|Chapter 11🍁|

146 19 6
                                    

Sinar matahari yang memasuki celah-celah kamar membuat Kayla terbangun dari tidurnya. Ia merasa tidak nyaman dengan tidurnya. Ya benar saja ia merasa tidak nyaman karena ia tertidur dimeja belajarnya.


Segera ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Setelah selesai bersiap Kayla keluar dari kamar nya dan menuju ke meja makan.

"Kayla sini duduk sayang, makan bareng sama bunda," suruh Nia.

Kayla hanya melirik sekilas. Ia tetap berdiri di tangga paling akhir. Ia melihat jam di tangan nya menunjukkan pukul 06.15 WIB. Kayla menghela nafas dan segera berjalan keluar.

"Kaylaaa.. Kaylaa kamu gak sarapan duluuu?" teriak Nia.

Nia menghela nafas pelan. "Maafin bunda sayang," ucap Nia pelan. Ia menyesali perbuatan nya semalam. Sebenarnya ia tidak mau melakukan hal seperti itu.

Namun karena ia terlalu emosi kepada Kayla dan karena efek kecapekan tanpa sadar Nia menampar Kayla dan akhirnya membuat Kayla benci kepadanya.

"Bunda ngelakuin ini semua buat kamu sayang, agar kamu bisa merasakan kasih sayang lagi dari seorang ayah," ucap Nia pelan.

"Tapi.. Kenapa kamu malah benci sama bunda."

Tess..

Air mata nia jatuh secara tiba-tiba. Ia menangis sesegukan. Ia menyesali perbuatan nya.

Bi Inah yang melihat Nia seperti sedang menangis di meja makan segera menghampiri nya.

"Eh bu.. Ibu kenapa nangis?" tanya bi Inah.

Nia segera menghapus air matanya.

"Ah enggak kok bi, ini saya cuma kelilipan aja."

"Yaudah saya langsung berangkat aja ya bi," pamit Nia.

"Beneran ibu gapapa?" tanya bi Inah memastikan. Nia mengangguk yakin.

"Udah bi saya berangkat dulu jagain rumah ya."

"Baik bu."

🍁🍁🍁

Hari ini Kayla memutuskan untuk berangkat pagi untuk kedua kalinya. Ia melangkah masuk kedalam lingkungan sekolahnya yang masih sangat sepi ini.

Kayla memutuskan untuk ke taman belakang sekolah. Ia ingin menenangkan diri, jujur saja Ia masih kepikiran dengan kejadian semalam.

Ia duduk di taman yang suasana nya sangat sejuk. Udara yang masih terasa segar dan di barengi dengan burung-burung yang berkicauan.

Kayla tersenyum kecut. Ia tidak pernah membayangkan akan seperti ini kehidupan keluarganya. Tanpa sepengetahuan Kayla, bunda dan ayahnya tiba-tiba pisah, setelah berpisah Kayla tidak pernah bertemu lagi dengan sang ayah.

Dan dalam waktu singkat ia pun kehilangan sosok nenek yang selalu menyayangi nya.

Tess..

Air mata Kayla jatuh kembali. Ia benar-benar sedih apabila mengingat kejadian itu.

"Ne--nenek aku rin-rindu nenek.. Ken-kenapa? Kenapa nenek pergi ninggalin aku secepat inii," ucap Kayla lirih dengan air mata yang masih tetap mengalir deras di kedua pipinya.

Kayla terkejut saat merasakan tepukan dibahu belakangnya. Kayla berbalik dan menangkap seseorang yang berdiri dibelakangnya. Ia segera menghapus air matanya dan tersenyum se manis mungkin.

"Af--afan."

"Lo kenapa Kay?" tanya Afan seraya duduk di samping Kayla.

"Eum.. Eng-enggak kok gapapa," ujar nya dengan senyuman nya sebagai topeng.

"Gak usah bohong sama gue Kay." Afan memegang kedua tangan Kayla. Ia menatap manik mata Kayla lekat.

"Kay.. Kalau ada masalah cerita sama gue gak usah sungkan-sungkan, gue siap bantu lo Kay," tawar Afan.

Tangis kayla pecah seketika. Afan menarik Kayla ke dalam pelukannya.

"Menangis lah Kay, tenangin diri lo dulu."

Kayla hanya bisa terdiam dan menangis sesegukan. Setelah dirasa agak tenang afan melepas pelukannya. Kayla menghelas nafas pelan.

"Kay.. Sebenarnya lo kenapa?" tanya Afan. Kayla menggeleng pelan.

"Gu--gue gak tau harus cerita dari mana Fan," ucap Kayla lirih dengan air mata yang mulai mengalir kembali di pipinya.

"Ssttt.. Udah jangan nangis lagi ya," ujar Afan seraya menghapus air mata Kayla.

"Kalau lo belum bisa cerita sekarang gapapa kok, yang terpenting gue gak mau lihat lo nangis lagi. Senyum dong," pinta Afan. Kayla pun tersenyum manis.

"Yaudah mendingan kita ke kelas aja," ajak Afan.

Mereka berdua pun bangkit dari kursi dan melangkah beriringan menuju kelas mereka. Ditengah jalan tanpa sengaja mereka berdua bertemu dengan Azka.

"Kaylaa." Azka menghampiri Kayla dan juga Afan. Kayla nampak terkejut dengan kehadiran Azka.

"A-azka?"

"Lo dari mana, kok sama dia." Azka menunjuk ke arah Afan.

"Em ... G-gue---"

"Emangnya kenapa kalau Kayla sama gue? Masalah buat lo?" tanya Afan dengan nada dingin.

"Iya masalah buat gue, asal lo tau Kayla it--"

"Udah-udah, Kalian itu apaan sih malu dilihatin orang." Kayla memotong ucapan Azka.

Afan mengdengus kesal. Afan menatap Azka dengan tatapan benci.

"Apa lo!" bentak Azka.

Afan mulai melangkah maju mendekati Azka. Namun ia dicegah oleh Kayla.

"Afan!" cegah Kayla seraya menggeleng lemah. Afan menghela nafas.

"Ayok kita ke kelas." Afan menarik lengan Kayla namun Kayla melepas tangan Afan.

"Lo duluan aja gue masih ada urusan sama Azka sebentar."

Afan menatap ke arah Azka sekilas. "Yaudah gue ke kelas dulu." Lalu Afan melangkah melewati Azka dan berbisik pelan tepat ditelinga Azka.

"Awas kalau lo macem-macem sama Kayla!" ancam Afan. Azka hanya berdecak.

Setelah itu Afan benar-benar menjauh dari Kayla dan Azka.

"Gimana Kay, Lo udah tau jawabannya?" tanya Azka

Kayla terdiam sambil memegang kepalanya yang tiba-tiba mulai pusing.

"Kay Lo kenapa?" Azka menarik dagu Kayla dan  melihat wajah Kayla yang memucat.

"Kay lo sakit?" Azka khawatir.

"Ah eng-enggak gue gapapa."

"Tapi wajah lo pucat Kay."

Namun tidak lama kemudian Kayla kehilangan keseimbangan dan pandangan nya mulai gelap. Tak lama kemudian Kayla jatuh, beruntung dengan sigap Azka menangkap Kayla.

"Eh Kayla, Kay." Azka menahan tubuh Kayla.

🍁🍁🍁

Bersambung..
Next part?

KAYLA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang