Pada akhir bulan november kemarin, publik Vietnam dihebohkan dengan ulah salah seorang warga mereka yang melempar bom molotov pada tetangganya yang semalaman, hingga pagi menjelang, mengadakan pesta karaoke bersama teman-temannya. Pria itu mengaku hanya ingin tidur, tapi dengan semua musik dan keributan tersebut, bagaimana ia akan memejamkan mata?
Masih mengenai karaoke, pria dari Indonesia datang ke tempat hiburan malam dan mendapati istrinya bermesraan dengan pria lain ditemani lagu-lagu tentang cinta yang membara. Tanpa banyak kata, pria itu mengambil senjata tajam yang ia lihat berada di samping bangunan itu dan membunuh selingkuhan sang istri dengan tusukan fatal yang merenggut nyawanya.
2 negara berbeda, pemicu yang berlainan, tapi punya kesimpulan yang kurang-lebih mengarah pada hal yang sama; amarah manusia itu rapuh, tidak pasti dan sulit diprediksi.
Jangan sekali-kali一pokoknya jangan!一dengan sengaja memancingnya bahkan untuk alasan bercanda. Karena saat amarah itu bangkit, kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Berpikirlah bijak, sejinak apapun kelihatannya, ada singa-singa yang sebaiknya tidak pernah dibangunkan.
Cuaca hari itu cukup cerah untuk ukuran musimnya. Langit biru dan awan-awan putih yang menggumpal seperti permen kapas menemani Yeeun, Hendery, dan Jeno, menyantap menu piknik mereka di pantai.
Di saat sepi seperti itu, mudah berpikir bahwa dunia sedang terlelap. Klik, klak. Sakelarnya dimatikan. Tak ada penghuni lain selain mereka, kita memiliki bumi untuk diri kita sendiri meski tidak dapat dipungkiri, itu sekedar ilusi.
Yeeun merasa damai. Sedamai lumba-lumba yang berenang di elemennya di alam bebas, alih-alih kolam sempit tanpa ombak. Damai, layaknya burung-burung camar yang terbang tinggi sambil memekik-mekik. Sedamai, yah ... Orang yang duduk di pantai bersama telur dadar gulung lezat dan dua cowok keren yang kini, salah satunya menyuapinya dengan sepotong mandoo.
"Ini asalnya dari China." Hendery bicara seperti seorang pembawa kuis di televisi. "Nama lainnya jiaozi."
Yeeun menerima suapan tersebut meski mulutnya sudah penuh. "Masa?"
Jeno yang menghabiskan sandwich ketiganya bergabung dengan diskusi mereka. "Apa masih saudaraan sama dimsum?"
"Sepupu jauh mereka," jawab si profesor makanan, dan Yeeun serta Jeno langsung terbahak. Hendery menimang mandoo terakhirnya, dan memutar-mutar makanan itu seperti pesawat. "Selain pinter masak, kamu ternyata juga pinter milih tempat, Eun. Udah lama aku nggak ke pantai. Waktu kecil sih sering, biasanya aku nyari bangkai ikan atau kepiting."
"Buat apa?"
"Buat ngerjain kakak-kakak sampek mereka jerit-jerit."
Yeeun sama sekali tidak kesulitan membayangkan hal itu; Hendery si berandal kecil, berkeliling pantai dengan keberanian dan keisengan yang sama besarnya, lalu melemparkan hasil buruannya pada salah satu atau ketiga kakak perempuannya yang tidak beruntung. Sungguh ajaib dia masih di sini, bukan, katakanlah, dihanyutkan sang kakak sampai ke surga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...