100%

301 95 0
                                    











KAPAL Leo dengan sempurna naik ke permukaan air. Di sana terlihat jelas sebuah dermaga yang... bisa kubilang telah hancur.

Kapal-kapal besar maupun kecil berserakan, karat, dan berlubang besar ditubuh kapal, disertai binatang-binatang kecil berwarna putih dengan lumut-lumut hijau di sana. Sangat kacau. Mungkin ini yang terjadi jika air laut pasang terjadi nanti.





"Berapa lama waktu air laut pasang nanti?"

"Lima jam, hingga jam tiga pagi, Kak. Tapi jam tiga pagi baru mulai surut, selesainya sekitar jam tujuh atau delapan pagi."






Gugup.

Siapa sih yang tidak gugup akan menghadapi hal gila ini? Semua orang yang merasakan sepertiku sekarang mungkin akan berpikiran yang sama.



"Kak Kira, kuncinya ada di sebuah kotak hitam di perbatasan kuning dan hijau. Aku tidak tau pasti tempat itu dibagian mana, yang pasti ada disebuah ruangan yang berwarna kuning atau hijau."





Astaga pening sekali kepalaku ini,
"Kau bahkan tidak tau 'kan kunci itu di ruangan mana? Apalagi aku, Leo."

Rhino yang berada di dekatku hanya terkikik, "Sayang sekali otak pintarmu yang biasanya kau pakai, tidak berfungsi. Padahal kunci itu diletakkan oleh kakekmu. Dan faktanya, kau dan Peter tau letak kunci itu di mana karena ikut kakekmu meletakkannya."





Hhhhhhhhhhhhhhhhh sebuah fakta yang sangat membuatku tertekan.







"Baiklah, baiklah. Aku akan mencoba mengingatnya walaupun aku tau, itu tidak berguna."

Kulihat Leo membawa kapal pausnya ini makin mendekat ke arah dermaga. Kemudian pintu di samping control room terbuka. Itu pintu yang sama dengan ketakutanku sebelumnya.

Ya siapa yang gak takut melihat seekor paus tiba-tiba terbelah?






"Hampir jam tujuh tepat. Kak Kira dan Kak Rhino hanya punya waktu selama tiga jam untuk membawa kunci itu keluar sebelum air laut naik."

"Jika aku keluar bertepatan dengan air laut naik, kau bisa membawaku dan Rhino ke permukaan, 'kan? Maksudku, kapalmu 'kan bisa membawa kita naik."

"Tidak semudah itu, Kak. Ombak air laut pasang akan menghambatnya, dan pastinya akan membuatmu kesusahan. Apalagi Kak Rhino yang lebih berbahaya jika berada di dalam air. Bisa-bisa kapalku rusak karena dihantam Kak Rhino. Kapalku mahal."


Aku tidak mengerti Rhino akan berubah seperti apa, tapi ini benar-benar membuatku takut. Kebenarannya adalah aku yang mengubah Rhino menjadi seperti itu, dan sekarang aku hilang ingatan. Otomatis aku tidak mengingat apa yang terjadi pada Rhino dan tidak tau Rhino akan menjadi seperti makhluk apa. Itu membuatku sangat was-was.



"Good luck, Kak Kira, Kak Rhino."

Dibekali earpiece yang diberikan Leo, aku dan Rhino melangkah keluar. Angin malam menyambutku yang baru saja melangkahkan kakiku ke landing deck.

Ainku menyusuri dermaga yang dikatakan terbengkalai ini. Hawanya sangat tidak enak. Bahkan dinginnya angin malam sangat menusuk tungkaiku yang hanya dipakaikan celana pendek. Beruntung aku menggunakan kaos yang sebelumnya diberikan Rhino.

"Kau siap?"

Aku hanya mengangguk lemah, berjalan agak sedikit cepat dari sana menuju pantai yang disekitarnya terdapat hutan yang cukup rimbun.

Pintu si kapal pausnya Leo perlahan-lahan mulai menutup. Tubuh kapal paus itu lama-lama tenggelam ke bawah. Ditelingaku sekarang terdengar suara sinyal pelan, itu mungkin dari Leo yang sedang ingin berkomunikasi.


"Bagaimana? Suaraku terdengar?"

Aku mengangguk pelan, walaupun aku tau Leo tidak akan melihatnya,
"Jelas."

"Jelas, Leo."

"Oke, kalau begitu. Sekarang kalian harus lurus melewati hutan. Tenang saja, tidak ada apa-apa di sana. Kalian hanya berjalan sekitar tiga puluh meter."

Aku dan Rhino langsung berjalan cepat ke sana. Hutannya cukup gelap. Aku juga bisa merasakan jika hutan ini sangat lembab dan berlecak. Mungkin karena sering tenggelam, pikirku.

Sambil menyibakkan daun-daun dan ranting-ranting yang menghalangi jalanku, aku terus berjalan dengan kepalaku yang sedikit pening. Entah. Rasanya sangat tidak asing di sini. Hutannya, wanginya, jalanannya, dan... bangunannya.












Sebuah bangunan berpintu kaca berdiri megah di hadapanku setelah tau aku sudah keluar dari hutan itu. Indah sekali.

Bangunan yang kulihat didominasi warna putih campuran silver, dan sebagian besar adalah sebuah kaca transparan. Aku berdecak kagum melihatnya.

Bangunan sebesar ini adalah sebuah penjara? Bercanda ya? Ini seperti sebuah istana.

"Waktu kita tidak banyak, Kira."

Aku menoleh ke samping kananku. Rhino sedang menatapku hangat sambil tersenyum, lagi. Aku hanya mengangguk, kemudian berjalan ke pintu kaca di depan sana. Aku melihat bayangan diriku dan Rhino terpantul di sana. Aku punya wajah yang cukup cantik ternyata.










"Siap?"

Mendengar pertanyaan itu membuat jantungku kembali berdebar. Oke untuk kunci runcing bernama A, aku harus mendapatkannya.

"Tidak ada pilihan lain, 'kan?"

Rhino hanya mengangguk pelan, "Dari awal, kita memang tidak punya pilihan lain."

Aku memeriksa jam tanganku. Waktu sudah berjalan dengan cukup cepat, mungkin tiga jam adalah waktu yang sangat singkat. Tapi mau bagaimana pun, aku harus mengambil kunci itu dengan tenggat waktu tiga jam.


FEB 29, 2020
07.14PM




Satu tarikan napas yang kembali aku hembuskan secara berat, aku menggangguk mantap seraya meletakkan tanganku ke pintu masuk kaca itu. Rhino juga melakukan hal yang sama.


"Kita masuk."

Dengan satu dorongan, pintu masuk itu terbuka, "Good luck for us."










Krieeettttt....



[✓] SURVIVE OR DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang