Jennie Pov
Seperti biasa, aku dihujani ciuman sampai aku membuka mata, sepenuhnya bangun dari tidur nyenyakku. Menemukan Lisa memamerkan gigi putihnya. Oh Tuhan, lihatlah mahakaryaMu terpahat sempurna pada manusia seperti Lisa. Wajah ayunya, kulit mulusnya, senyum manisnya, suaranya yang indah, dia sempurna.
Aku punya daftar favorite tentang Lalisa Manoban, dan tubuh telanjangnya masuk di daftar itu. Aku suka perut ratanya, pundaknya yang uh.... seksi, tubuh jenjang dan payudara kecilnya yang singkron dengan proposi tubuhnya. Sudah kubilang, Lisa cantik tanpa perlu mencoba, dia cantik meski tanpa mengenakan apapun. Jadi seperti ini rasanya menjadi lesbian ?
Mengagumi tubuh pasangan yang bentuknya sama dengan tubuhku. Sejauh ini aku tidak merasa kikuk, tidak aneh, justru terasa lebih menggairahkan. Aku merasa sempurna dengan gagasanku mencintai seorang perempuan, ini lebih seru daripada dengan pria yang melulu memamerkan otot-otot mereka, wajah tampan mereka, seberapa besar penis mereka, dan selalu ingin mendominasi. Yah, begitulah kodrat menjadi seorang pria.
"Wake up, honey..." bisiknya tepat di telingaku.
"Morning Lili" sapaku meraih tengkuknya untuk mendapat ciuman. Kupikir itu akan jadi ciuman singkat, tapi tidak. Secara reflek kami memperdalam ciuman kami, tidak peduli bau mulut bangun tidur. Semalam tidak cukup, atau mungkin jika kami melakukanya lagi pagi ini, itu juga tidak cukup. Tidak ada kata cukup untuk kami.Lisa mulai bergeser, perlahan mengangkat tubuhnya ke atas tubuhku. Tangannya mengunci dua tanganku di atas kepalaku, bibir kami terus bekerja, melumat, menghisap dan sesekali menggigit.
Tubuh telanjang kami praktis bersentuhan, darahku berdesir ketika dada kami bersentuhan. Lebih berdesir saat milik kami tidak sengaja bertemu singkat.
Aku tahu tak melulu cinta tentang nafsu. Tapi percaya atau tidak, dari setiap sentuhan, bercinta tak beda dengan sebuah pabrik. Begitu melakukanya rasa cintaku bertambah, keinginan memiliki lebih kuat, dan perlahan takut kehilangan juga datang. Bercinta, pabrik yang memproduksi sel kebahagiaan atas kepemilikanku.
Hatiku luluh lanta pada setiap sentuhannya, desahannya, dan cara Lisa menatapku seolah dia tidak pernah puas dengan yang kami lakukan. Aku juga, kami tidak pernah puas.
"Satu ronde. Oke ?" Lisa beranjak, memposisikan dirinya menunggangiku, aku reflek merenggangkan pahaku, memberinya akses untuk menyentuhkan milik kami. Seketika rasa perih menyerangku, namun menghilang saat jemari Lisa membelai milikku.
"Ouhh.. Lis-sehhhh" desahku merasa tergelitik di bawah sana, senyuman Lisa mengembang.
"Basah tanpa perlu pemanasan" aku ingin memukulnya sekarang, tapi saat dia mulai menempelkan milik kami rasa panas menjalari sekujur tubuhku. Kukira hanya aku yang basah, tapi Lisa juga. Cairan awalan kami bertemu, bercampur, lalu menyerangku dengan kenikmatan."Take me in your bed... Uhh, tunggangan pas"
"Lisa plesehh... Ahhhhh"
Belum selesai aku memohon, Lisa sudah mendorongku. Klitoris kami say hello kemudian berpelukan, saling bergesekan dan rasanya luar biasa. Seperti semalam aku membantu Lisa mendorongku dengan menempatkan tanganku di pinggangnya. Tapi kali ini kedua tangan Lisa meremas payudaraku, dia membebankan berat tubuh di kakinya. Remasan Lisa lembut, berhasil membuat tangan kananku menimpa tangannya, aku ikut meremas payudaraku sendiri. Sumpah, ini seksi.
"Lishhhh.. Morehh... lebih keras..." pintaku dan segera dituruti Lisa. Dia mempercepat laju tunggangnya, mempertemukan milik kami lebih keras dan dalam, suara plok plok plok terdengar lebih keras. Tempat tidur ikut bergoyang, decitan bersautan dengan desahan kami. Aku suka bagaimana Lisa menikmati tubuhku.
"Jenn... Fuckk" erangnya, suaranya menulariku.
"Moreh pleasehh.. moreehhh Lisshhhhhh... morehh !!" Aku berteriak begitu merasa hampir sampai puncak. Sumpah itu perasaan nikmat tapi sekaligus menjengkelkan. Ada sesuatu yang ditahan untuk keluar, terus memaksa keluar tapi pintunya belum terbuka. Menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage S1 (Completed)
RomanceWARNING !! PURE GIRL X GIRL. Rated 21+. Menikah muda tidak ada di kamus Jennie Kim. Tapi ayahnya pemilik YG Entertaiment mengharuskan Jennie menikah tahun depan dengan Lalisa Manoban, Profesor muda dari Harvard. Bisakah Jennie membatalkan perjodohan...