Jennie Pov
Pesawat kami mendarat pukul 4 pagi di L.A. Tadi kami terbang pukul 10 pagi waktu Seoul, perjalanan 11 jam. Karena Seoul lebih awal 17 jam, jadi di L.A sekarang baru pukul 4 pagi di tanggal yang sama. Bagaimana cara kerja waktu memukulku keras, mengembalikanku pada satu kenyataan.
Bahwa, waktu itu kejam. Dia tidak bertoleransi. Kugigit bibir bawahku agak keras, setelah mendarat di tanah L.A pikiranku berkecamuk. Kepercayaan diriku luluh lanta. Kuamati Lisa yang terpejam di sofa, bau alkohol menyengat hidungku. Kuamati si Profesor, dan bertanya, bagaimana jika nanti setelah bertemu Emma dia akan menemukan perbandingan fisik kami yang jauh ? Lalu dia jatuh cinta lagi dengan Emma ?
Apa yang kau pikirkan Jennie ? Sekeras apapun aku berusaha mencegah apa yang tidak kuhendaki, jika Tuhan memutuskan untuk itu, maka aku bisa apa ?
Entah karena apa, Lisa akhirnya bangun. Begitu menyadari aku memandanginya, dia membuang muka. Tanpa kata dia beranjak dan mengamati situasi luar. Senyum tipisnya kudapati saat dia sadar bahwa kami sudah tiba di L.A.
Di gate kedatangan VIP, Jackson dan 10 pengawal menyambut kami bersama sebuah Limosin dan beberapa mobil sedan hitam di depan dan belakang mobil mewah itu. Dengan hormat mereka membungkuk pada kami. Jackson secara pribadi membuka pintu Limosin untuk kami.
Selama perjalanan Jackson menghujani Lisa laporan tentang Ella yang kini sudah mulai mahir memainkan piano dan pelajaran private musiknya berjalan lancar. Lisa menanyakan soal Emma, tapi jawaban Jackson membuat semua yang ada di sini muram.
Emma sedang syuting sebuah film, dan tidak kembali ke rumah semenjak Lisa pulang ke Korea. Bagaimana bisa seorang ibu tidak peduli dengan putrinya ? Bahkan panggilan saja tidak dia lakukan.
"Jack, bagaimana kondisi mental Ella ?" Aku angkat suara tanpa peduli reaksi Lisa.
"Sejauh yang kuamati dia baik-baik saja. Gadis cerdas yang riang dan sangat suka bernyanyi. Dia selalu semangat begitu mendapat panggilan dari Lisa"
"Hanya itu ?" Koreksiku, menekankan hal lain. Jackson diam.
"Tiga mingguku bersamanya, tidak kusia-siakan. Psikiater pribadiku datang dan sedikit mencari tahu mental Ella. Tapi 3 kali pertemuan, belum mendapat hasil" Lisa menyelamatkan Jackson, tapi itu justru menjadi boomerang untuknya.
"Jadi belum ada yang tahu pendapat Ella tentang Ayahnya yang baru muncul, dan Ibunya yang melakukan kekerasan ? Pasti ada alasan kenapa gadis sekecil itu mau bertahan di tengah kekerasan yang dilakukan ibunya"
Hening. Tidak ada lagi yang berani menjawab. Aku pun enggan menekan mereka yang tidak berguna ! Kekesalanku meningkat, aku tahu Lisa bukan orang bodoh. Tapi harus kukatakan dia memang kacau. Aku tidak tahu apa alasanya tidak membuat keputusan bijaksana, dia kehilangan kharismanya di mataku. Akhirnya sisa perjalanan dihinggapi keheningan.
Kurang lebih setengah jam, mobil kami memasuki pelataran yang cukup luas. Sebuah mansion yang didominasi kayu dan kaca berdiri megah, menampakan kemewahanya. Di luar pintu masuk berdiri tidak kurang dari 15 pengawal dan beberapa maid untuk menyambut kami.
"Kalian bangun sepagi ini ?" Tanyaku dengan bahasa Inggris, karena tidak ada satupun dari mereka yang berwajah Asia.
"Ini kebiasaan kami menyambut Profesor--"
"Kalau begitu bagus. Aku punya hal untuk dibicarakan dengan kalian" potongku melangkah melewati mereka, Lisa tidak berkomentar apapun dia membiarkanku berbuat semauku.
"Ke perpustakaan" tambahku, Jackson mengambil alih pemandu. Aku menyadari Rose mengikuti kami, jadi aku meminta salah satu maid mengantar Rose ke kamarnya. Lisa tidak ikut kami ke perpsutakaan, dan aku juga tidak bertanya kemana dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage S1 (Completed)
RomanceWARNING !! PURE GIRL X GIRL. Rated 21+. Menikah muda tidak ada di kamus Jennie Kim. Tapi ayahnya pemilik YG Entertaiment mengharuskan Jennie menikah tahun depan dengan Lalisa Manoban, Profesor muda dari Harvard. Bisakah Jennie membatalkan perjodohan...