|Chapter 33🍁|

92 7 0
                                    

Klik bintang dulu ya:)


Happy Reading💗

Hari ini adalah hari pemakaman sang ayah. Kerabat dan juga teman-teman semua datang untuk mengantarkan jenazah sampai liang lahat.

Kebetulan juga hari ini adalah hari libur. Meta dan sang papi pun datang untuk mengucapkan belasungkawa.

Setelah di sholati jenazah pun segera dibawa menuju pemakaman umum pondok sari yang tidak jauh dari rumah Kayla.
Kini Kayla duduk bersimpuh disamping makam sang ayah. Mengusap batu nisan berwarna putih yang bertuliskan nama

Hardi Maulana
Bin
Ahmad Anwar

Bibir Kayla bergetar menahan tangis. Ia menaburkan bunga mawar diatas pusaran makan sang ayah.

Bulir-bulir putih pun jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya. Nia pun memegang bahu Kayla menenangkan.

Kayla benar-benar belum siap jika sang papa akan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Setelah selesai, semua orang pun berpamitan pulang kepada Nia dan juga Kayla.

"Kay, turut berduka cita ya." Meli mengelus punggung Kayla.

"Yang sabar ya Kay." Putri memeluk Kayla. Meli pun juga ikut memeluk Kayla.

"Thanks ya."

"Tante, Kayla aku turut berduka cita ya," ucap Afan.

"Iya terimakasih Afan."

"Makasih Fan."

"Kita pulang dulu ya Kay," pamit Putri.

Kayla hanya mengangguk. Setelah Afan, Meli dan Putri pergi. Kini giliran Anton dan juga Meta yang mengucapkan belasungkawa.

Kayla dan Nia pun akhirnya pulang ke rumah. Sebenarnya Kayla tidak ingin pulang dulu. Ia masih ingin disamping makam sang ayah. Namun langit mulai menghitam membuat Kayla mau tidak mau harus pulang.

🍁🍁🍁

"Kay, ayok makan dulu" suruh Nia.

Sejak pagi Kayla memang tidak nafsu makan. Sepulang dari makam pun Kayla hanya mengurung diri didalam kamar.

Nia yang melihat Kayla seperti itu pun tidak tega. Ia duduk disamping Kayla dan mengelus punggung Kayla pelan.

"Kay, bunda tau kamu belum bisa mengikhlaskan ayah kamu. Tapi kamu jangan terus-terusan mengurung diri kaya gini."

Kayla hanya terdiam. Nia menghela nafas pelan.

"Kamu tau, bunda dulu memang sangat benci sama ayah kamu," ujar Nia tiba-tiba. Kayla pun akhirnya menatap Nia lekat.

"Sampai sekarang pun rasa benci itu masih membekas." Nia mulai berkaca-kaca.

"Bun ... Kalau boleh tau sebenarnya ada masalah apa antara ayah sama bunda?" tanya Kayla.

"Dulu, bunda sama ayah menjalin hubungan sejak awal SMA. Dan hubungan itu berlanjut sampai kita kuliah dan setelah lulus akhirnya kita menikah."

"Tapi ... Ternyata ayah kamu gak cukup sama satu wanita Kay." Nia mulai menangis sesegukan.

Kayla nampak terkejut mendengar pengakuan sang bunda. Ia pun mengelus punggung Nia pelan.

"Dan saat kamu hadir di kehidupan kita bunda kira ayah kamu bakal merubah sikapnya. Tapi ternyata ayah kamu gak peduli sama sekali Kay."

"Jadi ... Bunda gak pernah ijinin aku ketemu sama ayah karena ini."

Nia mengangguk pelan seraya menahan air matanya. Kayla memeluk Nia tiba-tiba dan Nia pun membalas pelukan itu.

"Tapi bunda harap kamu jangan benci ya sama ayah kamu setelah kamu tau ini semua," pinta Nia.

Kayla melepas pelukannya dan menatap Nia. Nia menunduk dan menangis lagi.

"Sebenarnya bunda juga gak mau benci sama ayah kamu, tapi bunda udah terlanjur sakit hati."

"Aku ngerti apa yang bunda rasain sekarang. Aku minta maaf ya bun, aku salah selama ini aku nggak mau denger omongan bunda."

Nia hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Bunda harap sampai kapan pun kamu jangan pernah membenci ayah kamu ya." Nia mengelus lembut pipi Kayla.

"Iya bun." Kayla mengangguk pelan.

Nia pun memeluk Kayla erat. Dan sesekali mengecup puncak kepala Kayla.

Baru kali ini Kayla merasakan pelukan hangat dari seorang ibu. Sejak dulu dirinya memang tidak pernah mendapat pelukan hangat dari kedua orang tuanya.

🍁🍁🍁

Bersambung...
Next part?

KAYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang