080%

293 97 1
                                    






SETELAH Panggilan mendadak dari Sam, Rhino mengantarku ke kamar tamu yang ada di perut paus ini. Ruangannya kecil, memiliki kasur tingkat yang bisa diisi dua orang setiap kasur.

Aku meletakkan tas pinggangku ke atas kasur bagian bawah, lalu duduk di sana. Kasurnya cukup empuk walaupun sedikit berdebu. Mungkin karena tidak ditempati lama. Kata Rhino—sebelum pergi ke sini—Leo tidur di control room. Pantas saja tadi aku lihat ada sleeping bag yang belum terlipat dengan rapi.

Rhino meletakkan beberapa peralatannya di kasur atasku. Dan dia berbalik memunggungiku kemudian... melepas... Kausnya.









"Aba-aba dong!" Yang kudengar hanya kekehan pelan. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke sembarang arah. Padahal saat di penjara bawah tanah, aku melihat tubuh atasnya yang polos, tapi kenapa sekarang aku jadi malu?





Hhhh ada-ada saja otakku ini.





Tapi... yah aku mencuri-curi pandang juga sih.






Tubuh belakang Rhino yang kekar itu dengan jelas aku lihat banyak sayatan dan memar. Aku meringis sejadi-jadinya. Dan tidak tau pikiran dari mana, tanganku malah memegang memar itu, "Apa tidak sakit?"

Rhino menoleh saat hendak memakai kaos Leo yang sebelumnya ia ambil di samping kamar tamu ini.

"Aku tidak bisa merasakannya."

"Apa itu salah satu efek penelitian?"

"Iya."

Setelah laki-laki itu sukses membalut tubuhnya dengan pakaian baru yang tak basah, ia membalikkan tubuhnya ke arahku.

"Kau mau lihat aku ganti celana juga?"











Ck... mau.

























Ya enggak lah.










Dengan decakan keras dari mulutku, aku membalikkan tubuhku memunggunginya, Rhino yang kudengar hanya tertawa.

"Kau percaya tidak kalau aku bilang aku sudah mati sebanyak lebih dari lima kali?"

"Maksudmu? Kau sebelumnya sudah mati?"

Aku menganggukkan kepalaku, entah Rhino melihatnya atau tidak.

"Aku sebenarnya juga tidak mengerti apa yang terjadi. Sebelum menyelamatkanmu, aku sudah bertemu denganmu. Tapi kondisiku tidak baik, kakiku jatuh dari tangga yang menuju ke penjara bawah tanah. Setelah itu aku di bunuh oleh Chris."

"Lalu? Berbaliklah, aku sudah selesai."

Sambil membalikkan tubuhku dan langsung menatapnya yang sedang membereskan pakaian basahnya.

"Pertemuan pertamaku denganmu, kau bilang untuk mengambil kunci di ruangan Sam kloningan itu dan di lantai delapan, ruangan yang memiliki lemari dengan gambar unicorn di depannya."

Aku mengeluarkan kunci rantai yang masih aku kalungkan di leherku ke Rhino, "Pertama kali aku bangun, aku sudah ada di dalam lemari itu. Jika aku mati, aku akan kembali ke dalam lemari itu."

Rhino sedikit mengernyitkan kedua alisnya lalu menatapku dengan tatapan bingung.

"Dari dibunuh Sam kloningan dengan kapak, ditembak Chris, didorong Sky, leherku dipatahkan oleh Chris, aku sudah merasakan hal itu."

"Tunggu. Sky bersamamu?"

Aku mengangguk, "Iya. Dia dibunuh ditempat yang sama dengan lemari tempat aku terbangun."

Seraya menghela napas kasar, aku membaringkan tubuhku di atas kasur empuk itu, "Aku juga tidak mengerti. Setelah aku mati untuk pertama kali, kejadian yang sama berulang. Tapi Chris aneh, dia seperti tau aku mati dan hidup berulang kali dan mencoba untuk membiarkanku hidup. Tapi dia juga bisa membunuhku dikesempatan yang sama. Itu sangat aneh."

"Sejujurnya aku tidak mengerti kenapa itu terjadi padamu, terlalu diluar nalar. Sehebat-hebatnya perusahaan selama ini, aku belum mendengar ada peristiwa mati kemudian hidup lagi."

Hhhhhhhh Rhino pun tidak membantu.

"Aku ingin bertemu dengan Chris, aku ingin minta penjelasan."

Belaian lembut di lututku membuatku mendongak. Tangan Rhino yang berurat itu membelai kedua lututku dengan pelan, "Tidurlah dulu. Setelah sampai nanti akan aku bangunkan."

Aku mengangguk, kemudian memposisikan tubuhku di kasur dengan nyaman. Lalu Rhino naik ke kasur atas.

Helaan napas beratku menjadi pengantarku untuk memejamkan kedua mata. Sejujurnya tubuhku benar-benar sangat lelah, kepalaku pening, dan tubuhku yang sedikit menjadi kedinginan.

Aku meraih tas pinggangku yang sebelumnya diberikan Rhino, lalu mengambil foto yang masih basah. Itu fotoku dengan Chris. Aku sangat ingin mengetahui kejadian apa yang membuatku bisa menikah dengannya. Aku juga ingin tahu kenapa aku bisa tidak dapat memiliki anak.

Apa aku memiliki penyakit yang menyebabkan rahimku tidak berfungsi?

Sambil menatap foto itu, aku mengelus perutku dengan pelan,
Semesta, kenapa kau membuatku tidak sempurna? Jika aku sempurna, apa aku akan melewati peristiwa aneh seperti sekarang ini?

Dengan rasa kantukku yang tiba-tiba menggerayangi jiwaku, kuletakkan foto itu kembali ke dalam tas pinggang.




Ah... jam yang diberikan Chris.

Aku mengambil benda keras itu yang tadi sempat mengenai jemariku.


FEB 29, 2020.
4.23PM







Sebaiknya aku tidur, aku tidak tau tempat yang bernama The Glass Maze itu akan seperti apa. Mungkin saja bisa menguras tenagaku habis-habisan.














Atau membuatku menghadapi kematian yang sebenarnya?






[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang