|Chapter 22🍁|

103 10 2
                                    

Kringg.. Kringg..


Alarm berbunyi. Kayla pun terbangun dan menggeliat malas. Ia mengucek-ucek kedua mata dan menguap pelan.

Kayla berjalan gontai masuk kedalam kamar mandi. 10 menit kemudian Kayla sudah selesai. Ya memang cepat karena hari ini ia sangat malas untuk mandii.

Setelah bersiap-siap Kayla pun keluar dari dalam kamar menuju ruang makan. Disana hanya ada bi Inah yang sedang menyiapkan makanan untuknya.

"Pagi bi." Kayla duduk di salah satu kursi.

"Pagi neng."

"Bunda semalem pulang jam berapa bi?" tanya Kayla.

"Kalau gak salah pulang jam 11 malam neng," jawab bi Inah.

"Terus sekarang belum bangun?" tanya Kayla. Bi Inah menggeleng.

Kayla nampak berpikir. Tiba-tiba ia pun bangkit dari kursinya dan menuju tempat gantungan kunci. Ia mengambil kunci mobil milik bunda nya dan di simpan kedalam tas miliknya. Sesaat kemudian ia balik ke meja makan dan melanjutkan acara makan paginya.

"Loh neng kok kuncinya diambil?" tanya bi Inah bingung.

"Hustt.. Jangan kenceng-kenceng bi. Bibi gak usah bilang ya sama bunda kalau aku yang ambil kunci mobilnya," suruh Kayla.

"Ah.. I-iya neng."  Kayla mengangguk.

Ia melihat ke arah tangga. Terlihat bundanya sedang turun dengan tergesa-gesa. Kayla pun berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ia menduga pasti sekarang bundanya sedang mencari kunci mobil tersebut.

"Bi kunci mobil saya dimana?" tanya Nia kepada bi Inah. Dan dugaannya benar.

"Sa-saya gak tau bu," jawab bi Inah.

"Loh kok gak tau. Terus ini siapa yang ngambil bi? Kok hilang?" tanya Nia.

"Saya gak tau bu." bi Inah menunduk. Nia menatap Kayla tajam. Dan ia berjalan kearah meja makan. Duduk disamping Kayla.

Emm.. Pasti bentar lagi ngamuk nih~batin Kayla.

"Kayla kunci mobil bunda mana?" tanya Nia.

"Mana Kayla tau sih bun. Jelas-jelas dari tadi Kayla itu makan," ucapnya tak merasa bersalah.

"Kayla! Jawab pertanyaan bunda! Dimana kunci mobil bunda?!" tanya Nia sekali lagi.

"Bunda bisa gak sih, gak usah bentak aku! Aku gak tau bun!" ucap Kayla mulai dengan nada tinggi.

"Jaga sopan santun kamu ya! Kamu ini bicara sama orang tua kenapa pake nada tinggi segala hah?!"

"Kan bunda yang mulai bukan Kayla!" Kayla membela diri.

"Sekarang mana kunci mobil bunda?"

"Udah bilang gak tau ya gak tau bun!" Nia masih tidak percaya. Ia pun mengambil tas Kayla dan mulai mencarinya.

"Eh-eh bun itu kan tas aku bun. Mau di apain sih?" Kayla berusaha merebut tasnya.

Nia mencari kunci mobilnya di tas Kayla dan ia pun menemukan nya. Ia memperlihatkan kunci tersebut kepada Kayla.

"Ini apa? Ini apa Kayla?! Ini kenapa bisa di dalam tas kamu?!" tanya Nia. Kayla menghela nafas.

"Iya, Aku yang ngambil kunci mobil bunda!" ungkap Kayla.

"Kenapa kamu berani-beraninya ngambil kunci bunda?" tanya Nia.

"Ya karena aku gak mau bunda pergi sampe larut malem, kaya tadi malem bunda pulang jam 11 malem kan?"

"Bunda pulang malem karena bunda kerja, Kay."

"Aku gak percaya." Kayla mengambil kunci yang ada di tangan bundanya.

"Balikin gak!" suruh bunda.

"Gak! Kalau mau kunci ini balik bunda gak usah deket-deket sama om itu lagi!"

"Kayla balikin kunci bunda!"

"Enggak!"

"Ini masih pagi ya Kay. Gak usah buat bunda emosi, bisa?"

"Bunda yang buat emosi aku! Pulang sampe larut malem kaya anak muda aja! Inget umur bun!"

Plak.

Pipi sebelah kanan Kayla nampak terasa panas. Ia memegangi pipinya tersebut.

"Bisa gak sih bun! Dikit-dikit gak usah nampar aku!"

"Bunda gak akan nampar kamu kalau kamu gak keterlaluan sama bunda!" Nia mengambil kunci tersebut dan segera keluar rumah.

"Eh bundaaa! Tunggu!" Kayla mengejar bunda sampai dihalaman depan. Ia menghalangi pintu mobil.

"Kayla minggir gak!"

"Gak! Serahin dulu kuncinya!" suruh Kayla.

"Kayla minggir!" Nia mendorong Kayla kesamping kiri sampai Kayla jatuh tersungur ketanah.

"Astagfirullahallazim neng." bi Inah membantu Kayla bangun.
Nia masuk kedalam mobil dan berjalan keluar dari pekarangan rumah Kayla.

Kedua mata Kayla berkaca-kaca. Ia tidak menyangka semakin hari bundanya semakin tidak peduli dengan nya.

Tes.

Air mata Kayla keluar begitu saja mengalir dikedua pipi Kayla.

"Sabar ya neng."

"Yaudah mendingan neng Kayla siap-siap terus berangkat sekolah," suruh bi Inah.

Kayla mengangguk dan berjalan masuk kedalam. Namum langkahnya terhenti saat ia mendengar suara seperti benda jatuh.

Dubrak.

Kayla menoleh.

"Apa itu bi?" tanya Kayla.

"Gak tau neng."

Kayla pun berjalan menuju gerbang depan. Membuka gerbang dan menoleh kesamping.

"Afan?"

"Hai Kay."

"Lo udah dateng, dari kapan?" tanya Kayla bingung.

"Dari tadi sih."

"Oh gitu, Em bi coba ambilin tas sama handphone aku ya."

"Iya neng."

"Em Fan kita duduk di teras dulu yuk." Afan mengangguk. Mereka berjalan masuk kedalam dan duduk diteras depan rumah Kayla.

"Kay.. "

"Lo tadi denger semua ya?" tanya Kayla menunduk.

"I-iya Kay." Kayla menghela nafas pelan.

"Lo kenapa gak cerita sama gue sih Kay?"

"Mana ada sih? Anak yang nyeritain aib orang tua sendiri keorang lain. Ya walaupun kitanya sebegitu bencinya sama orang tua kita."

"Jadi lo nganggep gue orang lain Kay?"

"Em.. Bu--"

"Ini neng tasnya." bi Inah tiba-tiba datang.

"Ah iya bi makasih." Kayla mengecek ponselnya dan ada panggilan tak terjawab dari Azka.

"Yaudah Fan, ayok berangkat." Afan mengangguk pelan.

"Bi kita berangkat dulu ya." Kayla berpamitan dengan bi Inah.

"Iya neng hati-hati."

"Bi berangkat dulu ya."

"Iya den."

🍁🍁🍁

Bersambung..
Next part?

KAYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang