#3. The Start

248 90 0
                                    
















DI bawah air, pandanganku lagi-lagi disuguhi oleh banyak keindahan alam. Batu karang yang berada berserakan di dasar laut dengan ikan-ikan kecil yang berenang disekitarnya.

Beberapa Séala menyapaku dengan mengelilingi tubuhku yang dibawa oleh Meredith. Dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak kecil. Bahkan ada ikan-ikan kecil yang berenang di sampingku. Lucu sekali.




Tubuhku dibawa menuju bangunan klasik yang gelap. Pencahayaannya hanya ada pada ekor Meredith. Wah... sepertinya aku ingin mempunyai ekor seperti dia. Keren sekali.

Kami menyusuri lorong-lorong bangun klasik dengan banyak lumut dan binatang kecil yang tidak aku ketahui jenisnya. Hanya ada beberapa ikan dan sedikit Séala yang berlalu-lalang. Tempat ini cukup sepi. Apa kamar Meredith ada di sini?

"Kamarmu di sini?"

"Iya, Kira- Sayangku. Aku akan menunjukkannya."

Setiap kali Meredith memanggilku dengan sebutan 'sayang' membuat tubuhku menegang. Maksudku aneh sekali rasanya. Sedekat apa aku dengan Meredith sebelum kejadian ini terjadi?




























Meredith berhenti di sebuah persimpangan, dan ada satu ruangan yang diisi dengan sebuah tempat tidur gantung dari tanaman merambat berwarna kekuningan, serta sebuah kerang besar. Kurasa fungsinya seperti sebuah bantal.

"Selamat datang kembali di kamarku, Kira- Sayang."



















Aku dituntun untuk masuk lebih jauh ke dalam kamarnya. Meredith menempatkan aku di kasur gantungnya itu, lalu ia berenang menuju pojok kamar. Mengambil sebuah kotak kecil berlumut yang sudah diselimuti oleh pasir berwarna kelabu.








"Aku menunggumu selama tujuh tahun di sini."

"Tujuh tahun?"

Meredith menghampiriku dan duduk di kasurnya, ia kemudian meletakkan kotak kecil itu ke pangkuanku, "Terakhir kau ke sini saat kematian kakekmu."










Oh, saat aku menghilang tujuh hari dari Sangkara ya?

















"Kau... Sepertinya kau tau jika aku tidak memiliki memori masa lalu. Aku sedang hilang ingatan saat ini. Hanya beberapa memori yang terkuak selama perjalanan menuju kemari."

"Aku tau aroma tubuhmu. Khas sekali. Aroma yang sangat aku sukai, aroma bunga sakura yang mekar di musim dingin."








Musim dingin? Apa aku tidak salah dengar?








"Saat pertama kali kau keluar dari kapal, aku tidak mencium aroma itu. Kau bukan lagi dirimu, Kira- Sayang. Dirimu sedang dibuang, karena mereka."

"A-aku tidak mengerti."

Meredith tersenyum. Kemudian ia meletakkan kembali keningnya di keningku. Aku kembali merasakan hangat di sana sambil melihat kedua mata Meredith yang terpejam.

"Kau sudah dianggap mati oleh mereka, Kira- Sayang. Rencanamu, impianmu, harapanmu sudah terkubur saat mereka membawamu ke ruangan itu."

Kedua tangannya kembali menangkup pipiku. Rasa hangatnya kembali menjalar, membuatku merasakan kenyamanan. Kupegang kedua tangannya yang masih berada di wajahku dan aku belai dengan lembut.

"Bisakah kau menceritakan apa yang kau tau, Meredith?"

Dengan mata terpejam, Meredith mengangguk, "Tapi aku tidak ingin menyakitimu, Kira- Sayangku."














Aku tersentak saat ia mengecup bibirku berulang kali dengan mata yang masih terpejam serta kening yang masih menyatu.

"T-tidak apa-apa. Aku hanya ingin tau apa yang telah terjadi padaku. Aku sudah mengalami itu, mungkin aku bisa menahannya."

Walaupun sedikit aneh saat ia kembali mengecup bibirku, tapi lagi-lagi aku tidak melawan atau memberontak. Karena aku nyaman... Juga, bibirnya terasa sangat manis. Begitulah yang aku rasakan.

















"Pejamkan matamu, Kira- Sayang. Aku akan membuatmu kembali melihat masa lalu, dimulai dari pertemuan yang terjadi di markas ruang bawah tanah rumahmu."










Kupejamkan kedua mataku sambil mengeratkan tanganku pada tangan Meredith yang ibu jarinya membelai pipiku. Sekarang aku merasakan jika keningku yang awalnya hanya merasakan hangat, lama-lama berubah menjadi panas.

Napasku memburu setelahnya, dadaku sedikit sesak, kemudian kepalaku berdenyut serta telingaku berdengung. Aku mencengkram pergelangan tangan Meredith karena rasa sakit yang perlahan-lahan ada di kepalaku. Bersamaan dengan cahaya putih yang kemudian memenuhi penglihatanku.




[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang