Di dunia yang penuh kemungkinan ini, segalanya bisa terjadi.
Suatu pagi, kamu bisa saja jalan-jalan di pantai lalu melihat cangkang kerang cantik yang terbenam di pasir di kejauhan. Saat kamu akan mengantonginya, ponselmu jatuh ke air dan rusak.
Suatu siang, kamu membeli kopi dan menyusuri trotoar untuk pulang. Ada lubang berisi genangan air yang mengancam mengotori sepatu barumu, jadi kamu melompatinya. Sepatumu selamat, tapi kopimu tumpah setelah kamu terpeleset sebuah kerikil yang tidak kamu lihat.
Atau,
Suatu malam, kamu kira kamu sudah berbuat kebaikan dengan berusaha menolong tetanggamu, tapi tanpa kamu sadari, kamu sudah mengecewakan seorang sahabat yang sangat kamu sayangi.
Dunia ini jahat一kamu tidak bisa mendapat sesuatu tanpa mengorbankan sesuatu yang lain.
Ombak kengerian menghantam Yeeun saat ia menyadari seperti apa pemandangan ini kelihatannya; dia dan Jeno, berduaan, ketika seharusnya dia berada di rumah Xiao Jun makan malam bersama orang tuanya. Dilihat dari sisi manapun, ini adalah skenario yang sanggup membuat benih kekecewaan tumbuh subur.
Dalam diri Yeeun, penyesalan muncul, yang tidak butuh waktu lama untuk jadi semakin besar dan besar, melihat sorot mata Xiao Jun yang terluka. "Waktu kamu nggak dateng-dateng, aku telepon kamu berkali-kali, tapi nggak diangkat. Aku kirimin kamu pesan, tapi nggak dibales."
Di sampingnya, Lucas bergerak-gerak gelisah. Tidak setiap hari Yeeun dan Xiao Jun bertikai, dan ia tidak tahu harus berbuat apa. Bersilangan pendapat? Beberapa kali. Terlibat konflik besar? Bisa dihitung dengan jari.
"Kamu nggak pernah ingkar janji." Imbuh Xiao Jun lirih. "Kalau kamu janjiin sesuatu, kamu pasti nepatin itu. Jadi aku kira, ada masalah serius. Mungkin kamu sakit. Mungkin kamu keasyikan bikin kue. Makanya aku ke sini. Dan ternyata..." Dia menoleh pada Jeno yang bersandar di ambang pintu rumahnya dan menggeleng.
Sendok di tangan Yeeun jatuh dengan bunyi yang diredam oleh karpet koridor. "Nggak, Jun. Bukannya aku nggak mau makan sama orang tua kamu. Aku lupa一"
"Lupa." Xiao Jun mengulangnya seolah menyebutkan kata umpatan. "Jelas. Kamu lagi sibuk. Kamu punya acara yang lebih seru."
"Nggak gitu!"
Tapi Xiao Jun sudah memasukkan ponselnya lagi ke saku dan mencari-cari kunci motor. "Lucas, ayo balik."
Lucas bergeming. "Jun, santai. Dengerin Eun ngomong dulu."
"Eun kayaknya harus makan." Xiao Jun menuding Jeno menggunakan dagunya. "Bareng dia."
"Jun." Yeeun benci mendengar nada merengek dalam suaranya, lagi-lagi bertingkah seperti bayi yang kemauannya tidak dituruti. Sejak kapan dia jadi cengeng begini? Dan kenapa masalah hadir bertubi-tubi? "Aku sama Jeno nggak ada apa-apa. Ini sama sekali nggak direncanain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA : Past Sins ✔️
FanfictionBagaimana rasanya bisa mengetahui waktu kematian orang lain? Jang Yeeun bisa melihat warna aura, dan melalui itu memperkirakan waktu kematian seseorang. Suatu hari, dia mendapati Lee Jeno, salah satu orang yang ia kenal, diselubungi aura berwarna hi...