Nama kakak ipar Yeeun adalah Moon Taeil, dan kurang dari 2 minggu yang lalu, dia mengejutkan seluruh keluarganya dengan datang ke rumah dan berkata ingin menikahi Yuri.
Kenyataan adanya orang yang bersedia jadi pendamping Yuri yang lebih beringas dari buaya paling lapar sekalipun menunjukkan bahwa selalu ada harapan bagi para jomblo di luar sana.
Entah bagaimana caranya, pokoknya berdoa dan berharap saja terus.
Secara fisik, Taeil terbilang, yah, pendek, tapi dia dengan mudah mencapai nada tinggi berkat kemampuan menyanyinya yang luar biasa. Taeil bisa bermain gitar, dan Yeeun sering jadi partner duetnya menempati posisi rapper. Sudah 2 tahun dia jadi guru, tapi di luar lingkungan sekolah, dia adalah pria yang di hari Halloween tahun kemarin menghibur anak-anak dengan memakai kostum Princess Belle.
Orang-orang gampang tertipu; Taeil yang berwajah kalem sebenarnya sering bertingkah konyol.
Yeeun senang karena Taeil menyambutnya dengan ramah saat ia dan Hendery muncul, tidak keberatan untuk turun saat tengah memeriksa soal-soal ujian para muridnya.
Guru Moon datang dengan kemeja cokelat yang bagian sakunya ternoda tinta pulpen, sementara pulpen itu sendiri terselip di telinganya. Cincin kawinnya memantulkan sinar matahari saat ia melambai dan meraih Yeeun ke dalam pelukannya. "Ada apa nih? Kamu bawa apa?"
Yeeun tersenyum, menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang berisi setengah lusin donat yang ia jadikan sogokan. "Tadi aku mampir ke toko kue."
"Wah, donat?" Raut wajah Taeil menjadi lebih cerah, sebelum dia menunjuk rekan seperjalanan Yeeun yang asyik tebar pesona pada cewek-cewek SMA yang melintas一seorang playboy yang mencari mangsa potensialnya. "Kalau dia? Beda lagi sama yang biasa dateng, si Jun itu. Pacar baru, ya?"
"MANA MUNGKIN AKU PACARAN SAMA DIA!" Suara Yeeun keluar lebih keras dari yang ia inginkan, dan Hendery memegang dadanya seolah kalimat itu menusuknya. "Bukan, bukan. Dia cuma temen!"
Ketidakpercayaan terpancar di mata Taeil yang sangat ahli menggodanya. "Ah, nggak diakuin ceritanya?"
Hendery mengusap air mata khayalan di sudut matanya. "Sama dia emang cuma dianggep tukang ojek."
Yeeun mendelik pada keduanya, dengan bonus tambahan sikutan ke rusuk Hendery. "Dia temen kuliah, Hendery. Hen, ini kakak ipar aku yang ngakunya seumuran sama muridnya, Pak guru Moon."
"Menolak tua?" Hendery nyengir saat menjabat tangan Taeil.
Pria itu tergelak. "Jadi ada apa, Eun?" Dia mengajak mereka duduk di sebuah bangku yang pas untuk 3 orang, tidak jauh dari ruangan guru. "Kamu kangen jadi murid SMA?"
Yeeun bergidik. Salah satu kenangan masa SMA-nya yang paling menonjol melibatkan darah dan kengerian. Kim Jiyu ... dan Yeeun jelas tidak ingin kembali ke sana. "Nggak, bukan itu. Aku ke sini buat nanya-nanya tentang seseorang."
"Siapa?"
"Dia lulus tahun lalu," sambung Hendery. "Cowok. Sekarang juga kuliah di Dongguk. Namanya Jeno."
"Jeno itu一" Yeeun ingin menjelaskan lebih banyak, mengenai ciri fisik Jeno, perawakan cowok itu, juga Renjun dan Yeji. Tapi hanya dari nama saja, rupanya Taeil telah tahu siapa yang mereka bicarakan.
"Ah, Jeno? Lee Jeno?"
Yeeun dan Hendery bertukar pandang. Tak satupun dari mereka kaget karena ternyata Jeno sudah jadi semacam aktris sejak SMA.
"Kak Moon kenal dia?" Meski sudah resmi jadi satu keluarga sekarang, Yeeun masih mempertahankan panggilannya pada Taeil saat dia pacaran dengan Yuri; kak Moon, karena baginya itu lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...