Lisa PovJam cartierku menunjukan pukul 10 pm, udara yang semakin dingin tidak mengalahkan kehangatan suasana kami. Seperti kebiasaan, jika kami berpesta gelas seolah tak berguna. Kami menggilir botol, menenggak secara bergantian.
Jennie menyandarkan tubuhnya di dadaku, tak keberatan dengan asap rokok yang kuhisap. Sama seperti Jessica dan Krystal, mereka tidak keberatan. Hanya saja, Tiffany mengambil duduk agak jauh dariku dan Amber, dia benci rokok terlebih sedang hamil.
"Sejak kapan kalian ngrokok ?" Irene menyipitkan matanya. Aku, Yuri, dan Amber berpandangan, pertanyaan itu mengantarkan ingatan kami untuk menjelajahi masa lalu.
"SMA. Saat itu kami tidak bisa hidup tanpa rokok. Sekarang satu bulan belum tentu habis setengah bungkus" aku mengangguk, menyetujui kalimat Amber.
"Aku mulai menulis sejak remaja, dan saat ideku sulit dijabarkan. Rokok menemaniku, membuang asapnya seolah melepas beban. Well, masa remaja kami bukanya selalu senang. Ada tekananan juga rasa sakit. Yah katakan rokok tidak memberi solusi apapun di permasalahan kami, tapi paling tidak karena itu hal negatif, memberontak dan melupakan sejenak hal positif memberi kelegaan. Dan terbawa sampai sekarang" paling tidak semua orang mendengarkan alasanku yang alih-alih curhatan.
"Kau tahu, itu tidak sehat" timpal Rose.
"Alkohol juga tidak sehat. Respect bro, respect ! Come on !" Balasku bercanda, Rose tersenyum kalah.
"Jangan memberi pertuah mereka. Percumah ! Aku lelah menegur, asal kalian tahu" sahut Taeyeon, Yuri meninju bahu Taeyeon main-main. Dia mengeluarkan asapnya ke arah Taeyeon. Yang disindir mengalihkan pandangan, pura-pura tidak mengerti.
"Mari kita ingatkan, siapa yang dulu mengajari kita" tanganku terjulur ke arah Yuri yang disambut dengan highfive. Baru hari ini aku bertemu denganya. Dia datang menerima undanganku dan membantu menyiapkam pesta.
Begitu melihatku gadis tan itu memelukku. Cukup dengan pelukan, lalu hubungan kami seperti semula. Tidak perlu minta maaf, persahabatan kami tidak sedangkal itu. Kami percaya dan sepakat, apapun yang orang lain lakukan mestilah memiliki alasan. Nyatanya berkat Yuri akhirnya Jennie tahu masalaluku, meski aku kesulitan di awal, tapi faktanya sekarang Jennie baik-baik saja dengan itu. Selalu ada hikmah di suatu kejadian. Lagipula, mau sampai kapan aku akan menutupinya ?
"Oh ya, ada yang berhenti ngrokok, setelah setahun punya pacar. Iya kan ?" Amber mengangkat botol, menenggaknya lalu memberikanya padaku, kulakukan hal sama dan memberikanya pada Yuri.
"Kalian benar-benar" tunanganku menggeleng, mengikuti tawa kami. "Untung aku tidak punya asma Li" tambahnya. Kucium pucuk kepalanya singkat.
"Blackpink, kalian luar biasa ! Lee So Man bergidik ngeri melihat bagaimana Dddd merajai tangga lagu" aku tahu, itu hanya cara Krystal mengalihkan pembicaraan untuk mencegah pertengkaran Taeny. Sekarang saja istri Taeyeon menatapnya tajam, itu membuatku hampir lupa betapa manis eyesmile Tiffany.
"Kami hanya membawakanya, Jennie Sanjangnim lebih berkontribusi " Jisoo membungkuk ke arah Jennie, aku mengamati tunanganku yang kini menaikan alis.
"Kamsahamidha Jennie Sajangnim. Kami akan menyebut nama Sajangnim jika menang penghargaan" tambah Rose.
"Yaa !! Berhenti memanggilku seperti itu !" Bentak Jennie, kami tertawa melihat bagaimana cara Blackpink menggoda bos mereka.
"Ne. Sanjangnim--"
"Yaaa CONGAH HENTIKAN !!"
"Berhenti beteriak Jennieyaa. Kamu ini selalu saja ngegas" Irene dan Nayeon kompak mengangguk, menyetujui ucapan Taeyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage S1 (Completed)
RomanceWARNING !! PURE GIRL X GIRL. Rated 21+. Menikah muda tidak ada di kamus Jennie Kim. Tapi ayahnya pemilik YG Entertaiment mengharuskan Jennie menikah tahun depan dengan Lalisa Manoban, Profesor muda dari Harvard. Bisakah Jennie membatalkan perjodohan...