AM 39

8.9K 1K 125
                                    

Lisa Pov

Aku masih bertahan di perpustakaan, pendakian membuat pekerjaanku menumpuk padahal itu hanya sehari. Jennie baru pulang tadi sore, dia menambah liburanya di Jeju 2 hari dan tadi dia langsung terlelap begitu merebahkan diri di tempat tidur. Aku  merindukanya, tapi begitu melihat wajah kelelahan aku mengalah dan pergi ke perpustakaan supaya tidurnya tidak terusik.

Kulirik jam cartierku, ini sudah pukul 2 pagi dan pekerjaanku belum selesai. Pintu terbuka, aku mendongak melihat siapa yang berani datang ke ruang kerjaku selarut ini. Dan yah, tentu saja dia berani.

Aku mengamati wajah kantuk tunanganku, entah apa yang merasukinya sampai dia tidak memakai celana dan memilih kemeja putihku yang kebesaran di tubuhnya. Well, Jennie terlihat seksi dan caranya berjalan memamerkan tubuh membuat darahku berkumpul di area bawah. Sialan.

"Kenapa di sini ?"

"Tidak mau mengusik tidurmu"

"Aku khawatir kamu pergi...." dia menempatkan diri di pangkuanku, mengangkangi perutku. Aku mendongak untuk melihat wajahnya. Air mata perlahan membasahi pipinya, dengan cepat kuhapus mereka.
"Aku-aku takut kamu pergi..."

"Ssshhhh... Aku di sini, tidak pergi. Berhenti menangis" kudekatkan wajahku mencium bibirnya, dengan lembut Jennie membalas ciumanku. Lidah kami bertemu, tapi masih saja kurasakan air matanya. Jennieku tetap menangis, entah apa yang terjadi. Aku berhenti, sekali lagi kuhapus air matanya. Jennie menatapku intens, dan ketakutan jelas terlihat di sorot matanya.

"Hon, kenapa sebenarnya ?"

"Aku mimpi buruk. Kamu meninggalkanku untuk perempuan lain"

"Itu tidak akan terjadi. Aku bersumpah tidak akan meninggalkanmu. Jadi berhenti menangis"

Namun bukanya tenang, Jennie semakin terisak. Aku tidak suka ini, mimpi buruk macam apa yang menghampirinya sampai membuat Jennieku menangis.

"Meski aku berbuat salah ? Meski aku sering membuatmu marah ? Kamu tidak akan meninggalkanku ?"

Aku diam, berpikir sejenak. Karena sejauh ini pertengkaran kami hanya tentang perbedaan pendapat. Tidak pernah lebih parah dari itu.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Selama kamu tidak mengkhianatiku, Honey. Dan aku percaya, gadisku tidak akan pernah mengecewakanku"

Jennie menghapus air matanya, menarik nafas dalam dan menghembuskanya kasar.
"Listen Hubb, aku tidak punya waktu untuk mengkhianatimu. Bagaimana bisa, jika yang aku inginkan selalu membuntutimu kemanapun kamu pergi. Mana sempat aku melirik orang lain--"

Kuhentikan ucapanya dengan ciuman, yang kali ini lebih buas. Aku tidak tahan lagi, sudah berhari-hari aku menahan kerinduan dan hasratku. Aroma alaminya yang bercampur parfume mawarku semakin memabukan, kakinya yang jenjang melingkar sempurna di pinggangku. Jennie terlalu menawan untukku.

Kubelai punggungnya, perlahan tanganku menerobos masuk ke dalam pakaianya. Jennie menarik tengkukku, memperdalam ciuman kami. Decakan dan erangan kecilnya menghibur pendengaranku.

Seperti biasa dia tidak pernah mengenakan bra saat di rumah. Itu memudahkan akses tanganku mencapai gundukan berisi miliknya. Kuremas payudaranya, sesekali memainkan putingnya dengan jempolku. Eranganya semakin liar, sekarang saja dia sudah menggoyangkan tubuhnya, mencari gesekan pada miliknya di perutku.

Aku tersenyum, tanganku yang bebas mulai meraba pahanya. Secara perlahan aku menurunkan satu-satunya penghalang sentuhanku pada miliknya. Lebih senang lagi begitu tahu Jennie sudah basah di sana.

"Hubb ahhh..."

Kumasukan dua jariku sekaligus, Jennie semakin gila menggoyangkan tubuhnya, naik turun seirama dengan tusukanku.

Arranged Marriage S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang