Sepasang kekasih itu berdebat.
Wajah mereka berdekatan, mata mereka menyala oleh konflik yang bertentangan. Pakaian putih dan hitam membuat mereka seperti 2 orang yang berada di 2 sisi jurang yang berbeda, mencoba mencari jembatan, tak lain agar tidak terperosok ke dasar.
Kamu bisa tahu bahwa si laki-laki, setenang permukaan danau beku di musim dingin, menghormati gadisnya, terlihat dari caranya berusaha memberi pengertian, dan tidak kabur, atau lebih buruk lagi menciptakan badai lain dengan berkata, "Ini urusan cowok, kamu nggak akan ngerti".
Tapi gadis itu, Yeh Shuhua, memang tidak mengerti. Dia kebingungan mengapa Renjun tidak menelpon orang tua Jeno padahal Jeno baru saja melakukan percobaan bunuh diri.
Shuhua masih muda, belum banyak melihat dunia. Dia tidak tahu kalau orang tua dan anak kadangkala bisa saling menyakiti, betapapun dalam hati sejatinya mereka saling mencintai.
Hubungan antar keluarga adalah tali yang di satu waktu bisa menyelamatkanmu saat kamu akan jatuh, tapi di lain waktu menjelma jadi tali yang menjerat lehermu, membuatmu sekarat perlahan-lahan sampai kamu dipaksa membuat pilihan; memotong tali itu, ikatan itu, atau mati dan memutus hidupmu.
Hubungan antar keluarga itu rumit一mereka yang terlahir dalam rumah yang harmonis akan sulit memahaminya.
Jang Yeeun duduk dengan kedua lutut saling menempel di salah satu kursi rumah sakit, mengamati para perawat, keluarga pasien yang penuh harap, dan Renjun serta Shuhua yang belum selesai bicara. Di sebelahnya, Hendery mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai merangkai irama acak.
Berjarak dari 22 langkah dari mereka, di kamar kedua dari pojok lantai 5, seorang dokter tengah berupaya membawa kembali Lee Jeno dari tempat manapun dia berada, mencegahnya pergi terlalu cepat.
Yeeun mendesah, untuk kesekian kalinya mengecek jam. "Lama banget."
"Pasti sayatannya dalem." Hendery menyampaikannya dengan nada seperti dosen yang memberi kuliah. "Harus dijahit, kasih transfusi darah biar nggak kena shock hypovolemic."
Yeeun mengatupkan bibirnya, mencegah keluarnya mual sekaligus sebuah tanya yang berkecamuk dalam benaknya, seberapa buruk kondisi Jeno? Sebagai gantinya dia mulai menggigit kuku jarinya. "Aku nambahin masalah. Bukannya kasih support, aku malah ikut mojokin dia."
"Kamu lagi emosi. Aku yakin dia tahu kamu nggak serius."
"Iya bener!" Yeeun dengan semangat tinggi sudah akan menekan 'tombol setuju' kuat-kuat, meloloskan diri dari perangkap rasa bersalah, tapi lalu dia teringat Jeno, kata-kata Sua tentangnya, dan seketika merasa malu. "Nggak, nggak. Aku salah. Jangan belain aku terus, Hendery. Aku nggak mau cari-cari pembenaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...