White Room #1

240 71 5
                                    






















PUTIH. Pertama kali aku membuka mata, yang aku lihat hanya putih. Sial, seluruh tubuhku sakit. Kepala, wajah, tanganku, bahkan kaki dan pinggangku. Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya. Yang kuingat saat itu, tanganku ditarik entah oleh siapa setelah melihat objek yang disebut rudal itu tiba-tiba menghantam kapal dan... meledak.

uhuk... uhuk... Meledak ya?

Aku berusaha bangun dari tidur, memposisikan tubuhku untuk duduk walaupun sulit. Rasanya deja vu, ruangan ini... seperti tempat yang sebelumnya aku lihat. Aku berada di White Room?










"Rhino..."

Suaraku parau, tenggorokanku seperti ditusuk duri karena berusaha mengeluarkan suara. Haus. Rasanya menyiksa sekali. Ainku menatap ke seluruh tempat putih ini selayaknya tanpa ujung. Kenapa aku di sini?

Di mana Rhino? Di mana Leo?

Tiba-tiba saja kepalaku sakit, sakit yang luar biasa. Berdenyut, telingaku berdenging, dan ada cairan yang keluar dari kedua hidungku. Darah itu mengalir deras di kedua lubang hidungku yang tak habis-habis. Ah! Kenapa bisa mimisan disaat seperti ini?

"R-rhino... Leo...."

Pandanganku tiba-tiba berputar, membuatku tubuhku limbung lalu jatuh ke lantai. Semakin membuat sakit seluruh badan karena terhantam lantai putih—yang sekarang ada noda darah di sana.

"T-tolong aku."

Siapa yang mau mendengar? Suara parau sekaligus rintih ini tidak akan mampu berteriak. Bedebah. Apa yang terjadi? Kenapa aku kembali berada di tempat ini? Tidak mungkin aku kembali pada ingatan itu, 'kan?

bip... bip...

Suara itu terdengar pelan di dalam nakas bawah yang berada di samping ranjang. Tanganku terulur untuk membuka kotak nakas itu. Namun, suara di depan sana membuatku mengurungkannya.

Pintu terbuka, menampilkan orang-orang berseragam putih seperti penglihatan masa lalu yang diberikan Meredith. Dan orang-orang itu menarik tubuhku paksa ke atas tempat tidur dan mencekik leherku. Orang-orang lainnya mencekal tubuhku beserta kaki dan tanganku. Otomatis aku tidak bisa melawan, tubuh mereka lebih besar dan lebih tinggi dariku. Sakit sekali. Keparat!











Orang berseragam yang mencekik leherku kemudian membuka penutup kepalanya, menyeringai sambil tertawa kencang ke arahku yang sekarang bergidik ketakutan. Sebelah matanya memiliki luka yang kelihatannya masih basah berwarna kemerahan.

"C-chris?"

Leherku kemudian ditusuk sesuatu yang membuatku kesakitan hingga terpejam dan setelahnya, pandanganku makin menggelap.








[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang