu cowok dan dia ada di Hongkong. Adek kamu pernah ngejar kamu bawa kodok sampai kamu lari keliling 8 blok一" Yeeun terdiam, sadar dirinya sudah meracau. "Kamu bohong kan?"

Lucas tersenyum, terlihat seperti temannya. Demi Tuhan, teman yang selalu antusias menyambut kotak bekalnya, bukan peneror sinting yang mengirimkan Jeno pesan-pesan tak beradab. "Mirae adek sepupu aku, Eun. Aku kira nggak perlu ngasih tahu kamu karena aku bisa nyelesaiin ini sendirian一sekarang dan secepatnya."

"Nyelesaiin apa?"

"Oh, ini cuma tentang hutang di masa lalu. Dan dia." Dagu Lucas diarahkan pada Jeno. "Harus bayar hutang itu. Tunggu sebentar. Ini nggak akan lama. Setelah selesai kita mampir ke toko Mama kamu, oke?"

"Tunggu, tunggu." Yeeun dengan panik dan gusar menyambar lengan Lucas. "Kamu mau apa? Jangan lakuin ini, Lucas. Jeno nggak salah."

"Dia bilang itu ke kamu?"

"Apa? Bukan! Bukan! Aku tahu itu sendiri."

Dengan gerakan yang masih mengandung kelembutan, Lucas perlahan melonggarkan pegangan tangannya. "Jangan ketipu, Eun. Terlepas dari gimana tampangnya, penjahat tetep aja penjahat. Kamu lupa? Dia sejenis sama orang-orang yang dulu ngejek Xiao Jun."

Ketakutan Yeeun seketika melesat ke titik tertinggi saat sadar Lucas memegang sebilah pisau. "Nggak sama, Jeno nggak sama. Yeji salah paham, Lucas. Kamu percaya aku kan? Dengerin aku kalau kamu nggak mau dengerin dia. Kamu tahu aku nggak bakal bohongin kamu."

AURA : Past Sins ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang