Jennie Pov
Satu demi satu koper mulai terisi oleh barang maupun pakaianku, Ella, dan Lisa. Ini merupakan hari terakhir kami berada di L.A, beberapa jam lagi pesawat pribadi siap mengantar kami kembali pulang. Aku bahagia begitu tahu Ella sangat antusias pulang ke Korea, lebih lagi saat aku menunjukan seperti apa sekolah barunya, kurikulimnya, kehidupan di sana. Tak lupa aku juga menunjukan foto atau vidioku saat di dalam gedung YG, aku memberitahunya tentang aturan dan kontrak menjadi Traine. Oh soal dia akan debut sebagai model, Lisa ingin kontrak yang bagus.
Dan mengenai dokumen kepindahan Ella sudah diurus Jackson, hanya perkara waktu untuk membuatnya masuk ke dalam daftar kartu keluarga Manoban. Selama Ella bersedia ikut kami, maka hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Aku yakin Jackson bisa mengatasinya, entah dengan setumpuk uang untuk membuat kakak Emma menandatangi dokumen, cara kekeluargaan, atau jika terpaksa melalui jalur hukum. Aku dan Lisa sudah sepakat, kami siap mengerahkan segala sumber daya untuk Ella.
Bicara soal Lisa, hubunganku dan dia bisa dikatakan membaik, meski masih ada yang mengganjal namun baik aku mau pun dia berusaha keras untuk menjadi biasa. Toh, sebentar lagi kami menikah secara resmi di hadapan Tuhan dan para saksi. Tak ada lagi alasan yang membenarkan untuk kami bersikap tidak baik-baik saja. Sekarang ini kami tak terlalu memikirkan soal hati, mengingat gelar orang tua yang kini kami sandang. Bukankah hanya membuang waktu jika kami masih saja meributkan masalah yang sudah berlalu ?
Tidak seorangpun bisa kembali ke masa lalu, kemudian memperbaiki kesalahanya di sana. Yang bisa kita lakukan saat ini, adalah berusaha memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan. Ini tak hanya berlaku untuk Lisa, itu untukku juga. Selalu ada pelajaran dari sakitnya sebuah perpisahan. Pada akhirnya lagi dan lagi, kami menyadari betapa kami berdua tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Kami saling membutuhkan.
Ada kesepakatan tanpa suara, beginilah hubungan yang beranjak menjadi dewasa. Bukan seberapa lama usia hubungan kami, namun situasinya. Menjadi orang tua bukanlah hal mudah, kita diharuskan memahami anak kita, memberi tanpa diminta, menahan amarah dan nada tinggi di depan dia. Jika biasanya kita tidur kapanpun kita mau, sekarang tidak lagi. Tidur setelah anak tertidur baru benar. Dan bangun sebelum anak bangun, sudah keseharusan. Itu hanya contoh mudah, ada hal lagi yang lebih banyak dari itu. Aku tak bisa menjabarkanya, hanya saja aku mengakui bahwa menjadi orang tua butuh tenaga ekstra. Gagasan itu membawaku merindukan orang tuaku, akhirnya aku bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Semua larangan dan aturan mereka yang tidak bisa kuterima di masa lalu, kini aku bisa memahaminya. Termasuk ide mereka menjodohkanku dengan Lisa, mereka hanya ingin yang terbaik untukku. Begitulah pemikiran setiap orang tua, apapun yang terbaik untuk anaknya.
Dalam keadaan dan waktu sesibuk itu, haruskah aku dan Lisa membahas ulang masalah kemarin ? Kami tidak punya waktu. Pernikahan kami, kehamilanku, mengurus Ella, menyiapkan masa depan yang baik untuk dia. Kupikir inilah alasan kenapa buah hati selalu disebut pelengkap rumah tangga. Adanya dia mampu menjadikan pertengkaran terlupakan begitu saja. Kami lupa kepentingan kami sendiri.
"Apa semua sudah siap ? Ella, check sekali lagi ada yang tertinggal atau tidak" Ella yang duduk di tepi tempat tidur beranjak, dengan patuh menyisir ulang kamarnya.
"Haruskah kita bawa pianomu ? Kita punya yang lebih baik di Seoul" Lisa datang, meraih koper hendak membawanya turun.
"Jika daddy bilang kita punya yang lebih baik di sana, maka tidak usah dibawa, Tapi gitar dan biola dibawa ya Dad" balas Ella, yang diangguki Lisa.
"Hanya beberapa hari di LA dan kau sudah punya dua koper penuh baju baru !" omelnya menatapku jengah sambil berlalu menenteng koper. Aku tertawa, dan itu menulari Ella.
Satu jam kemudian kami selesai packing, semua barang sudah di lantai bawah siap diangkut. Pesawat kami dijadwalkan terbang 3 jam lagi. Jadi aku pergi ke dapur berencana membuat makanan, setidaknya kami perlu makan siang lebih dulu. Namun sesampainya di sana, Lisa dan Rose sudah sibuk membuat makanan. Aku tersenyum melihat Lisa dengan kemeja putih yang kusetrika rapi, dibalut celemek. Rambutnya dikucir asal, dia menggulung lengan sampai siku, dua kancing atas sengaja dibuka memperlihatkan ceruk lehernya. Seksi dan menggoda. Pemandangan indah itu, sudah lebih cukup menjadi penghibur. Menjadi peluruh lelah, sekaligus menjadi penyemangat memulai hari. Itu juga menjadi alasan, ada baiknya kamu menghabiskan sisa hidupmu bersama seseorang yang kamu cintai. Setiap hal darinya akan membuatmu berdebar hebat, dan pada tiap debaranya itu menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage S1 (Completed)
RomanceWARNING !! PURE GIRL X GIRL. Rated 21+. Menikah muda tidak ada di kamus Jennie Kim. Tapi ayahnya pemilik YG Entertaiment mengharuskan Jennie menikah tahun depan dengan Lalisa Manoban, Profesor muda dari Harvard. Bisakah Jennie membatalkan perjodohan...