Apa sesungguhnya definisi kecantikan itu?
Kalau kamu bertanya pada para filsuf, mereka mungkin akan menjawab bahwa kecantikan sejati ada pada jiwa一tak terlihat, tak tersentuh, seperti oksigen yang kamu hirup. Kalau kamu bertanya pada orang tua, mereka mungkin akan menjawab bahwa kecantikan terletak pada perilaku yang sopan dan berbudi luhur. Tapi kalau kamu bertanya pada anak-anak一terutama bocah-bocah perempuan一sebagian besar dari mereka pasti akan menjabarkan ciri-ciri fisik yang mengarah pada boneka berambut pirang dan bermata biru.
Dengan kata lain, untuk memenuhi standar kecantikan masyarakat, kamu setidaknya harus bertubuh sekurus tiang, seputih mutiara, dan selalu mengenakan pakaian penuh gaya.
Sedikit banyak, karena pemahaman yang salah kaprah, kita jadi terpengaruh hingga menetapkan batasan-batasan pada sesuatu yang tidak perlu. Tanpa peduli tentang betapa tololnya mengikuti tren yang dibuat boneka, kita menganggap hidung yang tidak menyerupai perosotan itu jelek. Kita mengecap warna kulit selain putih itu tidak keren.
Kita terlalu sibuk menilai orang lain hingga lupa bertanya pada diri kita sendiri, siapa kita hingga merasa berhak menghakimi ciptaan Tuhan?
Senja datang menghamparkan selimut berwarna merah dan kabar buruk akan turunnya hujan. Atau mungkin itu bukan kabar buruk, sebab hujan selalu muncul menggandeng pelangi dan aroma magis tanah yang oleh manusia dinamakan petrichor.
Dalam bilik kamarnya, dalam posisi tertelungkup di balik balutan selimut, Yeeun membenamkan wajahnya di bantal ditemani ponsel yang melantunkan lagu Eminem. Semakin mendekati akhir tahun, cuaca semakin dingin. Nekat keluar rumah tanpa tujuan yang jelas sama saja cari penyakit. Ia muak mengerjakan tugas一yang tak ada habisnya! Dan memasak untuk sekedar menghangatkan tangan percuma saja mengingat gukbap-nya masih tersisa banyak.
Singkatnya, Yeeun tidak tahu harus berbuat apa.
Terpikir olehnya mungkin dia bisa maraton nonton film. Cabin In The Woods? Itu bagus. Dia suka film horor, sesuatu dengan adegan kejar-kejaran, pembunuhan, dan balapan seru yang akan membuat jantung terpacu. Karena di film-film seperti itu, kematian hanyalah ilusi yang diciptakan sutradara dan kamera.
Tanpa mengangkat wajah, Yeeun meraba-raba mencari ponselnya. Lagu Eminem tiba-tiba berhenti dan digantikan lagu lain yang menandakan adanya panggilan masuk.
Yeeun menerimanya tanpa membaca ID caller. "Halo?"
"Di mana?"
Baru kini bisa bicara, mendadak menelpon tanpa basa-basi. Jangan salahkan Yeeun bila ide jahat timbul di otaknya. "Rumah Mama."
Xiao Jun tertawa. Tawa merdu mendayu-dayu yang menyebalkan itu! "Terus kenapa aku denger musik dari dalem?"
"Kamu di sini?"
"Iya, boleh aku masuk?"
"Nggak, diem di koridor dulu." Lalu dia memutus sambungan dan berbaring telentang sambil mulai menghitung dalam hati. Senyumnya perlahan-lahan terbit bak seberkas sinar mentari yang menembus kegelapan. Kemudian pada hitungan ke-60, dia kembali menghubungi Xiao Jun. "Oke, sekarang boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...