100%

341 102 1
                                    












AKU melihat lautan biru dengan ombak yang tenang di depan sana. Terdengar suara ombak yang mengayun beradu padan dengan semilir angin di panca inderaku.

Aku berlari keluar pintu gerbang. Di depan sana ada tebing curam yang langsung mengarah ke laut. Sepoi-sepoi angin sangat terasa, anginnya sangat sejuk sekali, berbeda saat tadi di dalam gerbang yang sama sekali tidak ada angin berhembus.







"Kita persiapkan diri dulu sebelum melompat. Pakai ini." Aku menoleh ke Rhino yang sedang membuka tas punggung besar itu. Kemudian ia melemparkanku... sebuah tas pinggang kecil.

"Tas?"

"Decomphonemu, nanti basah. Tas itu anti air."

Aku hanya mengangguk mengerti sambil mengeluarkan Decomphoneku dari saku, lalu meletakkannya di tas pinggang yang Rhino berikan.

Aku kembali merogoh saku rokku dan aku menemukan kunci di sana. Ah ini kunci untuk membebaskan Rhino. Kemudian aku meletakkannya ke dalam tas pinggang juga.

"Kenapa disimpan sih?"

"Takutnya butuh." Rhino yang kudengar hanya berdecak sambil mempersiapkan sesuatu seperti... tas lagi? dan benda apa itu?

"Itu apa?"

"Tas udara, untuk menyelam, ada di sini. Kurasa cukup berguna."

Aku melihat tas itu, ukurannya kecil dan bentuknya seperti sebuah tabung. Tali tas itu juga bisa di selempangkan. Aku juga melihat ada regulator dan masker mata untuk menyelam yang... bisa dilipat?

Wah benda-bendanya canggih sekali.

"Karena kau tidak bisa berenang, tas makanan ini kita bawa bersama di dalam air. Jadi kau hanya tinggal mengikutiku." Rhino menghampiriku dan menyelempangkan tas tabung itu, serta memakaikan regulator juga maskernya ke wajah dan mulutku. "Selesai. Tinggal loncat."

Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Kulihat laut yang dikatakan Han memiliki kedalaman empat puluh meter, dan kenyataan yang pasti aku tidak bisa berenang. Bahkan aku tidak suka air.

"Siap?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku. Rhino mengikatkan tali tas punggung itu ke lengan kananku,

"Ah! Sebentar."

Jam tangan yang diberikan Chris, masih melingkar manis di pergelangan tangan kiriku. Jamnya aku lepas dan aku masukkan ke dalam tas pinggang. Setelah itu Rhino kembali mengikatkan tali tas punggung tadi ke pergelangan tangan kananku.

"Tasnya kau pegang juga. Ayo." Kemudian aku mengikuti Rhino sambil membawa tasnya dan kami berdiri di ujung tebing.

"Perjalanan kita akan di mulai dari sini."

"Hm, aku tau. Jangan membuatku semakin gugup."

Kulihat, Rhino hanya tertawa sambil memasang regulator dan masker matanya. Dengan hembusan napas yang keras, aku juga mengikutinya.

Rhino kemudian mengaba-abakanku dengan jari-jarinya yang lain.











Satu,













Jantungku makin lama makin berdegub kencang, aku akan loncat dari tebing ini sebentar lagi.





















Dua,





















Ah, sial. Jantungku sepertinya ingin meledak. Oke siap. Kau pasti bisa Kira. Sambil menggenggam erat tas punggung yang berisi makanan itu, aku siap untuk melompat.























Tiga.
















Kami melompat.








Aku merasakan tubuhku melayang di udara sambil mengeratkan genggamanku ke tas punggung itu.

Aku dan Rhino kemudian saling menatap. Dengan anggukan mantap dariku dan juga Rhino yang sama-sama sedang melayang, kami telah siap.

Lama-lama tubuhku jatuh... Ah inilah saatnya.

















Selamat datang, laut kedalaman empat puluh meter.













byur....




[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang