|Chapter 9🍁|

149 21 9
                                    

VOTE DAN KOMEN YA GUYS
HAPPY READING ALL^_^

🍁🍁🍁

"Iya kay gue ngerti kok, Emang nya kenapa kalau gue ngomong kek gitu? Emang lu gak mau apa jadi pacar gue?" tanya Azka membuat Kayla terkejut.


Kayla terpaku sesaat. Ia tidak menyangka sekarang malah Azka yang menembak dirinya.

"Lu tuh ngomong apaan sih Ka gue gak ngerti." Kayla membuang muka. Azka menghela nafas.

"Ya mungkin ini terlalu cepet buat gue omongin sama lu, tapi jujur gue jatuh cinta sama lu saat pertama kali kita ketemu," ungkap Azka dengan sepenuh hati.

Sekarang Kayla benar-benar tidak tau harus gimana. Jujur perasaannya kepada Afan belum sepenuhnya bisa ia hilangkan.

"Lu nembak gue?" tanya Kayla polos.

"Menurut lu?"

"Bisa gak kasih gue waktu?" Pintanya

Azka menghela nafas. "Oke gue kasih waktu lu buat mikirin ini, tapi gue harap lu mau Nerima gue Kay." Azka tersenyum simpul kepada Kayla membuat Kayla salah tingkah.

Kayla pun melihat jam dipergelangan tangan untuk menetralisir rasa gugupnya ini, namun ternyata jam  sudah menunjukkan pukul 5 sore.

"Udah sore nih gue balik dulu ya."

"Jangan lah Kay, kan gue mau ngenalin lu sama nyokap, bokap masak lu mau balik duluan." Azka menahan Kayla

Kayla dibuat terkejut untuk kesekian kalinya oleh Azka.

"Ih kenapa lu gak bilang dulu si sama gue?" Kayla memukul bahu Azka pelan

"Aduh sakit Kay, ya kalau gue bilang lu juga pasti lu gak mau kan?"

"Tapi Azka, kalau lu bilang dulu setidaknya gue ada persiapan gitu buat ketemu orang tua lu," ujar Kayla.

"Udah gak usah persiapan-persiapan, lagian nyokap bokap gue juga gak galak kok."

Tin.. Tin..

Bunyi klakson dari luar gerbang terdengar jelas.

"Itu kaya nya nyokap sama bokap deh."

"Lo serius?" tanya Kayla shock.

"Iya."

Tiba-tiba mbak Minah datang dengan membawa roti dan lilin yang sudah menyala.

"Ini mas roti nya."

"Oh iya mbak." Azka menerima roti tersebut.

Aduhh gue deg-degan banget ~ batin kayla.

"Yaudah sekarang kita ke belakang pintu aja." Mereka pun bersembunyi dibalik pintu.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga detik..

Empat detik..

Lima detik..

Ceklek. Pintu pun terbuka, menampakkan dua orang paruh baya yang nampak bingung melihat suasana rumahnya yang begitu sepi.

"Loh kok sepi ya pah," ujar Mia-mama Azka.

"Iya nih mah pada kemana ya?" tanya Mulya-papa Azka.

Mereka berdua pun melangkah masuk kedalam rumah. Baru beberapa langkah tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kejutan yang dibuat oleh Azka.

"Selamat ulang tahun kami ucapkan.. Selamat panjang umur kita kan doa kan.. Selamat sejahtera sehat sentosaa.. Selamat panjang umur dan bahagiaa... "

"Selamat ulang tahun mama ku, semoga panjang umur, sehat selalu, tetap jadi mama yang selalu sayang sama aku," ucap Azka seraya mencium kedua pipi mamanya.

"Ya ampun makasih ya sayang." Mia memeluk hangat Azka anak kesayangannya.

"Selamat ulang tahun istri tercinta ku, maaf aku pura-pura lupa," ucap mulya seraya memeluk singkat Mia.

"Iya gapapa mas, makasih ya."

"Selamat ulang tahun bu," ucap mbak Minah.

"Terima kasih ya mbak Minah."

"Selamat ulang tahun tante," ucap Kayla.

Mia sedikit terkejut dengan adanya Kayla. Pasal nya Azka tidak pernah mengajak teman perempuan nya kerumah.

"Ah iya terima kasih."

"Yaudah di tiup dong lilin nya," suruh Azka. Mia meniup lilin nya dan selanjutnya mereka memakan roti bersama-sama diruang makan.

"Oh ya ma pah... Kenalin ini Kayla, temen Azka sekaligus calon pacar Azka sih," ujar Azka dengan terkekeh pelan. Kayla yang sedang makan kue pun tersedak mendengar ucapan Azka.

"Uhuk-uhuk."

"Eh ... Eh Ini-ini minum dulu." Mia memberikan minuman kepada Kayla.

"Makasih tante." Kayla menerimanya dan segera meminumnya.

"Sama-sama."

"Jadii kalian berdua udah pacaran apa belum pacaran?" tanya Mulya dengan nada dingin.

"Ya Azka sih udah nembak dia pah, tapi dia minta waktu katanya." Azka sedikit melirik kearah Kayla.

Kini Kayla sudah benar-benar kehabisan oksigen. Bagaimana tidak secara tiba-tiba Azka memperkenalkan nya kepada kedua orang tua nya. Padahal mereka belum resmi berpacaran, memang benar-benar seperti mimpii.

"Ya udah lah Azka, Kayla kan juga butuh waktu buat mikir kamu gak boleh maksa gitu dong." Mia memberi pengertian.

"Baguslah lebih baik lagi kalau kalian gak usah pacaran, sekarang kan kalian udah kelas XII jadi lebih baik kalian fokus buat ujian nantinya." Setelah berkata seperti itu Mulya pun meninggalkan meja makan.

"Pah," tegur Mia namun teguran dari Mia tidak digubris oleh Mulya.

Suasana di ruang makan pun menjadi canggung. Kayla menunduk tidak berani untuk membuka suara. Ia jadi merasa tidak enak dengan papa Azka.

Azka pun hanya terdiam, bingung dengan sikap sang papa yang berbeda dari biasanya.

"Bentar ya Tante tinggal dulu, Kay." Lalu Mia menyusul Mulya.

"I-iya Tante."

"Kay, sorry ya perkataan bokap barusan." Azka tidak enak kepada Kayla.

"Em iya gapapa kok, Azka gue pamit pulang aja ya."

"Gue anter ya."

"Gak usah gue pulang sendiri aja."

"Gue anter." Lalu Azka mengandeng tangan Kayla dan berjalan keluar dari ruang makan.

Di ruang tengah mereka bertemu dengan Mia. "Eh mau kemana?"

"Aku mau nganter Kayla pulang ma."

"Oh gitu, Kayla maafin perkataan papanya Azka tadi ya." Mia tidak enak hati kepada Kayla.

"Iya Tante gapapa kok, lagian bener juga kata om." Kayla tersenyum tipis.

"Makasih udah mau ngertiin papanya Azka, yaudah hati-hati di jalan ya kalian."

"Iya ma."

"Pamit dulu ya tante." Mia mengangguk.

🍁🍁🍁

To be continued

KAYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang