"Nona, kau tak apa?"
"Dia terluka."
"Tolong panggilkan ambulance cepat!"
"Astaga, apa kau baik baik saja?"
"Tolong periksa yang disini juga! Dia terluka lebih parah"
Alam bawah sadarnya seakan mengingatkan Zoe untuk terbangun di tengah tidur malam. Perempuan dengan wajah yang penuh peluh keringat itu menoleh kaku kearah jarum jam yang menunjukkan pukul dua dini hari.
Napas terengah, keringat terus bercucuran, seakan pendingin ruangan disana tidak berfungsi. Jantungnya berdebar kencang, ia kembali mengingat ingat mimpi yang rasanya mungkin pernah ia alami namun sebagian memori memaksanya untuk menutup semua kemungkinan yang telah terjadi.
Dirinya dilanda kebingungan sekarang. Masih dalam balutan piama kusutnya, ia memilih untuk turun dari ranjang setelah menguncir sebagian rambut brunettenya yang berantakan.
Langkahnya tertatih menuju meja rias yang tidak jauh dari sana. Menarik rak untuk mengambil sebuah kapsul berisi obat. Biasanya memang Zoe sering menyediakan segelas air ketika ia hendak tidur, jadi mengalirlah air tersebut kedalam mulutnya setelah menelan tiga pil obat yang ukurannya lumayan besar.
Zoe bisa merasakan badannya sempat bergetar. Kedua tangannya mencengkram erat pinggiran meja dengan mata terpejam erat. Sebisa mungkin Zoe meredakan rasa pusing yang tiba tiba saja menyerang kepalanya. Selang hampir beberapa menit, napasnya mulai teratur, kepalanya sudah tidak berdenyut dan tergantikan dengan rasa kantuk yang luar biasa.
Zoe sempat menatap pantulan dirinya dicermin panjang. Wajahnya sedikit pucat dan kantung matanya mulai terlihat. Tapi Zoe mengabaikan semua yang dilihatnya itu dan mulai mengambil langkah mendekati gorden panjang yang menutupi kaca balkon.
Dari tempatnya berdiri ia bisa lihat keindahan kota London yang masih terang benderang. Kerlap kerlip lampu jalanan dan pantulan dari lampu gedung gedung pencakar langit. Kota yang tidak pernah tidur.
Matanya sedikit bergulir kebawah, ia melihat banyak kios yang sudah mulai tutup. Memang, apartmentnya termasuk gedung yang sedikit berhimpitan dengan gedung yang lain.
Sulitnya tinggal disini adalah lahan parkir yang terbatas, namun hal itu tidak membuat Zoe pusing, ia bisa memarkirkan morrisnya dengan mudah. Mobil kecil itu bisa nyelip dimana saja. Keunggulan lainnya adalah, banyak yang berdagang hot pot Tiongkok disekitar sana. Saat winter Zoe paling suka makan shabu shabu, terlebih lagi jika ia habis gajian.
Hujan.
Tiba tiba saja kaca didepannya berembun. Zoe cepat cepat menutup gordennya kembali. Ia mematikan ac dan menyalahkan penghangat ruangan. Suara dari rintik hujan yang mengetuk kaca sedikit membuatnya rileks. Terlebih lagi ketika ia sudah menyalahkan lilin aromaterapi beraroma citrus.
Saat Zoe hendak kembali ke tempat tidur, sebuah benda pipih yang tergeletak diatas nakas tiba tiba menyala. Zoe meraih ponselnya yang berdering. Ia sempat terdiam melihat panggilan kontak dan menyamankan posisi selimutnya.
"Zoe?"
"Iya sayang."
******
Pagi itu udara cukup beku. Zoe yang saat itu bangun pukul tujuh pagi sudah siap dengan sarapan waffle dan madu di sebuah piring. Dia juga sudah menyeduh kopi untuk memulai hari. Zoe ada mata kuliah sekitar jam sebelas, jadi ia masih ada sisa waktu untuk beberes apartmentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...