12. Badai Setelah Pelangi

458 140 36
                                    

Kalau dipikir-pikir, mengakhiri hidup sesungguhnya perkara mudah.

Tali untuk menggantung leher bukanlah barang mahal. Setiap rumah pasti punya 1-2 benda tajam yang dapat digunakan untuk memotong urat nadi. Melompat dari atap gedung tinggi juga cukup berbekal tekad bulat.

Kalau kamu berhasil, "keberanian" itulah yang akan didendangkan dengan wajah datar oleh para pembaca berita.

"Pemirsa, seorang murid SMA berinisial 'KJ' ditemukan tewas gantung diri..."

"Sungguh malang nasib wanita 36 tahun ini yang memutuskan menenggelamkan diri..."

Ah, peduli setan. Yeeun tidak tahan menonton acara seperti itu. Orang-orang tersebut tampaknya lupa bahwa terjun dari ketinggian/meminum pil tidur/menabrakkan diri ke kereta sebenarnya hanya penyebab kematian mereka. Ada faktor pemicu, tapi seringnya tidak dihiraukan. Dan kalaupun tidak, disebutkan dengan singkat menjadi "karena depresi".

2 kata itu amat terlalu meremehkan. Depresi mungkin tidak bisa dihindari, namun alasan munculnya makhluk jahat itu seharusnya tidak ditutup-tutupi. Jiyu tidak akan bunuh diri bila orang tuanya menyayanginya. Tetangga Yeeun tidak akan pergi terlalu cepat jika mertuanya tidak setiap saat mendesaknya untuk punya anak.

Kalau sudah begini, siapa pembunuh aslinya? Si korban yang merangkap pelaku, atau masyarakat/orang terdekat yang menanamkan gagasan gelap ke otak mereka?

Manusia itu kejam一terima saja.

Tetesan-tetesan darah itu berjatuhan ke lantai, layaknya hujan rintik-rintik yang membentuk genangan berwarna merah gelap dengan Jeno sebagai pusatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetesan-tetesan darah itu berjatuhan ke lantai, layaknya hujan rintik-rintik yang membentuk genangan berwarna merah gelap dengan Jeno sebagai pusatnya. Darah juga mengalir ke lengannya, mengotori jam tangan yang ia pakai. Sementara pisau yang menggoreskan luka itu berada di tangan kanannya; besar, merusak, dan berbahaya.

Kepala Yeeun jadi pening, tapi karena penyebab yang berbeda dari kecupan Hendery. Dia memekik, merampas pisau itu yang licin dalam genggamannya sehingga tergelincir dan melayang ke tempat cuci piring. "Kamu gila, ya? Ngapain kamu ngelakuin ini, Lee Jeno?! Apapun masalah kamu, pasti ada solusinya, tapi jelas bukan ini!"

Jeno menatapnya dengan pandangan bingung. "Eun, kamu kenapa?"

Yeeun tidak berhenti一tidak bisa一dan dengan keras ia memukul dada Jeno dengan kekuatan yang sanggup mengakibatkannya mundur beberapa langkah. "Kamu masih muda, hidup kamu masih panjang! Apa kamu nggak pengen一"

"Tapi aku一"

"Ngeraih cita-cita kamu? Nggak pengen dipanggil dokter Lee?" Yeeun melanjutkan seakan Jeno tidak pernah bicara. "Banyak orang yang berjuang buat hidup tapi kamu malah mau mati? Dasar ... dasar..." Yeeun berusaha mencari kata umpatan paling kasar yang ia tahu, tapi hanya berhasil menemukan, "Dasar bego..."

Tawa. Jeno membalasnya dengan tawa yang terkesan terlalu riang untuk situasi ini. "Sejak kapan ngasih makan kucing itu termasuk tindakan bunuh diri?"

AURA : Past Sins ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang