#11. Still Questioning

216 78 2
                                    













MEREDITH datang saat Leo sudah tertidur dipangkuanku. Ia membawa banyak sekali rumput basah dengan warna yang berbeda-beda ke hadapanku. Dengan... Berjalan... Dengan kedua kaki... Astaga... Orang ini telanjang...







"Ah... Kau punya kaki?"

Aku makin menggosok tubuh Leo yang tertidur karena merasa gelisah melihat tubuh polos Meredith yang berjalan ke arahku. "Jika aku ingin, sayap pun bisa."

Kekehan kecil keluar dari mulutku saat lelucon kecil yang ia berikan. Meredith duduk di sampingku, sambil memberikanku salah satu rumput berwarna hijau kebiruan. "Cobalah, kau pasti suka."

"Dimakan?"

Meredith mengangguk, "Iya. Ini salah satu favoritmu dulu."

Aku mengambil rumput itu dan memakannya sekali suap. Errr—rasanya... Aneh. Ada rasa gurih dan amis disaat yang bersamaan. Lalu berubah menjadi manis dan asam. Teksturnya basah, berlendir, lengket, entahlah... Tapi rasanya enak saat sudah ditelan.

"Kau suka?" Aku hanya mengangguk kecil. Mungkin aku akan mencobanya lagi nanti.

"Kepalamu sudah membaik?"

Aku mengangguk lagi, "Lumayan. Tapi di sini belum," terangku sambil menunjuk dadaku sendiri seraya tersenyum tipis ke arah Meredith. "Masih sakit. Leo bilang tadi, jika Chris mengatakan aku tidak punya rahim, sejak lahir."

Seakan sudah tau kenyataannya, Meredith memelukku, "Itu lebih baik, ketimbang aku yang memberitahukannya, Sayang."

"Tidak apa-apa. Kebohongannya sudah tersebar, semua hanya tau jika aku tidak punya rahim."

Aku ingin sekali bilang kepada Leo jika Chris berbohong. Dia sudah membohongi semua orang, dia sudah membohongi teman-temannya, dia juga sudah membohongiku. Aku tidak mandul, aku bisa punya anak, aku punya rahim! Chris yang tega!

Air mataku mengalir lagi. Kali ini kepalaku mengusak ceruk leher Meredith. Menangis dengan suara sumbang yang berusaha aku kecilkan. Meredith hanya membalas memelukku, ia membelai suraiku yang masih basah dengan perlahan. Membawaku ke dalam kehangatan yang sudah menjadi sumber utama di tubuh Meredith.

"Aku tidak ingin kau kembali tertutupi rasa dendam lagi, Kira- Sayangku. Aku memberitahukanmu karena ingin kau tau penyebab utamanya. Bukan untuk membalaskan dendam."

Bagaimana aku bisa menahan amarah dan dendamku jika Chris sudah berbohong dan menjadikan aku seperti ini?

"Dendam hanya membawa petaka, Kira- Sayangku. Jika kau membalaskan dendammu untuk kesekian kalinya, kau hanya mengulang kesalahan yang seharusnya tidak ada."

"Tapi Chris berbohong, Meredith!" berangku yang hampir menjerit, "Jika aku tidak difitnah seperti itu, mungkin aku tidak akan kehilangan ingatanku. Aku tidak akan melupakanmu dan repot-repot untuk kematian yang aku ulang beberapa kali!"

"Haha—kau masih mempertanyakan kematianmu yang berulang kali di gedung penelitian baru, Sayang?"

Aku tidak kaget lagi jika Meredith mengetahui itu sebelum aku ceritakan kepadanya, hanya saja... Apa maksudnya tadi?

"Maksudmu?"

"Kenapa kau masih harus mempertanyakan kematianmu yang berulang kali, Kira- Sayangku?"

"Karena... Aneh..."

"Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

Maksudnya apa sih dengan pertanyaannya itu? Bukannya memang aneh jika kematian berulang kali?

"Aku tidak mengerti." Meredith lagi-lagi tersenyum. Senyumannya malah membuatku mengernyitkan kening. Seperti... Meredith tahu akan segalanya, bahkan tentang kematianku yang belum aku ceritakan.

"Kau akan tau nanti, Kira- Sayangku. Bersabarlah."

"Termasuk kebohongan Chris yang mengatakan jika aku tidak memiliki rahim? Apa aku harus bersabar akan hal itu?"

"Termasuk itu."




Menyebalkan.





[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang