37. Bad Liar

319 83 14
                                    

Benar bahwa dulu, Jang Yeeun cenderung meremehkan orang-orang yang memilih mengakhiri hidupnya karena cinta. Bukan masalah ekonomi atau perkara orang tua yang akan bercerai, tapi cinta! Demi kupu-kupu yang asli atau imajinasi yang terbang di perut, cinta! Whoa, benar-benar tidak keren. Ada lebih dari 7 miliar orang di bumi ini dan kamu jatuh cinta pada orang yang tidak menginginkanmu?

Konyol.

Sampai dia mengalaminya sendiri dan apa yang sebelumnya konyol berubah menjadi sesuatu yang ia pahami. Ini bukan tentang adanya sosok yang lebih tampan atau lebih kaya一yang diperlukan adalah kenyamanan. Ini pun bukan mengenai seseorang yang berjanji memberimu seluruh dunia, sebab kamu tak membutuhkannya.

Itu disebut cinta, ketika 1 orang berarti lebih dari seluruh dunia dan kamu tidak akan berpikir 2 kali untuk memilihnya di atas hal-hal lain.

Itu disebut cinta, ketika kamu melihatnya terluka dan kamu bertanya pada Tuhan, bisakah lukanya berpindah padaku saja? karena meski mengerikan, bukankah cinta sejatinya juga menuntut pengorbanan?

Itu disebut cinta, ketika kamu melihatnya terluka dan kamu bertanya pada Tuhan, bisakah lukanya berpindah padaku saja? karena meski mengerikan, bukankah cinta sejatinya juga menuntut pengorbanan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jang Yeeun kira dia telah cukup memahami duka.

Melipat lutut, bersandar di dinding di sebelah kamar tempat dokter menangani Xiao Jun, dia disadarkan tentang betapa salahnya anggapan itu. Dia hanya manusia biasa, gadis 21 tahun yang serba kekurangan, dan butuh lebih banyak latihan dalam hal mengontrol mulutnya. Duduk sendirian di gedung ini membuat Yeeun kesepian. Dia memang tidak punya banyak teman, tapi biasanya dia tidak sendirian atau kesepian. Dia tahu harus melakukan apa pada hidupnya dengan menatanya menjadi teratur dan penuh rencana potensial.

Detik ini, ia mengerti, seberapa cepat sikap sombong dan kendali diambil. Hukuman datang dalam berbagai cara一tak harus dia yang menerimanya untuk menderita. Nyatanya, menyaksikan Xiao Jun berdarah-darah saja sangat menyakitkan. Yeeun pikir dia akan terbiasa, tapi tidak, ini masih saja terasa menyiksa.

Dari ujung lorong, sesosok tubuh mendekat. Pria, membawa 2 kopi kalengan dari mesin penjual minuman. Pria itu melewati semua kamar dan berjalan mantap ke arahnya. Yeeun sudah meminta Hendery pulang, jadi dia tahu itu Jeno sebelum dia menoleh.

"Jeno."

"Eun." Jeno membalas sapaannya dengan secercah senyuman. Entah bagaimana dia masih bisa tersenyum. Padahal bila jadi dia Yeeun pasti sudah tidur atau kabur mencari ibunya. "Kamu udah makan? Apa nggak ada makanan sehat yang cocok sama seleramu di kafetaria?"

Yeeun berhasil dipengaruhi untuk turut tersenyum. "Aku nggak laper."

"Bohong." Satu kopi Jeno berpindah kepemilikan. Jeno memaksa Yeeun menggenggamnya setelah membantu membukanya一tipe pacar yang romantis.
"Seenggaknya kamu harus minum, sedih pun butuh tenaga."

"Dia nggak bakal kenapa-napa kok." Yeeun tahu betul dia terdengar seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri. "Xiao Jun itu ... Apa ya? Dia tahan banting. Inget cerita aku pas kita pulang bareng? Dia nggak pernah nyerah."

AURA : Past Sins ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang